Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ibu Rumah Tangga Ranking Teratas Penderita HIV/AIDS

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Meski Banyuwangi menempati urutan ke tiga dalam jumlah mengidap human immunodeficiecy Virus (HIV) di Jawa Timur, angka tersebut rupanya tidak membuat Komisi Penanggulangan HIV AIDS (KPA) Banyuwangi diam.

Kemarin (17/9) komisi yang diketuai Bupati Banyuwangi itu berniat memperluas pendeteksian untuk menemukan jumlah Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) lebih banyak dari sebelumnya. Sejak tahun 1999 jumlah ODHA di Banyuwangi mencapai 2.374 orang, dengan rincian yang positif AIDS 1.126 orang.

Sementara itu, yang meninggal dunia 339 orang. Jumlah itu membuat Banyuwangi mendapat perhatian baik secara nasional maupun internasional. Namun, Wakil Ketua I KPA. dr. Widji Lestariono mengatakan pihaknya justru akan membongkar lebih banyak lagi hingga menemukan angka pasti atau setidaknya dapat mendata semua ODHA.

Jumlah yang cukup besar baginya memang cukup memprihatinkan. Akan tetapi, lebih berbahaya lagi jika dibiarkan dan menyebar tanpa terkendali.  Jumlah ODHA di Banyuwangi yang cukup besar, menurut Rio. karena cukup banyak croluntmy conseling and testing (VCT) atau konseling bagi para ODHA.

“Di daerah lain belum tentu VCTnya sebanyak kita. Wajar jika kita menemukan angka yang cukup besar untuk ODHA,” jelas Rio di hadapan peserta rapat koordiasi penyusunan aksi daerah penanggulangan HIV/AIDS dl kantor Pemkab Banyuwangi kemarin.

Dalam rakor kemarin, pria yang juga kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi itu berjanji akan memaksimalkan potensi KPA untuk menekan penularan HIV/ AIDS dan menemukan jumlah ODHA baru. Kedua gerakan tersebut merupakan langkah taktis untuk membersihkan Banyuwangi dari virus HIV.

Apalagi, berdasar data yang dia peroleh, jumlah ODHA tidak lagi berkutat pada profesi-profesi tertentu, seperti PSK dan sopir. Virus HIV/AIDS sudah merambah hingga ke profesi pegawai negeri sipil (PNS) dan pelajar sekolah.

Ibu rumah tangga menempati ranking teratas penderita HIV/AID. Oleh karena itu, Rio bermaksud memaksimalkan VCT dengan memberikan pendekatan, baik di sekolah-sekolah maupun di instansi. Dengan memberikan pemahaman lebih luas ke instansi yang menjadi anggota KPA, dia berharap akan ditemukan angka baru untuk ODHA atau setidaknya bisa mencegah penularan dari luar.

Bisa jadi di antara instansi yang menjadi anggota KPA pun ada ODHA. Karena dalam tahap masih menderita HIV saja, maka ODHA belum menunjukkan ciri-ciri tertentu. “Langkah yang penting adalah membuat orang- orang paham tiga hal yang dapat menularkan HIV/AIDS supaya tidak menyebar.

Selanjutnya, mereka sadar memeriksakan diri sehingga bisa segera ditangani.” terangnya. Ketika ditanya target penekanan angka HIV/AIDS, Rio menegaskan targetnya tetap membongkar fenomena gunung es ODHA di Banyuwangi.

Jika angka nyatanya sudah jelas, baru Rio berani menargetkan. Sebab. saat ini masih banyak yang terindikasi sebagai ODHA tidak mau di VCT. Padahal 21 VCT di Banyuwangi sangat membantu para ODHA meningkatkan harapan hidup mereka.

Pihaknya mengimbau agar para masyarakat bisa memperlakukan ODHA tanpa diskriminasi. Meski berbahaya, virus tersebut tidak mudah menular seperti TBC. “Yang dapat menularkan virus HIV/AIDS adalah seks bebas, jarum suntik dan penularan dari ibu ke anaknya karena ASI atau kandungan.

Para ODHA akan selalu dipantau, sehingga selain tidak menularkan penyakitnya. mereka juga bisa hidup lebih lama.” tandas Rio. (radar)