Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Isun Wis Aron, Tugas Isun Durung Mari

Andang CY menjalani perawatan intensif di kamar 1 G, pavilliun RSUD Blambangan. Budayawan senior ini menderita sakit diare.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Andang CY menjalani perawatan intensif di kamar 1 G, pavilliun RSUD Blambangan. Budayawan senior ini menderita sakit diare.

Budayawan Banyuwangi, H. Andang Chativ Yusuf, sejak lima hari lalu terbaring sakit. Pencipta lagu Umbul-Umbul Blambangan itu berjuang melawan sakit diare yang dideritanya.

DEDY JUMHARDIANTO, Banyuwangi

MATANYA terlihat sayu. Raut wajahnya tampak lesu. Jarum infus menancap di urat nadi lengan sebelah kiri. Napas kakek tua itu tersengal-sengal. Tubuhnya tergolek lemas di atas ranjang ruang rawat inap pavilliun, RSUD Blambangan.

ltulah kondisi kesehatan Andang CY yang kini tengah berjuang melawan sakit diare. Akibat sakit yang dideritanya itu, timbul gangguan pada pencernaan dan ginjal. Hj. Suliha, istri Andang CY mengatakan, suaminya sudah mulai ada tanda-tanda akan sakit sejak menjadi juri Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) pada pekan lalu.

“Sejak pulang menjuri BEC kakinya sudah bengkak,” ujar Suliha yang setia mendampingi suaminya di ruang rawat inap, kemarin (6/11).

Melihat kondisi itu, Suliha langsung mengingatkan agar suaminya menjaga kesehatan dan beristirahat cukup. Karena selain mengeluhkan kakinya sakit dan bengkak, suaminya itu juga mengeluhkan jika perutnya terasa sakit. “Sempat saya tanya, sakit habis makan apa saja kok perutnya sakit,” ujar Suliha sambil bertanya pada suaminya.

Saat ditanya itu, Andang malah memberi jawaban biasa-biasa saja. Suliha pun menyarankan agar menjaga kesehatan dan menu yang akan dimakan atau diminum. Namun, suaminya itu justru bandel. Tak sedikit pun menghiraukan perkataannya.

Puncaknya, pada Sabtu malam (28/10). Kala itu Andang memaksa menghadiri acara arisan keluarga di rumah putrinya di Kelurahan Kebalenan. Saking kangen ingin bertemu dengan anak cucu dan keluarga besar lainnya, akhirnya memaksa datang.

Sepulang dari arisan itulah, suaminya kerap gelisah dan bolak-balik ke kamar mandi. Bahkan, juga sampai tidak keluar dari kamar mandi karena terserang diare. “Karena kekurangan cairan, badannya sampai lemas,” terang Suliha.

Tak tega melihat kondisi suaminya terus di kamar mandi, Suliha langsung menelepon lmam Nasal, 66, yang merupakan adik bungsu suaminya. Tidak itu saja, dia juga menelepon putrinya dan anggota keluarga lain.

Sayang, meski anggota keluarga sudah berada di rumahnya di Jalan Musi, Lingkungan Welaran RT 04, RW 01, Kelurahan Penganjuran, suaminya menolak untuk menjalani rawat inap di RSUD Blambangan.

Puncaknya, Rabu pagi(1/11), sejumlah staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi mendadak datang ke rumahnya. Kedatangan para pejabat itu merayu agar Andang mau dirawat ke RSUD Blambangan.

“Mau dibawa ke rumah sakit setelah ditelepon langsung dokter Taufik, Direktur RSUD Blambangan. Dokter Taufik bilang sudah disiapkan kamar untuk rawat inap,” kata Suliha.

Sesampainya di RSUD, suaminya langsung mendapatkan penanganan serius. Setelah tiga hari di rawat, sudah mulai ada tanda-tanda perkembangan yang cukup baik. Bahkan, saat dijenguk para budayawan, suaminya sudah bisa diajak dialog.

Suaminya selalu ingin segera pulang ke rumah. Yang paling membuatnya heran, di tengah- tengah sakit seperti itu, suaminya masih sempat memikirkan jalannya BEC. Dia dan keluarga juga berulang-ulang agar tidak memikirkan BEC dan kegiatan lainnya karena masih sakit. Namun, Andang justru ngotot dan mengaku sudah sembuh.

“Ismi wis aron, tugas isun durung mari (Saya sudah sembuh, tugas saya belum selesai” terang Suliha menirukan kata-kata suaminya.

Suliha mengaku jika suaminya paling tidak bisa meninggalkan kegiatan seni budaya yang berlangsung di Banyuwangi. Meski kondisi sakit, kerap kali suaminya berangkat ke kantor Disbudpar meski hanya sekadar untuk menjuri lomba.

“Kalau tidak dijemput orang dinas, biasanya naik becak. Pokoknya jika ada undangan kegiatan seni, hampir bisa dipastikan hadir,” tuturnya.

Yuli lsbandiyah, keponakan Andang dari Bali mengaku jika pamannya sudah mulai sehat sejak hari ketiga setelah rawat inap. Bahkan, saat dijenguk para budayawan, pamannya juga bercanda. ”Kalau hidup jangan terlalu serius, kalau serius nanti lari otak. Kudu dienggo guyon (harus dipakai bercanda),” ujar Yuli menirukan kata-kata Andang.

Sejak menjalani rawat inap, sejumlah budayawan sempat menyarankan pada pamannya untuk mengarang dan menulis lagu. Ketika itu, pamannya menjawab sudah membuat satu lagu hanya masih belum tuntas.

Pada hari kelima, kondisi kesehatan lelaki pencipta lagu Umbul-Umbul Blambangan itu sudah membaik. Bahkan, Senin siang (6/11) juga sudah diperbolehkan pulang oleh tim dokter RSUD Blambangan. Namun, masih tetap harus rutin kontrol tiga hari sekali ke RSUD. (radar)