Kendaraan Besar Dilarang Menyeberang sejak H-5 Lebaran
BANYUWANGI – Adanya larangan truk angkutan non sembako melintas di jalan raya sejak H-5 hingga H+3 Lebaran nanti membuat perusahaan ekspedisi bergerak cepat. Mereka mengerahkan armada truk besar miliknya untuk mengirim barang sebelum deadline pelarangan operasi di masa Lebaran itu.
Kondisi itu langsung berdampak pada peningkatan pengguna jasa penyeberangan di lintasan Jawa- Bali. Truk-truk mulai berbondong-bondong menuju Pulau Dewata sejak kemarin. Di Pelabuhan Ketapang jumlah truk yang menuju Pulau Bali mengalami peningkatan pesat selama tiga hari terakhir.
Saking banyaknya, penumpukan truk kerap terjadi di Pelabuhan Landing Craft Machine (LCM) Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Penumpukan dan antrean truk yang menyeberang ke Bali kerap terjadi pada malam hari.
Pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi sejak tiga hari lalu suasana Pelabuhan ASDP Ketapang dan Pelabuhan LCM Ketapang nyaris selalu padat di malam hari. Halaman parkir areal pelabuhan selalu dipenuhi truk yang akan menuju Pulau Bali.
Bahkan, tak jarang truk ukuran besar dan kecil sesekali mengantre di jalan raya di luar kawasan Pelabuhan Ketapang. Kondisi antrean truk yang begitu padat itu membuat para sopir harus menunggu lama di sekitar pelabuhan.
Mereka harus menunggu berjam-jam agar bisa naik ke dalam kapal. Tak jarang, sopir yang antre pada saat malam hari akhirnya baru bisa menyeberang pada pagi hari. Menurut salah satu sopir yang mengantre di Pelabuhan LCM Ketapang kemarin, agar bisa masuk ke dalam kapal, dirinya harus mengantre hingga delapan jam.
”Antre lama dari pintu masuk Pelabuhan LCM sampai bisa masuk kapal. Tapi sudah biasa kalau mau Lebaran begini pasti antre, utamanya truk,” ungkap Made Pastika, 45, sopir truk tronton asal Bali, kemarin. Para sopir rela antre menyeberang ke Pulau Bali karena mereka mengejar target kiriman sebelum deadline larangan truk non sembako beroperasi di masa Lebaran.
Mereka memilih menyeberang pada malam hari, dengan harapan barang yang mereka kirim sampai Pulau Bali saat pagi hari. ”Kan kalau masa Lebaran truk dilarang jalan. Soalnya saya bawa batu alam (nonsembako). Harus cepat-cepat segera dikirim, makanya pelabuhan sekarang ramai,” ujar Sugiono, 39, sopir truk asal Jawa Tengah.
Sementara itu, Manajer Operasional PT. Indonesia Ferry (Persero) ASDP Ketapang, Wahyudi Susianto, mengatakan peningkatan jumlah truk yang menyeberang ke Pulau Bali memang sudah terjadi sejak beberapa hari lalu.
Berdasar data yang dicatat ASDP, ada kenaikan 15 persen jumlah truk yang menyeberang ke Bali dibandingkan hari biasa. Namun, sementara ini, kata dia, antrean hanya didominasi kendaraan jenis truk. ”Kendaraan lain masih normal, mulai H-5 sampai H+3 Lebaran, truk nonsembako sudah tidak boleh lagi melintas,” jelasnya.
Wahyudi menambahkan, halaman parkir Pelabuhan ASDP Ketapang tampak dipenuhi truk yang mengantre hanya terjadi saat malam hari. Antrean itu berlangsung hingga pagi. Meski pada H-5 sampai H+3 Lebaran nanti truk sudah tidak boleh beroperasi, tapi ada pengecualian.
Truk bermuatan sembako tetap diperbolehkan beroperasi dan menyeberang ke Pulau Bali saat angkutan Lebaran 2016 nanti. ”Truk angkutan sembako, seperti beras, sayur, susu, dan lain-lain, masih boleh beroperasi,” tambahnya.
Sementara itu, setelah molor karena direhabilitasi, dermaga ponton Pelabuhan ASDP Ketapang dan Gilimanuk sudah beroperasi kembali sejak Senin lalu (20/6). Dengan beroperasinya dermaga ponton, berarti ada empat dermaga yang beroperasi di Pelabuhan ASDP Ketapang. Selain itu, ada lagi dermaga jenis beaching di Pelabuhan LCM Ketapang. (radar)