Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Hotel Bintang Empat Kembali Hadir di Banyuwangi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

 

BANYUWANGI – Sektor pariwisata dan bisnis di Banyuwangi semakin menggeliat dengan kehadiran satu lagi hotel berbintang empat di kabupaten tersebut, yaitu Hotel Dialoog, di kawasan Kalipuro yang langsung menghadap ke Selat Bali.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengapresiasi dibukanya Dialoog Hotel yang merupakan jaringan Alila Group yang terkenal dengan hotel dan resor berkonsep unik dan hijau. Hal tersebut semakin mendukung amenitas alias infrastruktur penunjang pariwisata di Banyuwangi.

“Segmentasi dari Dialoog Hotel ini yang cukup berbeda dengan hotel-hotel yang telah ada dan akan memperkaya pilihan bagi para wisatawan, pebisnis, maupun masyarakat umum yang akan berkunjung ke Banyuwangi,” kata Anas saat soft opening hotel itu, Rabu (8/8/2018).

Saat ini, di Banyuwangi telah ada 61 hotel mulai dari kelas melati hingga bintang empat. Untuk hotel berbintang tiga dan empat sendiri, sudah terdapat 12 hotel. Menurut Anas, pertumbuhan hotel tersebut tumbuh cukup ideal seiring peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Banyuwangi. Tahun lalu, jumlah wisatawan mancanegara 98.970. Sedangkan wisatawan domestik mencapai 4,8 juta.

“Okupansi rata-rata hotel di Banyuwangi dalam satu tahun mencapai 60 persen. Dalam kasus beberapa hotel berjejaring di Banyuwangi, justru okupansi mereka berada di atas okupansi hotel jaringannya secara nasional,” terangnya.

Meski jumlah kunjungan wisatawan terus meningkat, lanjut Anas, pertumbuhan hotel di Banyuwangi bukan berarti tanpa kontrol. Tidak semua hotel yang mengajukan izin di Banyuwangi dapat direalisasikan. Pembangunan hotel baru harus tetap terkontrol.

“Kita batasi izin hotel baru di Banyuwangi agar tidak seperti di daerah wisata lain. Ketika ratusan hotel baru dibangun, ternyata okupansinya rendah, dan akhirnya perang harga tidak keruan,” terangnya.

Hotel yang diizinkan pun, harus memenuhi kualifikasi tertentu. Mulai dari arsitekturnya yang mengadaptasi tradisi ataupun budaya lokal, juga harus hotel berbintang tiga ke atas. “Jika hotel bintang dua ke bawah, tidak kami izinkan. Biar pasar hotel bintang dua ke bawah dinikmati homestay-homestay yang dikelola rakyat Banyuwangi,” paparnya.

Untuk mendorong tingkat kunjungan, imbuh Anas, Banyuwangi tidak hanya menyasar wisatawan yang akan melakukan pelesir. Namun, juga menyasar pada kedatangan para tamu yang melakukan wisata pelayanan publik. Berbagai inovasi kinerja pemerintahan daerah yang berhasil dilakukan oleh Pemkab Banyuwangi menjadi daya tarik untuk melakukan kunjungan kerja ke ujung timur Pulau Jawa tersebut.

“Pada tahun lalu, setidaknya ada 39 ribu tamu dengan kategori kunjungan kerja maupun pertemuan khusus di Banyuwangi. Tahun ini, kita menargetkan bisa mencapai 50 ribu kunjungan dari pemerintah daerah lain, lembaga pemerintah, maupun BUMN yang ingin melihat inovasi pelayanan publik Banyuwangi,” harapnya.

Sementara itu, Managing Director Hotel Dialoog, Erick Fiavre mengatakan, pihaknya bangga bisa mendirikan hotel di Banyuwangi yang tengah bertumbuh pariwisatanya.

“Kami ingin menjadi bagian dari pertumbuhan Banyuwangi. Banyak wisatawan mengenal Banyuwangi sebagai daerah dengan destinasi wisata yang potensial misalnya Gunung Ijen, Sukamade, Taman Nasional Alas Purwo, dan G-Land,” ujarnya.

Selain destinasi wisata banywuangi yang sangat potensial, ada hal lain yang membuat pihaknya tertarik mendirikan hotel di Banyuwangi. Yakni pengembangan infrastruktur, khususnya masalah akses.

“Ada direct flight dari ibu kota Jakarta ke Banyuwangi sehari lima kali. Selain itu, Banyuwangi terus mendorong penerbangan internasional. Ini adalah salah satu alasan kenapa kami hadir di sini,” kata dia.

Hotel bintang empat mengambil lokasi di pinggir pantai. Terdiri atas 116 kamar yang terbagi dalam kelas deluxe dan suite. Selain itu, juga dilengkapi dengan beach club yang langsung menghadap ke Selat Bali yang eksotis.