Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Festival Wayang Kulit Kurang Greget

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Wiyono-bersama-Penthul-dan-Giman-saat-memberikan-pesan-kepada-masyarakat-seputar-pencegahan-kekerasan-seksual-anak-dalam-Festival-Wayang-Kulit

MUNCAR – Pagelaran wayang kulit semalam suntuk yang dilaksanakan dalam rangka Banyuwangi Festival (B-Fest) di lapangan Untung Suropati, Desa Temborejo, Kecamatan  Muncar, tampaknya kurang diminati warga.  Festival wayang kulit yang rutin digelar setiap tahun itu tampaknya kali ini yang paling sepi.

Dari Pemkab Banyuwangi hadir asisten administrasi, pembangunan, dan kesra, Wiyono, dan para pimpinan SKPD. Dalam pergelaran wayang kulit itu, penonton yang paling banyak berada di kursi di depan pentas. Di sekitar dua layar yang dipasang di sisi kiri dan kanan pentas tampak sangat sepi.

Ironisnya, tenda pameran yang terpasang di tengah lapangan sejak sore melompong.  Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banyuwangi, M. Yanuarto Bramuda, mengatakan acara festival wayang kulit yang sepi itu karena kurangnya  promosi.

“Kami sedikit mengalami kendala terkait promosi. Itu karena menunggu kepastian dalang yang akan diundang,” dalihnya. Pemilihan dalang Ki Heru Gareng dari Blitar,  terang dia, itu pilihan alternatif karena dalang utama yang ditetapkan ternyata tidak bisa datang.

“Rencananya kita akan mengundang dalang Ki Enthus Susmono, tapi tidak bisa,”katanya. Kepastian dalang yang akan mengisi festival wayang kulit ini, jelas dia, itu dua minggu sebelum acara berlangsung. Dan itulah yang  membuatnya kesulitan untuk promosi. Sehingga, banyak yang tidak tahu ada pergelaran wayang  kulit dengan lakon Wahyu Godho Inten.

Sementara itu, kehadiran dua pelawak, Penthul dan Giman menjadi penyemangat. Melalui joke-joke segarnya, kedua pelawak itu sempat membuat para penonton terpingkal. Malahan, kedua seniman itu menyindir sejumlah pelaku  kesenian di Banyuwangi yang terkesan hanya mengejar laris tanpa menghiraukan pakem dan etika di atas panggung.

“Jangerku dewe, lek enek seng kroso yo ben (jangerku sendiri, kalau ada yang merasa ya biarkan),” katanya sambil  menyebut banyak seniman joget  seronok saat pentas. Sebelum kedua pelawak itu turun, asisten administrasi, pembangunan,  dan kesra Pemkab Banyuwangi,  Wiyono, dipanggil ke pentas untuk bergabung.

Di atas pentas, Wiyono yang datang mewakili Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, itu menyampaikan program sinergisitas pemerintah dengan jajaran TNI dan Polri dalam menyikapi maraknya kekerasan seksual anak.

“Kalau ada kekerasan seksual, segera laporkan ke polisi, dan akan diproses hukum,” cetus Wiyono. (radar)