Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Fang Sen, Lepas 69 Tukik

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
FANG SEN: Warga keturunan Tionghoa dan siswa SD Sarongan melepas tukik di Pantai Rajegwesi Rabu sore (21/3).

PESANGGARAN – Puluhan warga keturunan Tionghoa, Banyuwangi, bersama Yayasan Penyu Banyuwangi dan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) menggelar ritual Fang Sen Rabu sore (21/3). Dalam ritual melepas makhluk hidup itu, mereka melepas anak penyu atau tukik di sekitar Pantai Rajegwesi, Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran.

Ritual untuk mencari kebaikan itu dimulai sekitar pukul 16.00. Sebanyak 69 ekor tukik jenis hijau atau chelonia mydas dilepas ke laut. Sebelumnya, mereka
membaca doa bersama di pantai, dipandu biokong (juru kunci) Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Hoo Tong Bio Banyuwangi, Sutrisno.

“Dengan melepaskan makhluk hidup, diharapkan kita terlepas dari malapetaka,” kata Sutrisno. Fang Sen, jelas dia, merupakan ritual bagi warga keturunan Tionghoa, yang memiliki banyak kebaikan. Selain dijauhkan dari malapetaka, juga untuk mensucikan hati, pikiran, menghilangkan hawa nafsu, dan menenteramkan pikiran.

“Juga dapat mendidik manusia, agar memiliki jiwa yang lapang dada dan hati yang welas asih,” cetusnya. Ritual Fang Sen dengan melepas tukik hijau itu dilakukan dua tahap. Acara pertama melepas beberapa ekor tukik oleh para pelajar SD yang ada di Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran.

Sedangkan pelepasan tukik kedua dilakukan oleh warga keturunan Tionghoa, setelahlebih dahulu menggelar ritual. “Kami sangat mendukung dengan kegiatan ini (melepas tukik),” cetus Kepala TNMB Bambang Darmaja. Menurut Bambang, saat ini penyu termasuk satwa yang dilindungi dengan populasi terbatas.

Untuk itu, pihaknya sangat senang dengan lembaga atau masyarakat yang mau menggelar kegiatan pelepasan penyu. “Baru kali ini ada yayasan atau lembaga yang melakukan kegiatan pelepasan penyu,” ungkapnya. Kecintaan pada penyu, lanjut dia, kini perlu ditanamkan kepada anak-anak. Setiap ada pelepasan satwa langka itu ke alam bebas, Bambang selalu melibatkan pelajar SD. “Menanamkan kecintaan pada satwa lindung, harus dimulai sejak masih SD,” cetusnya.

Puluhan tukik yang dilepas ke laut itu merupakan hasil pembesaran yang dilakukan Wiyanto Haditanojo, warga Dusun Kapuran, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro. “Tukik yang kita lepas ini berusia sekitar 100 hari,” terang Wiyanto.

Tukik berusia 100 hari yang dilepas di Pantai Rajegwesi, itu termasuk cukup besar. Petugas TNMB biasanya melepas tukik ke laut saat masih berumur satu minggu. “Pembesaran hingga umur 100 hari, ternyata sangat sulit. Apalagi, kita belum cukup pengalaman,” tuturnya.

Saat kali pertama melakukan pembesaran, tukik yang diperoleh dari TNMB sebanyak 110 ekor itu masih berumur dua hari. Ketika dilepas pada umur 100 hari, ternyata banyak yang mati hingga tinggal 69 ekor saja. “Mulai umur 80 hari, banyak yang mati,” ungkap Wiyanto.

Berdasarkan pengalaman tersebut, pria yang biasa disapa Wiwit itu berencana melepas tukik hasil pembesaran saat masih umur 30 hari. “Kita akan dapat bantuan tukik lagi dari TNMB. Jumlahnya mungkin sekitar 120 ekor saja, karena kemampuan kita hanya 125 ekor,” bebernya. (radar)