Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Kecewa Kebijakan Disbudpar, Puluhan THL Mogok Kerja

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Wisata Pantai Grand Watudodol (GWD) ditutup untuk umum oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banyuwangi. Penutupan sementara tersebut ternyata berbuntut panjang. Sebanyak 23 tenaga harian lepas (THL) yang selama ini mengelola wisata GWD memilih mogok kerja, Sabtu (19/1/2019).

Tidak satupun yang kini mau melaksanakan tugas kebersihan dan perawatan taman. Obyek wisata bahari yang terletak di Dusun Paras Putih, Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo itu pun dibiarkan mangkrak. Padahal, pasca ditutup 7 Januari 2019 lalu, para THL tersebut masih mau bekerja dan bersih-bersih di GWD.

Koordinator THL yang juga ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pesona Bahari, Abdul Azis mengatakan, pilihan ini dilakukan lantaran seluruh THL merasa kecewa terhadap kebijakan Disbudpar yang hendak menggusur 4 pengelola warung dengan dalih kumuh. Sedangkan selama penutupan pihak Disbudpar tidak pernah memberikan pembekalan maupun pelatihan dalam bentuk apapun.

“Pengelola, pemilik warung, dan pelaku wisata yang bergerak di sini adalah pelaku sejarah sejak GWD saat sebelum terkenal hingga saat ini menjadi destinasi unggulan Bumi Blambangan. Kalau hanya soal warung yang kumuh kan bisa dibina, bukan dibinasakan begini,” sergahnya, Sabtu (19/1/19) sore.

Azis menuturkan, aksi mogok kerja ini merupakan salah satu bentuk solidaritas antar sesama warga yang menggantungkan hidupnya dari wisata di bibir Selat Bali. Karena itu, seluruh THL mengabaikan soal gaji bulanan yang selama ini mereka terima.

“Ini bukan masalah gaji. Lha empat pemilik warung yang diusir itu adalah sama-sama perintis pengembangan GWD sebelum dipoles oleh pemerintah. Kami tidak terima jika ada salah satu warga kami yang diusir,” tegasnya.

Terlebih penutupan GWD sendiri tanpa kurun waktu yang jelas. Banyak calon pengunjung yang balik kanan serta kecewa karena gagal menikmati pesona wisata di batas sisi selatan Kecamatan Wongsorejo ini.

“Sempat ada pengunjung tiga bus dari Jogjakarta yang hendak parkir di sini. Karena ditutup akhirnya batal. Kami juga sering ditanya dari Pokdarwis lain. Seolah-olah atas penutupan ini kami tidak berbuat apa-apa,” lontarnya.

Selama GWD ditutup, lanjut Azis, sangat berimbas bagi perekonomian warga. Hampir dua pekan masyarakat tak lagi memperoleh pemasukan dari sana. Apabila sikap pemerintah tak dirubah warga siap melakukan aksi.

“Kami akan terus mogok, tak masalah gak digaji. Nanti kita akan demo Disbudpar,” pungkasnya.