Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Jenang Selo Made In Sri Wahyati di Singotrunan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

 

Sri-Wahyati-memotong-jenang-waluh-yang-sudah-siap-di-konsumsi-di-dapur-rumahnya-kemarin.

Sempat Berhenti Enam Bulan karena Minim Buah Labu

JENANG selo atau waluh banyak diminati pada momen Lebaran. Biasanya jajanan ini menjadi suguhan kepada tamu-tamu saat silaturahmi. Namun karena proses pembuatannya yang menguras tenaga dan waktu, jenang  selo mulai ditinggalkan di kawasan  pedesaan.

Masyarakat lebih memilih praktis dengan membeli jenang selo yang  siap dinikmati. Ya, tantangan membuat jenang bukan dari prosesnya yang rumit, tapi butuh waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Membuat satu resep  jenang, minimal dibutuhkan waktu empat jam untuk mengaduk adonan  hingga merata.

Dan berjam-jam lainnya untuk mengupas buah, merebus, dan mengupas kelapa. Di Kelurahan Singotrunan, seorang warga, Sri Wahyati, 62, konsisten memproduksi jenang selo selama belasan tahun. Selama belasan tahun itu pula dia memproduksi  jenang selo dengan proses manual.

“Baru tahun ini pekerjaan ini sedikit ringan ka rena dibantu mesin,” ujarnya.  Sebelumnya, Sri sering kerepotan jika pegawainya tidak bisa membantu. Dia memiliki dua pegawai yang membantu proses pembuatan  jenang selo. Karena pegawainya merupakan ibu-ibu rumah tangga, sering mereka terhalang oleh kewajiban rumah tangga.

Sri mengatakan, pembuatan jenang selo sebenarnya mudah. Yang pertama adalah mengupas buah labu dan dicuci hingga bersih. Berikutnya daging buah labu direbus selama satu jam hingga lunak. Daging labu yang telah lunak ditiriskan agar airnya hilang. Sejurus kemudian,  labu di campur dengan santan hingga rata.

Proses inilah yang memakan waktu lama. Untuk menghasilkan kualitas tekstur yang baik, minimal dibutuhkan waktu tiga jam pengadukan. Tidak lupa ditambahkan gula pasir agar terdapat rasa manis. Setelah dirasa cukup, adonan dituang  ke wadah.

Biasanya, untuk membentuk jenang dengan bentuk yang diinginkan, harus menunggu adonan dingin terlebih dulu. Sehari, rata-rata  Sri menghabiskan sepuluh buah selo untuk satu resep jenang selo yang bisa menghasilkan 20 kilogram jenang. Jumlah tidak sedikit jika harus dikerjakan seorang diri.

“Saya sering stres kalau anak buah tidak masuk. Kadang saya sudah mengerjakan sebagian pekerjaan tetapi tidak ada yang melanjutkan,” katanya. Untuk itu kemudian dia membeli mesin pengaduk. Mesin tersebut bisa membantunya  menghemat tenaga.

Rupanya penghambat tidak hanya karena kurangnya tenaga, tetapi juga karena ketersediaan bahan baku. Enam bulan yang lalu, dia tidak bisa memproduksi jenang  selo karena buahnya tidak ada di pasaran. (radar)