Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Gandeng Petani, Pemkab Banyuwangi Uji Coba 33 Varietas Melon di Agrowisata

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: Merdekacom

BANYUWANGI – Pemkab Banyuwangi melakukan uji coba 8 varietas melon eksklusif kelas premium dan 25 varietas melon lokal dalam negeri di Agrowisata Tamansuruh Kecamatan Glagah.

Dilansir dari Merdekcom, varietas tersebut coba ditanam di ketinggian 400 Mdpl bekerjasama dengan petani dengan harapan bisa dikembangkan di kawasan lain.

Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Banyuwangi, Ilham Juanda mengatakan, setiap tahun di Banyuwangi selalu rutin menggelar pameran agro expo dengan menampilkan hasil teknologi pertanian dari para petani yang sudah sukses menanam jenis tanaman tertentu.

Meski tahun ini terdampak Corona (Covid-19), kerjasama dengan petani tetap berlangsung untuk uji coba berbagai jenis tanaman. Kali ini juga siap menyambut konsep new normal pariwisata dengan beragam jenis tanaman mulai dari pangan, sayur, buah buahan, dan perkebunan.

“Mulai awal penyelenggaraan agro expo kami sudah melibatkan petani petani yang sudah maju untuk melakukan demplot teknologinya di agro expo. Tahun ini melon yang jadi salah satu unggulan yang dimunculkan,” kata Ilham saat dihubungi, Senin (22/6/2020).

Dari 33 varietas melon yang diuji coba, jelas Ilham, terdapat 8 varietas eksklusif beberapa di antaranya berasal dari Jepang dan Korea. Sementara 25 jenis lainnya merupakan benih melon hibrida di kelas pasar umum yang sudah sukses dikembangkan petani di kawasan Kecamatan Muncar dan Srono.

“Tujuannya, pertama kita mengetahui bahwa varietas apa saja yang cocok di ketinggian 400 Mdpl di agrowisata, harapannya bisa dikembangkan di lokasi lain di ketinggian yang sama. Sebelumnya sudah berkembang cuma di dataran rendah seperti di Muncar, Srono itu kan berkembang dengan baik. Sehingga daerah tersebut menjadi sentra penghasil melon dan semangka,” kata Ilham.

Kerjasama dengan petani yang sudah sukses menanam jenis tanaman tertentu diharapakan bisa menginspirasi petani petani lain saat berkunjung di agrowisata.

“Di situ petaninya bisa jadi tertarik, bahwa dengan budidaya ini analisa usaha taninya seperti ini, yang cocok seperti ini, menjadi salah satu pilihan yang secara ekonomis bisa menguntungkan bagi petani melon,” terangnya.

Tidak hanya berwisata, pengunjung yang penasaran dengan teknik budidaya melon bisa langsung berdialog bersama petani yang menanam varietas eksklusif di agrowisata.

“Ini menjadi sarana edukasi bagi petani, agrowisata untuk relaksasi di kala Covid-19, tentunya dengan prosedur new normal dan tempat yang indah sekaligus di sini petani juga bisa sambil belajar dengan santai. Jadi rekreasinya dapat dan ilmunya juga dapat, jadi pengunjung bisa bertanya tanya dari uji coba melon tadi 33 varietas,” terangnya.

Meski sudah masuk fase simulasi new normal, pihaknya akan memaksimalkan layanan konsultasi pertanian bila sudah resmi dibuka dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

“Jadi sudah ada petaninya yang mempraktekkan dan mengelola di agrowisata mereka standby. Sekarang kan tidak dibuka, artinya masih simulasi, tapi nanti kalau sudah waktunya dibuka nanti, ya kita pikirkan kelanjutannya, piket jaga untuk layanan konsultasi untuk petani pengunjung,” tambahnya.

Melon kelas premium tersebut, katanya, memiliki buah berwarna kuning dengan daging berwarna oranye dan kemerahan. Sementara varietas lokal memiliki kulit hijau dengan bentuk jaring di bagian motif kulitnya dan dagingnya berwarna putih.

“Yang sedang diunggulkan di sana untuk buahnya melon dan semangka. Buah melon-nya ada 33 varietas, dan semangka 8 varietas,” ujarnya.

Tidak hanya melon, pengunjung juga bisa belajar jenis tanaman lain seperti kedelai edamame, kacang hijau dan jagung yang mengandung antioksidan tinggi. Kemudian padi hitam organik hingga beragam buah dan sayur organik.

“Kalau dibuka secara formal ada banyak, mulai jenis pangan, buah, sayur, ada jenis perkebunan tembakau, kopi, ada sayuran hidroponiknya, tetapi ini kan situasinya new normal, jadi yang sudah siap di sini kalau tanaman pangannya ada padi, jagung, kedelai, ketela pohon, kacang hijau. Kemudian tanaman perkebunan kopi, tembakau, dan jenis sayuran seperti labu, sawi, hidroponik, vanili,” paparnya.

Agrowisata Tamansuruh sendiri berdiri di atas lahan 10,5 hektar di kaki Gunung Ijen dengan konsep agro-tourism sekaligus tempat edukasi pertanian. Destinasi wisata tersebut sedang memasuki tahap verifikasi atau uji kesiapan layanan protokol kesehatan bagi wisatawan.