Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Hanya Punya 3 Mobil Induk

TABUNG: Alat pemadam api ringan (apar) wajib dimiliki setiap gedung. Di Banyuwangi, belum semua pengelola gedung memiliki saran a apar yang memadai.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
TABUNG: Alat pemadam api ringan (apar) wajib dimiliki setiap gedung. Di Banyuwangi, belum semua pengelola gedung memiliki saran a apar yang memadai.

MOBIL pemadam kebakaran (dam-kar) milik Pemkab Banyuwangi ternyata sangat terbatas. Kabupaten yang paling luas di Jawa Timur ini ternyata hanya memiliki tiga mobil damkar induk, dan lima mobil penyuplai air.

Tiga mobil damkar tersebut kini perlu perawatan serius karena kondisinya tinggal 60 persen hingga 70 persen. Satu dari tiga mobil damkar itu buatan tahun 1972. Artinya mobil itu sudah berumur 40 tahun. Satu mobil damkar lagi buatan 2002, dan yang terbaru hibah dari Pemerintah Jepang tahun 1996.

“Yang terbaru dari Jepang itu jasa Bupati Ratna Ani Lestari,” cetus koordinator Damkar Banyuwangi, Mu-hamad Sugeng Wijaya. Dari ketiga mobil damkar itu, jelas Sugeng, mobil damkar buatan 1972 kekuatannya hanya 3.000 liter air. Dam kar buatan 2002 punya kapasitas lebih banyak, yakni 4.000 liter air.

Kalau mobil damkar hasil hibah dari Jepang hanya bisa diisi air 800 liter. “Mobil damkar dari Jepang itu termasuk paling modern, selain alatnya lengkap juga ada tangga meski tidak otomatis dan cukup pendek,” katanya. Menurut Sugeng, untuk wilayah sekelas Banyuwangi, hanya punya tiga mobil induk damkar sebenarnya sangat jauh dari ideal.

Melihat luas Bumi Blambangan, mobil induk damkar minimal empat unit, ditambah lima pos yang tersebar di sejumlah kecamatan. “Karena Banyuwangi sangat luas, perlu ada lima pos mobil damkar,” sebutnya. Berdasar kondisi wilayah, lima wilayah yang perlu didirikan damkar adalah Kecamatan Pesanggaran, Muncar, Kalibaru, Singojuruh, dan Muncar.

Di masing-masing pos hanya perlu mobil penyuplai yang dilengkapi peralatan semprot. “Sementara ini mobil penyuplai baru ada di Kecamatan Genteng, Gambiran, dan Rogojampi. Tapi kondisinya sudah rusak,” jelasnya. Banyuwangi yang saat ini terus menggeliat membutuhkan mobil damkar yang lebih memadai.

Banyaknya gedung bertingkat dan tidak ada mobil damkar yang dilengkapi tangga yang tinggi, tentu sangat menghambat proses pemadaman bila terjadi keba-karan. “Kalau ada gedung bertingkat yang terbakar, itu akan menjadi persoalan karena kita belum punya tangga yang tinggi,” terang Sugeng.

Untuk mencegah dan melakukan tindakan persuasif, Sugeng menyarankan setiap kantor, pusat perbe-lanjaan, hotel, dan tempat-tempat keramaian, memasang alat pemadam api ringan (apar). “Di Banyuwangi ini jarang ada apar,” cetusnya. Meski dengan peralatan seadanya, Sugeng menyebut personel damkar yang berjumlah 18 orang selama ini selalu siap di kantor dan siap bergerak ke lapangan bila ada informasi kebakaran.

“Kalau sudah bekerja, sering kali mereka tidak memperhatikan keselamatan,” sebutnya. Bila ada kebakaran, semua petugas siap turun. Bahkan, petugas yang sudah berusia lanjut juga siap berperang melawan si jago merah. (radar)