Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Karyawan RSUD Genteng Meradang

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Para karyawan RSUD Genteng mulai perawat, bidan, dan dokter membuang pakaian batik ke tempat sampah sebagai simbol kekecewaan kemarin.

GENTENG- RSUD Genteng bergolak. Para karyawan mulai perawat, bidan, dan dokter menggelar aksi dan doa bersama di halaman rumah sakit kemarin pagi (10/5). Dalam aksinya itu, mereka menuntut manajemen lebih  profesional dalam pemberian jasa pelayanan dan proses kenaikan pangkat yang jelas.

Dalam aksinya itu, para karyawan RSUD Genteng  sambil membentangkan spanduk dan poster, mulanya berkumpul di depan gedung IGD. Selanjutnya, berjalan  menuju kantor manajemen yang berjarak sekitar 100 meter. Sambil berjalan itu, mereka terus meneriakkan yel-yel untuk pembersihan.

“Kami dizalimi,” teriak para karyawan sambil membentangkan poster. Setiba di kantor manajemen, para karyawan yang menggelar aksi itu langsung menggelar doa bersama. Selanjutnya,  di antara mereka melepas baju batik seragam dan dibuang ke tempat sampah. Mereka juga melakukan penggalangan  tanda tangan sebagai bentuk mosi tidak percaya pada manajemen.

“Aksi ini untuk perbaikan mutu dan kualitas  rumah sakit,” cetus juru bicara karyawan RSUD Genteng,  dr. Risandi Harry P. Sp.OT. Risandi menyebut para karyawan yang menggelar aksi ini meminta segala kebijakan dari manajemen, dilakukan secara terbuka.

“Semua kebijakan yang diambil, harus dilakukan sosialisasi secara terbuka, itu untuk RSUD Genteng yang lebih baik,” katanya. Menurut Risandi, selama ini pengelolaan dana jasa pelayanan tidak jelas.

Dana yang harusnya diterima setiap dua bulan itu, dianggap pencairannya kurang transparan. “Aksi ini tidak akan mengganggu pelayanan, karena petugas  yang jaga pasien tetap adam,” kata Agus Estu, karyawan lain yang ikut aksi itu.

Direktur RSUD Genteng, dr. Hj. Indah Sri Lestari belum bisa dikonfirmasi. Saat karyawannya sedang menggelar  aksi, kebetulan sedang tidak ada di tempat. “Secara pribadi,  kami tidak mempermasalahkan aksi para karyawan, sebab itu termasuk hak para karyawan,” cetus humas RSUD  Genteng, dr. Sugiyo Sastro.

Terkait dana jasa pelayanan yang dikeluhkan para karyawan karena dianggap tidak transparan, jelas dia,  itu sebenarnya dampak dari imbas kelebihan pembayaran  pada akhir tahun 2016.

Dan itu, jelas dia, juga terpantau setelah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Jawa Timur melakukan audit. Dan itu akan kembali normal setelah  Juni 2017. “Kelebihan JP (jasa pelayanan) harus  dikembalikan, jadi selama empat bulan ini karyawan tidak bisa menerima JP,” sebutnya.

Kepala seksi (Kasi) Administrasi RSUD Genteng, Didit EP, menabahkan persoalan jasa pelyanan yang dipersoalkan oleh para karyawan itu, sebenarnya  sudah disosialisasikan kepada semua karyawan, termasuk para perawat, bidan dan Dokter di RSUD Genteng.

“ASpirasi yang disampaikan itu kami anggap sebagai masukan yang membangun. Sebawai wujud keterbukaan, sosialisasi akan kita lakukan kembali, “katanya. Mengenal permintaan soal kenaikan golongan karyawan yang tidak terbuka, Kepala Bagian (Kabag) Kepegawaian RSUD Genteng Abdul Rochim, menjelaskan semua tahapan dilakukan sesuai prosedur dan tata cara yang ada, yakni berdasarkan aspirasi bagian keperawatan dan melihat kelengkapan persyaratan.

“Kenaikan itu bukan hanya pangkat atau golongan, tapi juga jenjang, seperti dari pegawai biasa menjadi tenaga ahli,” cetusnya. (radar)