Untuk mengurangi kerusakan, warga yang ada di dua desa itu sering kerja bakti melakukan perbaikan dengan mengurug. Kami ini bolak-balik ngurug, tanpa ada perhatian dari pemerintah,” ujar Asnawi, 45, salah seorang warga setempat.
Warga sebetulnya sangat berterima kasih karena separo dari akses jalan itu sudah diaspal hotmik. Tapi, jelas dia, separo dari sisa jalan hingga kini masih dibiarkan rusak. “Dua tahun lalu separo diaspal hotmik, tapi kelanjutannya kapan, kita belum tahu,” katanya. Menurut Asnawi, jalan tembus yang mangkrak ini merupakan jalur alternatif bagi kendaraan besar jika di jalan raya utama jurusan Banyuwangi-jember dipakai untuk kegiatan. Kalau jalannya rusak malah dibiarkan,” cetusnya geram.
Warga berharap, terang dia, jika pemerintah tidak melakukan perbaikan dengan cara diaspal, minimal ada perhatian dengan mengurug jalan yang berlubang itu dengan materialan. “Kami sangat perihatin kalau ada pengendara celaka di jalur ini,” katanya. Dari pantauan Jawa Pos Radar Genteng, meskipun kondisi jalan raya rusak parah, tidak sedikit dari warga yang tetap memilih melintas di jalur tersebut. Alasannya cukup sederhana, warga ingin mempersingkat jarak tempuh. “Kalau lewat sini lebih dekat, rusak-rusak sedikit tidak apa-apa yang penting berhati-hrati,” sebut Aini, 23, salah seorang pengendara motor yang melintas dijalan itu, kemarin.(radar)