Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Keelokan Pantai Cemara dengan View Selat Bali

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

SIANG itu dari depan jalan masuk area pantai sudah tampak puluhan kendaraan yang berjejer. Beberapa orang tampak sibuk menata tempat parkir. Hilir mudik pengunjung juga terlihat diatas jembatan yang menghubungkan Pantai Cemara dan daratan kampung nelayan, Lingkungan Pantai Rejo, Kelurahan Pakis.

Begitu masuk ke area pantai yang berada diwilayah Kelurahan Pakis itu, puluhan orang sudah tampak berteduh di bawah pohon cemara. Sebagian besar adalah keluarga yang menikmati pemandangan sambil memakan bekal dari rumah.

Sebagian lagi adalah anak-anak muda yang sekadar duduk atau membeli makanan bersama temannya kepada pedagang jajan keliling di lokasi. Kondisi pantai yang menjadi tempat penangkaran penyu jenis lekang tersebut memang berbeda dengan beberapa bulan sebelumnya.

Selain semakin ramai, saat ini sudah berdiri sekitar 16 warung makan seperti yang ada di Pantai Boom, Banyuwangi, sebelum direlo kasi. Warung-warung itu berdiri memanjang dari ujung selatan hingga utara. Sementara itu, pepohonan cemara udang yang difungsikan untuk merehabilitasi pantai yang rawan tergerus airlautitu semakin besar, sehingga banyak warga yang berteduh di bawahnya.

Adanya kuda yang disewakan beberapa orang dipinggir pantai sebagai tunggangan semakin menarik perhatian pengunjung.  Halim mengingatkan kita pada kuda-kuda serupa yang pemah disewakan di Pantai Boom sebelum akhirnya diminta berhenti.

Siswanto, 45, salah seorang wisatawan asal Srono, mengaku lebih memilih berlibur ke Pantai Cermara karena belum seramai lokasi lain. Banyak pepohonan di tepi pantai, sehingga dirinya dan keluarga tidak merasa kepanasan meskipun datang di siang hari.

“Di sini pantainya masih bersih, belum banyak sampah. Yang jelas di sini murah, jadi bawa keluarga ke sini saja,” ujar Siswanto sembari tertawa. Muhyi, ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Pantai Cemara, menambahkan seiring semakin tingginya pohon-pohon cemara udang yang tumbuh di tepi pantai, semakin banyak orang yang datang.

Ditambah lagi, cerita dari mulut ke mulut mengenai keindahan Pantai Cemara yang tak kalah dengan pantai lain dengan view Selat Bali, menjadi salah satu penyebab pantai tersebut selalu ramai pengunjung. “Ramainya belum lama, baru sekitar 4-5 bulan lalu. Biasanya ramainya akhirpekan atauwaktu liburan seperti ini. Puncaknya pada hari pertama tahun baru kemarin. Ada ribuan orangyang ke sini,” terang Muhyi.

Banyaknya warung yang dibuka warga di sekitar pantai itu untuk mengimbangi jumlah pengunjung yang semakin banyak. Awalnya hanya satu warung yang difungsikan untuk nelayan atau para peneliti dan pelajar. Semakin banyak pengunjung, warga sekitar akhirnya ikut berjualan.

Pantai Cemara sebenarnya lebih diperuntukkan sebagai lokasi konservasi. Oleh karena itu, Muhyi membatasi berdirinya warung-warung di pantai tersebut. Sehingga, masih ada tempat untuk mengembangkan zona hutan kota di sisi selatan dan sisi utara pantai.

“Ekosistem pantai ini tetap kita perhatikan, baik untuk tanaman mangrove maupun cemara. Makannya tempat parkir kami batasi juga,” ujarnya. Saat disinggung tentang biaya perawatan fasilitas dan kebersihan pantai, Muhyi mengatakan semua diatasi KUB.

Sambil menunjuk bangunan musala kayu yang masih dalam tahap pembangunan dan toilet yang sudah berdiri, Muhyi mengatakan semua biaya itu dari penjualan bibit cemara udang. Dari indukan pohon cemara yang didatangkan dari Pantai Lombang, Madura, yang sudah dicangkok itulah KUB bisa mengelola pantai.

Ke depan, pihaknya akan tetap menjaga pantai agar semakin lestari. Sebab, tujuan awal pantai itu sarana edukasi, konservasi, dan wisata terbatas. “Untuk wisata kita batasi sampai pukul 18.00. Jadi, kalau sudah mendekati jam itu, masyarakat kita minta pulang. Apalagi, di sini memang belum ada penerangan yang cukup pada malam hari,” ujar bapak dua  anak tersebut. (radar)