Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ibu RT yang Piawai Memotret Jejak Peradaban

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Ellys Utami Purwandari Ismail Warga Banyuwangi yang Tinggal di Mesir
BERTEMPAT tinggal jauh dari Tanah Air sebenarnya tidak ada dalam angan-angan saya. Saat kecil dulu, saya sempat bercita-cita pergi ke Jepang. Kok Jepang? Iya, dulu kan zamannya film Oshin yang diputar di TVRI. Melihat Negeri Matahari Terbit yang bersalju yang jadi setting film Oshin, membuat saya yang waktu itu masih duduk di bangku SD menjadi ingin sekali berada di Jepang untuk menikmati salju. Mimpi lain adalah naik pesawat dan bisa keliling dunia.

Hhhmmm…. Mimpi yang hampir mustahil buat anak desa seperti saya. ebenarnya, saya lahir di Jember. Tetapi, sejak umur 1 tahun, ayah saya yang bekerja di Perusahaan Jawatan Kereta Api (sekarang PT. KAI) ditugaskan di Banyuwangi. Ayah saya asli Lamongan dan ibu saya berasal dari Sampang, Madura. Saya pun tumbuh dan besar di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Saya merasakan Banyuwangi sebagai kampung halaman. Masa TK dan SD saya selesaikan di Ketapang. Setelah itu, saya melanjutkan ke SMPN 1 Banyuwangi.

Prestasi saya yang biasa-biasa saja, semakin membuat saya merasa kurang bergaul. Begitu pula saat SMA di SMAN 1 Banyuwangi (kini SMAN 1 Glagah), rasa kurang pede itu membuat saya tidak begitu menonjol di antara teman-teman. Satu-satunya yang dikenal dari saya adalah jilbab. Karena pada saat itu, saya adalah satu dari tiga orang yang memakai jilbab di sekolah. Hingga akhirnya saya lulus SMA pada tahun 1994.

Sejak kecil, hobi saya menjahit karena ibu saya bekerja sebagai penjahit. Saat kelas 3 SD, saya sudah bisa mengoperasikan mesin jahit dan mesin obras. Ketika SMP, saya sudah bisa menjahit baju saya sendiri. Inilah yang membuat saya akhirnya memutuskan untuk kuliah di bidang tata busana. Karena itu, begitu lulus SMA, saya diterima di STKIP Singaraja jurusan tata busana. Padahal sebenarnya, saya ingin kuliah di IKIP Surabaya. Namun demikian, kuliah tetap saya jalani di Singaraja sampai semester 3. Kemudian saya memutuskan pindah kuliah ke IKIP Surabaya, karena merasa ilmu tentang tata busana saya kurang berkembang di sini. Pada saat itu pula, saya menikah sambil melanjutkan kuliah.

Memang cukup berat, tapi Alhamdulillah, akhirnya saya lulus kuliah di Universitas Negeri Surabaya (IKIP Surabaya) pada tahun 2000 lalu. Sementara itu, saya memang sudah terbiasa mandiri sejak kecil. Ketika masuk duduk di kelas 5 SD, saya sudah terbiasa pergi sendiri naik KA ke Jember. Ayah memang mendidik saya cukup keras soal kemandirian ini, tujuannya mungkin biar saya tidak tumbuh jadi anak manja.

Itu saya rasakan efeknya saat ini. Buat sebagian orang, terutama untuk seorang perempuan, tidak bekerja setelah kuliah mungkin dianggap hal yang sia-sia. Untuk apa susah-susah kuliah, tapi akhirnya hanya jadi ibu rumah tangga. Tapi tidak untuk saya. Menimba ilmu di bangku kuliah membuat saya belajar banyak hal.

Bukan hanya ilmu tata busana yang memang menjadi minat saya. Saya memang tidak ingin bekerja di luar rumah walaupun memungkinkan untuk saya. Toh, saya punya keterampilan menjahit yang bisa saya gunakan untuk berwirausaha di rumah. Jadi ilmu di bangku kuliah tetap terpakai dan tidak sia-sia. Ada beberapa alasan yang membuat saya berpikiran seperti itu.

Jika saya bekerja di luar rumah, waktu bersama tiga orang anak akan berkurang. Dan yang paling penting, bila bekerja di luar, saya pasti tidak bisa ikut ke mana suami bertugas. Kami merantau pertama kali ke Batam tahun 2001. Kebetulan suami mendapat pekerjaan di pulau yang berbatasan dengan Singapura itu. Kurang lebih dua tahun kami tinggal di Batam, lalu suami pindah kerja ke Pekanbaru selama hampir 8 tahun.

