Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Jelang Idul Adha, Penjualan Besek Meningkat 60 persen

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: Merdekacom

BANYUWANGI – Perajin besek anyaman bambu di Lingkungan Papring, Kelurahan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi mulai banyak mendapatkan pesanan untuk kebutuhan hari raya kurban Idul Adha yang akan berlangsung pada akhir Juli 2020.

Dilansir dari Merdekacom, kerajinan besek tersebut banyak di pesan saat momen Idul Adha sebagai tempat kemasan daging hewan kurban. Besek saat ini menjadi alternatif mengurangi penggunaan kemasan berbahan plastik.

“Sejak Bulan Juni sampai Juli ini memang pemesanan besek meningkat sampai 60 persen, seperti kebutuhan suvenir acara pernikahan, dan pemesanan untuk tempat daging kurban Idul Adha nanti,” ujar pedagang besek asal Papring, Widie Nurmahmudy, Rabu (22/7/2020) kemarin.

Widie mengatakan, dalam sepekan terakhir sudah ada pesanan besek sebanyak 5000 buah yang akan digunakan untuk acara kurban Idul Adha. Belum lagi pesanan harian yang mencapai puluhan hingga ratusan yang digunakan untuk acara selamatan.

“Belum yang setiap hari saya bersama tim selalu mengantarkan pesanan, kadang 50, 60, 100,” katanya.

Pemesan besek untuk persiapan Lebaran Idul Adha, yang sudah mencapai ribuan saat ini rata rata berasal dari lembaga pemerintah maupun organisasi keagamaan. Besek-besek tersebut nantinya bakal digunakan untuk kemasan daging hewan kurban untuk dibagikan ke masyarakat.

“Saat ini yang pesen lebih banyak dari dinas-dinas, organisasi keagamaan maupun pemerintah. Katanya wadah untuk daging kurban tidak boleh plastik. Lebih ke kampanye mengurangi plastik, besek kemudian jadi alternatif. Setahu kami besek digunakan untuk acara kurban Idul Adha sejak dua tahun terakhir ini,” jelasnya.

Widie menjual besek bersama 8 pemuda yang tergabung dalam komunitas Kampung Papring Kreatif. Besek-besek tersebut diambil dari perajin di lingkungannya yang bersedia belajar membuat ragam kerajinan besek sesuai pesanan.

Jumlah perajin anyaman bambu di Lingkungan Papring sendiri kata Widie saat ini berjumlah 70 orang. Dari jumlah tersebut 16 di antaranya bersedia menerima ragam pesanan besek dengan desain-desain sesuai pesanan. Selain membeli besek di atas harga tengkulak, pesanan besek di luar ukuran normal juga bernilai jual lebih mahal.

“Dan perajin yang kita bina yang mau diruwetkan dengan ragam pesanan, dan tentu bisa belajar juga dengan desain yang baru,” ujarnya.

Seperti suvenir berupa tas dari bahan besek ukuran 9X6 centimeter, ada juga ukuran 9×13 centimeter dihargai Rp 3000, sementara ukuran normal besek 15×15 centimeter dihargai Rp 2000. Kemudian paling mahal ukuran 25×10 centimeter Rp 7.500.

“Ada juga yang pesan keranjang, serupa tempat buah, tapi digunakan sebagai tempat daging kurban ada pesanan 600 buah. Sistemnya pesen dulu, karena kalau terlalu lama disimpan tidak dirawat rentan resiko, karena kami belum punya gudang penyimpanan yang layak. Jadi lebih jaga kualitas juga,” terangnya.

Hasil penjualan besek tersebut kemudian 50 persen laba bersihnya bakal dimasukkan ke kas organisasi komunitas untuk kegiatan belajar sekolah alam bernama Kampoeng Baca Taman Rimba (Kampoeng Batara). Sementara 50 persen sisanya diberikan kepada pemuda yang bekerja seperti mengantarkan pesanan.

“Jadi ini selain mengenalkan potensi besek di kampung kami, harapannya juga bisa memperkuat pasar dan perbaikan harga untuk perajin di kampung kami. Semoga minat kerajinan besek semakin bagus, sebagai ganti kemasan plastik,” ujarnya.