BANYUWANGI – Ratusan peserta Green Recycle Fashion Week mengikuti penjurian kostum di kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) jalan Wijaya Kusuma Banyuwangi, kemarin (24/3). Ratusan peserta mulai anak-anak hadir mulai pukul 12.30.
Peserta membawa kostum yang telah didesain menggunakan bahan bekas plastik, kertas, berikut nomor penampilannya untuk dijuri. Tidak tanggung-tanggung, untuk penilaian kostum green recycle fashion week tersebut, DLH mendatangkan empat juri dari luar daerah, yakni Nanang Inoransyah, salah satu juri putri lingkungan Jawa Pos; Juni Wedyanto juara dua top model Indonesia; Zaki Firmansyah salah satu cover boy dan bintang iklan; Paramitha Hayu Rini salah satuduta pramugara-pramugari, dan Rahmania Permatasari dari DLH Banyuwangi.
Salah satu juri, Nanang Inoransyah mengatakan, fokus penilaian meliputi orisinilitas bahan, kreativitas, motif, perpaduan warna, desain, dan persentase bahan yang digunakan seperti yang telah ditetapkan panitia. Karena kostum Green Recycle Fashion Week tahun ini adalah gaun malam, maka desain yang dibuat peserta juga harus sesuai, dan tidak melenceng dari yang telah ditetapkan.
Sementara un tuk penggunaan bahan, juga harus sesuai, yakni adalah pemanfaatan bahan bekas plastik, kertas, dan 20 persen bahan pendukung. “Jadi bahan yang digunakan harus betul-betul bekas, idenya unik, serta desainnya mengagumkan,” cetus lelaki yang juga juri duta hijab Jawa Pos ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Chusnul Hotimah mengatakan, selama penilaian kostum, panitia dan dewan juri sangat jeli meneliti bahan yang digunakan oleh para peserta. Pemilihan dewan juri dari luar daerah tersebut merupakan salah satu upaya panitia untuk menilai kostum agar lebih obyektif.
“Jadi, mohon maaf tidak ada istilah pemenang atau juara titipan,” ungkapnya. Karya para peserta akan dinilai oleh dewan juri yang sangat berkompeten di bidangnya dengan sangat serius dan detail. Sehingga, para pemenang yang terpilih, dipastikan mereka yang memanfaatkan bahan bekas daur ulang sebagai gaun malam yang betul-betul berkualitas.
“Ada empat kriteria penilaian, yaitu keindahan motif, originalitas atau keaslian ide, kreativitas, ketepatan dalam memadukan bahan, serta prosentase bahan baku,” terang Husnul. Gelaran Festival Green and Recycle Fashion Week 2017 ini mengusung tema Paper Mixed Plastic.
Sehingga, fashion yang ditampilkan harus memenuhi kriteria yang ditetapkan, yakni terdiri atas 40 persen kertas, 40 persen plastik, dan 20 persen bahan lain. Untuk kertas bisa dari kertas koran, majalah, atau kertas lainnya. Untuk plastik bisa dari limbah kemasan shampo, gelas, botol minuman, sedotan plastik, tas plastik warna warni, bungkus minuman kopi, bungkus sabun cuci, bungkus cokelat hingga tutup air mineral.
Selain bahan, jenis fashion yang akan ditampilkan pun sudah ditentukan. Kali ini, peserta harus fokus pada pemanfaatan kertas dan plastik untuk mendesain sebuah gaun malam yang unik dan menarik. “Namanya gaun malam ya harus terkesan glamor dan elegan meskipun terbuat dari bahan daur ulang.
Nah, di sinilah tantangannya. Bagaimana para peserta berkreativitas untuk menghasilkan karya megah dan tidak menjiplak,” cetusnya. Untuk membuat karya fashion daur ulang yang menawan, peserta telah diberikan pelatihan merancang fashion recycle selama dua hari, Senin-Selasa (20-21/3).
Tak tanggung-tanggung, mereka dipandu langsung oleh instruktur dari komunitas lingkungan hidup Jogjakarta yang memang ahli mendesain fashion daur ulang. “Selain desain model, peserta juga akan diajarkan etika pemanfaatan limbah produk. Misalnya, tidak diperbolehkan menampakkan brand produk tertentu pada karya busananya,” terang Husnul.
Husnul menambahkan, venue even Green Recycle Fashion Week di Gesibu Blambangan juga akan disulap menjadi catwalk yang tidak kalah unik. Panggung cat walk akan dihiasi dengan pernak-pernik cantik yang semuanya terbuat dari bahan-bahan daur ulang.
“Kita akan memaksimalkan pemanfaatan bahan daur ulang pada even ini. Untuk menunjang fashion gaun malam, kita akan buat pernak- pernik cantik sebagai ornamen penghias venue-nya,” jelasnya Green and Recycle Fashion Week akan digelar dalam dua sesi.
Sabtu siang (25/3) pukul 13.00 pergelaran akan diisi oleh peserta dari pelajar TK, SD, dan SMP. Dilanjutkan malam hari, mulai pukul 18.00 dengan acara serupa dengan peserta pelajar SMA, karyawan Pemkab, instansi vertikal tim penggerak PKK dan perwakilan ibu-ibu dasawisma.
“Kita ingin semua pihak terlibat dalam aksi peduli lingkungan lewat fashion recycle,” imbuhnya. Menyemarakkan gelaran fashion recycle ini, di hari yang sama juga akan digelar pameran aneka produk kerajinan anorganik berbahan limbah.
Seperti tempat tisu, toples permen, tas belanja, tas pesta, tirai, dan masih banyak lagi. Produk-produk tersebut merupakan hasil karya pelajar dari sekolah-sekolah adiwiyata dan juga ibu-ibu dasawisma. “Kegiatan ini terbuka untuk umum, dan gratis,” tandasnya. (radar)