Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Hadiri Haul Habib Hadi Sehari sebelum Wafat

MEMBELUDAK: Pelayat terpaksa naik tembok pagar rumah di tepi jalan saat mengantar jenazah alm KH Hasan Abdillah.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
MEMBELUDAK: Pelayat terpaksa naik tembok pagar rumah di tepi jalan saat mengantar jenazah alm KH Hasan Abdillah.

Wafatnya Pengasuh Pondok Pesantren As-Shiddiqy, Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore, KH. Hasan Abdillah, 86, tak hanya meninggalkan duka bukan bagi keluarga. Umat Islam dan warga Banyuwangi dan sekitarnya juga merasa kehilangan.

ALMARHUM KH. Hasan Abdillah bakal meninggal dunia pukul 22.45 Senin malam lalu (19/11) sebenarnya di luar dugaan banyak orang, termasuk pihak keluarga. Maklum, meski usianya sudah lanjut, kondisi fisik almarhum KH. Hasan Abdillah bisa dibilang dalam keadaan fit. Bila bicara, suaranya juga masih terdengar jelas. Empat tahun lalu, almarhum memang sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Krikilan, Kecamatan Glenmore, dan RSUD Genteng.

Kala itu, KH. Hasan Abdillah terjatuh di kamar mandi. Namun, setelah menjalani perawatan di rumah sakit, kondisi almarhum kembali fit dan bisa menjalankan dakwah sebagaimana biasa. Bahkan, dua tahun lalu sempat menjalankan ibadah umrah bersama H. Salim Qomar dari Muncar. Yang terbaru, Minggu lalu (18/11) almarhum menghadiri haul Habib Hadi di Kampung Arab, Kecamatan Banyuwangi, dan memimpin tahlil  “Secara umum kondisi fisik Abah sehat.

Kalaupun agak kurang sehat, itu karena faktor usia,“ tutur putra pertama almarhum KH. Hasan Abdillah, yaitu H.  usthofa Hilmi. Satu-satunya yang menjadi keluhan hanyalah soal penglihatannya yang sudah tak begitu jelas. Terkait hal ini, 20 hari sebelum almarhum meninggal dunia, pihak keluarga sudah membawa KH. Hasan Abdillah ke sebuah rumah sakit di Surabaya untuk melakukan pemeriksaan. Namun, oleh pihak rumah sakit, almarhum disarankan pulang dan kembali lagi ke Surabaya 20 hari kemudian guna menjalani operasi katarak.

Nah, hari ini sebenarnya jad wal Abah operasi katarak karena sudah 20 hari sejak saat itu, tapi ya ternyata sudah tak dir Abah dipanggil (wafat, Red),” tutur Gus Hilmi saat ditemui sebelum prosesi pemakaman almarhum Selasa lalu. Selama ini sosok KH. Hasan Abdillah lebih dikenal sebagai figur yang istiqamah dalam menjalani ibadah dan pengayom umat. Hal itu lebih menonjol di mata umat di banding kelebihan almarhum KH. Hasan Abdillah yang lain. Selama ini, sosok yang lahir di Kota Pasuruan 86 tahun silam tersebut banyak di kenal masyarakat secara luas karena keistiqamahan-nya atau bahasa mudahnya konsisten dalam menjalankan ibadah.

Putra nomor lima dari pasangan al marhum KH. Ahmad Qusairi dan almarhumah Hj. Fatma itu tak pernah meninggalkan iba dah wajib dan sunah. Salah satu contohnya, untuk urusan salat lima waktu, almarhum KH. Hasan Abdillah bukan hanya memenuhi kewajiban. Berdasar kesaksian keluarga dan orang-orang de katnya, bapak lima anak tersebut juga tak pernah putus menjalankan secara berjamaah. Ada cerita unik terkait istiqamah-nya al marhum KH. Hasan Abdillah dalam menjalankan salat wajib berjamaah.

Demi menjaga kesinambungan rutinitas tersebut, beliau rela “membayar” orang untuk diajak salat berjamaah. Misalnya ketika mau salat Duhur, bi asanya kondisi musala di pesantren sepi. Agar rutinitas salat berjamaah tetap terjaga, almarhum mengajak orang yang terlihat sedang duduk-duduk atau melintas di sekitar musala untuk salat jamaah. “Terkadang Abah malah bilang kepada orang yang di ajak, ayo jamaah karo aku. Engko aku shodaqoh nang awakmu (Ayo jamaah bersama saya, nanti saya sedekah untuk kamu),” tutur Gus Hilmi sambil tersenyum kecil.

Jadi untuk menjaga salat jamaahnya, sampai dibelani membayar orang,” lanjut Gus Hilmi lagi-lagi dibarengi dengan senyum kecil. Selain istiqamah menjaga salat wajib berjamaah, tentu masih banyak lagi ibadah sunah yang diamalkan almarhum, termasuk menjaga diri agar tetap suci dengan cara terus berwudu. Setiap dini hari sekitar pukul 02.00 almarhum juga rajin bangun untuk menjalankan salat tahajud dan dilanjutkan baca Alquran dan zikir sampai subuh. “Rutinitas itu dilakukan Abah setiap hari,” sebut Gus Hilmi.

Selain dikenal sebagai kiai yang istiqamah, almarhum KH. Hasan Abdillah juga bisa dibilang sebagai sosok yang tetap dalam mendarmabaktikan dirinya sebagai pengayom semua umat. Hal itu bisa dilihat dari seringnya dia mengenakan baju dan serban putih ter kait menyikapi pilihan politik praktis. Al marhum juga nyaris tak pernah larut dalam suasana politik praktis yang terkadang me manas. Bahkan, di tengah situasi politik di tingkat daerah yang terkadang memanas, beliau lebih memilih tetap istiqamah berdakwah di tengah masyarakat yang majemuk.

Sehingga, dalam urusan politik, almarhum lebih diidentikkan sebagai sosok yang netral dan menjadi pengayom semua umat. Maka tak heran bila saat pemakaman almarhum lusa kemarin, ribuan umat dari berbagai lintas golongan dan partai politik turut mengantar. (radar/bersambung)