Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Harapan Baru dari Pabrik Santen

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

PEMKAB Banyuwangi masih merahasiakan investor yang akan membangun pabrik santen (santan kelapa) berskala besar di Bumi Blambangan. Bulan depan, proses perizinan pabrik santen itu masih akan diproses.

Publik kabupaten yang memiliki tagline ‘Sunrise of Java’ ini tentu berharap, rencana pembangunan pabrik itu bukan hanya retorika. Masyarakat berharap, pabrik santen yang bisa menyerap banyak tenaga kerja itu benar-benar terwujud. Saat ini, investor tersebut kabarnya sudah mulai membebaskan lahan lokasi pabriknya.

Investor itu memilih Bumi Blambangan karena akses pelabuhan Tanjung Wangi dirasakan sangat mendukung. Ini lantaran bahan baku kelapa tersebut didatangkan dari luar Pulau Jawa. Selain manfaat ekonomi berupa penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar, pabrik santen itu diharapkan juga membawa dampak positif lainnya di bidang pertanian dan perkebunan. Logikanya, pabrik santen membutuhkan pasokan buah kelapa dalam jumlah besar.

Suatu ketika, pasokan bahan baku kelapa dari luar Jawa itu mungkin saja tak selamanya lancar. Ini tentu akan jadi peluang besar bagi petani lokal. Dengan adanya pasar (penampung) yang jelas, petani kelapa tak akan kebingungan lagi. Sebab, aktivitas pabrik secara tidak langsung akan mengontrol harga buah kelapa menjadi lebih stabil.

Padahal faktanya selama ini, harga kelapa di Bumi Blambangan sering membuat petani frustrasi. Mereka akhirnya lebih memilih memetik janurnya daripada memetik kelapa. Karena keuntungan yang diraup lebih besar dengan menjual janur.

Padahal dari tinjauan hukum, penjualan janur terutama dikirim ke Pulau Dewata itu sejatinya merupakan suatu pelanggaran. Peraturan Daerah (perda) sudah menyatakan kalau penjualan janur itu dilarang. Jika diibaratkan, pemotongan janur akan berdampak pada pohon kelapa itu sendiri.

Buah kepala akan sulit berbuah lantaran janurnya sudah habis dipangkas. Tingkat penurunan produksi akibat pemotongan janur itu, akan lebih ganas daripada serangan hama ulat daun kelapa. Frekuensi pemotongan janur yang terjadi saat ini sangat tinggi.

Jika dianalogikan dengan serangan ulat daun, tentu pemotongan janur jauh lebih membahayakan. Memang, untuk melawan perilaku petani akan lebih sulit dengan pendekatan perda. Pendekatan ekonomi, misalnya harga jual kelapa yang menjanjikan, akan terasa lebih manjur.

Apalagi, populasi pohon kelapa di Banyuwangi sejatinya masih tinggi dan lumayan merata di seluruh wilayah. Semua pabrik santen ini bakal jadi berkah, yang bisa dirasakan secara merata ‘santen’ rupiahnya oleh warga di seluruh penjuru Bumi Blambangan. (*)