Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Hidup Sebatang Kara, Janda 98 Tahun Ini Butuh Bantuan

Kondisi Janda 98 Tahun Asal Desa Sragi, Kecamatan Songgon Butuh Bantuan
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Ponijah duduk di depan rumahnya di Dusun Krajan, Desa Sragi, Kecamatan Songgon.

SONGGON – Nenek berusia hampir satu abad yang tinggal sebatang kara di Dusun Krajan, Desa Sragi, Kecamatan Songgon, ini sangat memprihatinkan. Rumahnya sudah tidak layak dengan hidup mengandalkan bantuan dari tetangga.

Nenek yang bernasib malang itu adalah Ponijah, 98. Di usianya yang senja, hanya tinggal sendirian di rumah yang berdinding gedhek. “Setiap harinya menyapu di makam,” cetus Ponijah pada Jawa Pos Radar Genteng.

Ponijah mengaku tinggal di rumahnya itu sejak masih perawan. Hingga memiliki dua anak, enam cucu, dan dua cicit, juga masih menempati rumahnya itu. Hidup sendiri dijalani sejak suaminya meninggal di tahun 1969. “Suami meninggal tahun 1969,” katanya.

Menurut Ponijah, dua anaknya itu semua perempuan dan kini tinggal bersama suaminya. Salah satu anaknya, menetap di Kalimantan. “Anak saya yang di Kalimantan tidak pernah pulang, karena jauh itu,” ujarnya dengan bahasa Jawa.

Meski rumahnya sudah tidak layak huni, Ponijah mengaku tidak pernah mendapat program bedah rumah. Di tahun 2014, pernah mendapatkan program bedah rumah, tapi hanya diberi batako dan sembako. “Katanya saya sudah tua, bedah rumah hanya diberi batako,” ungkapnya.

Dengan hidup sendiri dan usia yang sudah tua, untuk bertahan hidup Ponijah hanya mengandalkan bantuan dari para tetangga, juga dengan para cucunya. “Kadang saya dapat uang dari cucu Rp 10 ribu, bisa untuk membeli beras,” bebernya.

Ponijah berharap mendapatkan program bedah rumah yang dicanangkan oleh pemerintah. Tetapi, selama ini hanya bisa berharap saja. “Selama ini ingin ada yang memperbaiki rumah,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.

Sementara itu, salah satu tetangga Ponijah, Hartono, mengatakan nenek yang usianya hampir satu abad itu memang sudah pernah diajukan program bedah rumah. Tetapi, saat itu hanya mendapatkan bantuan sembako dari pemerintah desa. “Dulu pak lirah juga pernah berkunjung, tetapi hanya mendapatkan sembako saja,” kata lelaki 45 tahun tersebut.

Rumah yang ditempati nenek itu, lanjut dia, sudah rapuh dan banyak yang rusak. Jika dari depan memang terlihat bagus karena baru diperbaiki oleh warga sekitar. “Yang parah itu di bagian dalam, kursi untuk menerima tamu dari plastik,” cetusnya.

Meski usianya sudah hampir satu abad, masih kata dia, nenek Ponijah itu masih sehat. Hanya saja, untuk komunikasi memang harus keras lantaran pendengarannya sudah mulai terganggu. “Saya sendiri heran dengan mbah Ponijah, umur hampir 100 tahun tapi masih sehat,” katanya. (radar)