Setelah lama tinggal di Pekanbaru, kami diberi kesempatan pindah jauh ke Mesir sejak beberapa bulan lalu. Hidup berpindah-pindah bukannya membuat saya jenuh. Kami justru menikmatinya. Saya suka dengan hal-hal baru, mengenal orang dengan beragam karakter dan budaya. Yang paling menyenangkan adalah ketika melihat tempat baru, budaya baru, yang berbeda dengan daerah tempat saya berasal.

Menjadi ibu rumah tangga full di rumah tanpa asisten, mungkin tampak membosankan. Tapi itu tidak berlaku bagi saya. Justru total menjadi ibu rumah tangga, membuat saya punya banyak waktu untuk menyalurkan hobi. Selain hobi utama menjahit, saya juga gemar menulis dan menekuni fotografi. Kebetulan saya tidak begitu gemar nonton TV. Ketika ada waktu luang, selalu saya gunakan untuk menulis. Sedangkan untuk menyalurkan hobi fotografi, biasanya saya lakukan saat travelling atau jalan-jalan.

Bagi saya, menulis adalah kegiatan yang membuat otak kita aktif. Semua hal yang terjadi dalam hidup kita, bisa kita curahkan dalam bentuk tulisan. Katanya, umur kita bisa panjang karena menulis. Apalagi karena tulisan kita bisa terus dibaca orang, walaupun jasad kita sudah mati.

Awalnya, kegemaran saya menulis dimulai sejak SMA. Saya suka mencatat semua hal yang terjadi dalam sebuah buku. Saya juga suka menulis puisi. Tapi hobi itu sempat vakum dengan berbagai kesibukan rumah tangga. Saya mulai aktif menulis lagi, sejak saya tinggal berjauhan dengan suami. Suami pernah bertugas di Libya, dan saya masih bersama anak-anak di Pekanbaru, Riau.

Rupanya, mengisi kejenuhan dengan kegiatan menulis itu cukup efektif. Sampai sekarang pun, saya seperti ketagihan menulis. Menulis tentang apa saja, yang jelas berhubungan dengan hal-hal yang saya alami dan saya lihat. Kemudian, tulisan tersebut saya sharing pada orang lain lewat sebuah blog umum di media online.

Sedangkan hobi fotografi sudah saya sukai sejak kecil. Saya senang sekali difoto
dan juga suka menikmati foto karya orang lain. Saya juga suka sekali memotret walaupun awalnya juga asal jepret. Ini juga yang mendukung hobi menulis saya. Memotret tempat-tempat yang indah, lalu menceritakan lewat tulisan, itu seperti menjadi kepuasan tersendiri buat saya.

Tinggal di Kairo seperti sekarang, adalah hal baru yang membuat pengalaman hidup saya bertambah. Negeri ini terkenal dengan pyramid, Firaun, mummy, dan peradaban kuno. Selain itu, perkembangan Islam juga sangat menarik untuk disimak di sini. Di Mesir terdapat salah satu universitas tertua di dunia yakni  Al-Azhar.

Saya semakin menggemari fotografi setelah tinggal negara berjuluk Negeri 1000 Menara ini. Banyak tempat dan hal menarik yang bisa  dijadikan objek foto dan tulisan. Beruntung, banyak teman mahasiswa yang membantu saya belajar tentang ilmu fotografi. Saya yang awalnya hanya asal jepret, jadi memiliki ilmu bagaimana teknik mengambil gambar yang baik. Beberapa teknik
editing saya pelajari lewat tutorial di internet.

Arsitektur,  landscape (pemandangan), orang-orang adalah beberapa hal yang sayang untuk tidak diabadikan. Teknologi foto digital seperti sekarang, akan semakin memudahkan kita untuk menggeluti fotografi secara efisien. Foto seperti halnya lukisan, yang butuh ketelatenan untuk mendapatkan hasil yang indah dan memuaskan. Hobi yang menyenangkan…

Bagi saya, menjadi ibu rumah tangga itu harus profesional dan serba-bisa.  Bukan saja berkutat dengan tugas-tugas rumah, tapi juga harus punya banyak ide kreatif, harus pintar, dan cerdas. Tidak ada kata terlambat untuk terus belajar, tentang apa pun itu. Punya banyak hobi juga sah-sah saja, asal tugas utama kita sebagai ibu tidak diabaikan. Karena menjadi ibu rumah tangga itu pekerjaan mulia. Ibu punya tanggung jawab besar untuk menjadikan anak-anak berhasil, dan juga pendamping suami yang bisa diandalkan. (radar from ([email protected])