Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Karnaval Kostum Anyaman Bambu

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Kostum bambu diperagakan dalam Festival Bambu Desa Gintangan.

BLIMBINGSARI – Pagelaran festival bambu yang dilaksanakan di Desa Gintangan, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, berlangsung samarak. Puluhan warga memamerkan kostum unik berbahan dasar anyaman bambu di jalan desa tersebut kemarin (13/5).

Karnaval yang didesain mirip Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) itu memiliki keunikan tersendiri. Karena para peserta menyuguhkan kostum busana ikonik berbahan dasar anyaman bambu.

Para seniman anyaman bambu dari Desa Gintangan, mendesain kostum anyaman tersebut menjadi sebuah karya luar biasa. Misalnya ada kostum dengan desain burung garuda, barong Oseng, serta berbagai jenis karya kostum unik lainnya berbahan anyaman bambu.

Sementara itu, peserta karnaval juga bervariasi. Peserta mulai dari usia anak-anak, remaja, dan dewasa tampak beralan kaki di sepanjang jalan Desa Gintangan. Mereka melenggak-lenggok layaknya model profesional di arena karnaval.

Sesekai, mereka juga memamerkan kostum anyaman bambu itu di hadapan ribuan penonton yang sudah memadati sepanjang tepi jalan desa sejak pagi. Sebelum, para peserta kostum anyaman bambu itu muncul di hadapan penonton. Sekitar 60 penari gandrung mengawali karnaval di barisan terdepan.

Para penari itu tampil di hadapan ribuan penonton dan tamu undangan di depan Balai Desa Gintangan.

Uniknya, para penari gandrung itu juga mengenakan omprog (mahkota) yang terbuat dari anyaman bambu. “Festival Bambu ini adalah upaya mengangkat potensi yang dimiliki oleh masyarakat Desa Gintangan yang selama ini dikenal sebagai sentra kerajinan bambu,” ungkap Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko saat menghadiri puncak acara Festival Bambu kemarin.

Para pengunjung yang datang tidak sekadar menyaksikan pawai karnaval di jalan desa. Pengunjung juga bisa mengunjungi sejumlah sanggar kerajinan bambu yang menyajikan ratusan karya.

Mereka melihat produk kap lampu, tempat tisu, tutup nasi, kopiah, dan beragam perabotan rumah tangga berbahan anyaman bambu. Namun sayangnya, sebagian pengunjung juga mengeluhkan lokasi acara yang kurang tertata dengan baik.

Semua kegiatan masih terpusat di dalam dan jalan sekitar Balai Desa Gintangan. Padahal, ribuan pengunjung dari berbagai kecamatan menantikan acara kegiatan tersebut. “Idenya sangat bagus, kreatif dan menarik. Hanya masih kurang nyaman untuk ditonton,” ujar Ryla Novita, 25, seorang pengunjung asal Kecamatan Cluring.

Penataan yang dimaksud, kata Rvla, para pengunjung yang datang kurang mendapat sambutan hangat. Dia juga tidak menemukan ikonik dan sesuatu dalam acara tersebut. “Tidak ada yang wah dan berkesan, evennya biasa saja,” ujarnya.

Sementara itu, acara karnaval ditutup atraksi seni hadrah kuntulan, thethek patrol, yang berjalan bersama di barisan akhir. (radar)

Kata kunci yang digunakan :