Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Hujan Sebelas Jam, Jembatan Putus, 10 Ha Tanaman Terendam

Tanaman cabai di Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo terendam air setelah sungai di desa setempat meluap, kemarin (atas). Jembatan di Desa Alasbuluh juga rusak tergerus banjir (bawah).
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Tanaman cabai di Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo terendam air setelah sungai di desa setempat meluap, kemarin.

WONGSOREJO – Bencana alam menyambut datangnya tahun baru 2018. Hujan deras yang mengguyur wilayah Banyuwangi Sabtu dini hari (30/12) hingga Minggu siang (31/12) mengakibatkan genangan air di mana-mana.

Hujan mulai mengguyur pukul 02.00 dini hari dan berakhir 13.00. Hujan selama 11 jam itu juga mengakibatkan banjir cukup parah di Wilayah Wongsorejo. Genangan air tersebut dipicu meluapnya sungai di Desa Alasbuluh. Luapan air sungai tersebut merusak dua jembatan dan menggenangi lahan persawahan seluas 10 hektare.

Dua jembatan yang rusak merupakan akses utama bagi 400 Kepala Keluarga (KK) yang ada di Dusun Krajan I Labuhan Lalang, Desa Alasbuluh. Gara-gara jembatan ambruk tersebut, akses warga menuju jalan raya terganggu. Sembari menunggu perbaikan, mereka harus melambung lewat Desa Bengkak yang jaraknya lebih jauh.

Ambrolnya jembatan itu membuat warga bergotong royong untuk membenahi jembatan dengan panjang lima meter tersebut.

Pihak Desa Alasbuluh sudah melaporkan ambrolnya jembatan itu kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi serta Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Banyuwangi.

Sekretaris Desa (Sekdes) Alasbuluh Zainal Ariñn mengatakan, kedua jembatan ambrol itu masih dalam proses perbaikan dengan alat dan bahan seadanya dari warga.

Luapan air sungai mengikis tanah sehingga mengakibatkan anjloknya fondasi jembatan. Air sungai itu juga merupakan limpahan banjir dari Desa Bengkak yang mengarah ke perbatasan Desa Alasbuluh.

“Tidak ada korban jiwa maupun rumah yang terendam banjir. Hanya saja puluhan hektare sawah tanaman cabai, padi, dan jagung tergenang oleh banjir sedalam 30 centimeter,” ungkap Zainal.

Sementara itu, hujan deras disertai angin kencang melanda wilayah Glagah, Sabtu lalu (30/12). Hujan dan angin tersebut merobohkan satu pohon asam dengan tinggi 15 meter dan diameter dua meter.

Tumbangnya pohon tersebut mengakibatkan akses jalan tertutup dan menimpa bengkel sepeda motor milik warga. Dalam kejadian tersebut tidak ada korban jiwa dan pohon yang roboh tersebut langsung di evakuasi oleh BPBD dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyuwangi.

Hujan yang melanda wilayah Wongsorejo, Minggu kemarin (31/12) juga merobohkan dua pohon yang ada di Wisata pantai Grand Watudodol (GWD). Tumbangnya satu pohon jati dan kelapa tua tersebut tidak sampai menimpa kendaraan yang sedang parkir.

Pengelola wisata GWD langsung membersihkan dan memotong batang dan ranting pohon yang roboh tersebut. “Untung saat pohon roboh tidak menimpa mobil yang parkir. Pohon roboh disebabkan oleh kencangnya angin yang disertai hujan lebat,” ungkap Andi, 25, penjaga loket GWD.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi Eka Muharam mengaku sudah menurunkan anggota untuk membantu memperbaiki jembatan yang ambrol tersebut. Intensitas hujan yang terlalu tinggi dan waktu hujan yang lebih dari dua jam berpotensi mengakibatkan banjir di titik rawan seperti Desa Alasbuluh.

“BPBD sudah menurunkan beberapa personel untuk memperbaiki jembatan tersebut. Agar akses jalan bagi warga tidak terisolasi. Untuk saat ini banjir sudah surut, Namun puluhan hektare sawah masih digenangi banjir dari luapan sungai tersebut,” tandas Eka.

Imam Mahdi, 27, Petugas Pengendalian Operasi (Pusdalop) BPBD Banyuwangi menambahkan, hujan yang cukup lama tersebut mengakibatkan jembatan ambrol di Siliragung dan banjir di Desa Wringin Putih, Kecamatan Muncar. Kerugian akibat banjir setinggi 40 centimeter tersebut belum dihitung. “Kami belum dapat laporan nilai kerugian akibat banjir,” kata Imam.

Sementara itu, menurut pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan sering turun hingga seminggu ke depan. Biasanya hujan dengan intensitas rendah tanpa disertai angin.

“Intensitas hujan rendah, namun merata. Mengenai kecepatan angin relatif normal, sekitar 5-12 knot,” ungkap Ibnu Haryo, 24, staf operasional BMKG Banyuwangi.

Ibnu menambahkan, hujan yang turun seminggu ke depan tidak akan berpotensi terjadinya angin ribut. Akan tetapi dimungkinkan terjadinya longsor di beberapa daerah yang memang rawan longsor.

“Karena angin normal, maka seperti angin kencang dan puting beliung tidak akan terjadi. Akan tetapi curah hujan bisa berdampak pada bencana longsor di daerah-daerah yang memang sering terjadi, sepeti Kalibaru dan sekitarnya,” ungkapnya.

BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati pada kemungkinan adanya awan comolonimbus (CB) yang bisa setiap saat terjadi. Menurut Ibnu, awan CB tersebut dapat mengakibatkan petir, gelombang kencang dan gelombang tinggi di perairan.

“Awan CB dalam seminggu ke depan bisa kapan saja terjadi. Jika terjadi pemanasan yang cukup di udara, maka akan berpotensi terjadinya awan CB tersebut,” tutur Ibnu.(radar)