Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Kegiatan Pakai Dana Pribadi, masih Sering Terima Teror

SUPPORT HAKIM: Didiek Nurhadi Shaleh (pakai topi) ketika mengawal majelis hakim mengecek mobil milik Sigit.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
SUPPORT HAKIM: Didiek Nurhadi Shaleh (pakai topi) ketika mengawal majelis hakim mengecek mobil milik Sigit.

Didiek Nurhadi Sholeh tidak pernah absen menghadiri persidangan Brigadir Sigit Dwi Susanto, anggota polisi yang menjadi terdakwa kasus narkoba. Bersama sejumlah pengurus DPC Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) Banyuwangi, Didiek selalu aktif memantau persidangan.

DIDIEK Nurhadi Sholeh membaur bersama anggota dan pengurus DPC Granat Kabupaten Banyuwangi yang siang itu sedang berkumpul di halaman Pengadilan Negeri (PN) Banyuwangi. Mereka mengenakan kaus dan topi warna gelap. Rata-rata usia mereka sudah tidak muda lagi.

Sebagai ketua DPC Granat Banyuwangi, Didiek sering mendapat tempat khusus di antara anggota Granat yang hadir, termasuk para pengunjung PN dan anggota kepolisian yang kebetulan bertugas menjaga keamanan di lembaga pengadil tersebut. “Kita memang diperintah khusus oleh ketua umum DPP Granat untuk memantau jalannya persidangan Brigadir Sigit,” ungkap Didiek. Menghadiri persidangan kasus narkoba di PN bukan hal yang baru bagi Didiek.

Tetapi, menurutnya, kasus peredaran narkoba dengan terdakwa Brigadir Sigit adalah yang paling istimewa. “Saya dan temanteman DPC Granat Banyuwangi sudah 15 kali mengikuti sidang Brigadir Sigit,” ujarnya Kehadirannya dalam persidangan kasus narkoba merupakan bentuk support kepada majelis hakim yang memimpin sidang. Dukungan itu diharapkan bisa membuat semua pelaku yang terlibat kasus nar koba dihukum sesuai perbuatannya. “Peredaran narkoba di Banyuwangi sudah meng khawatirkan,” ungkap warga Jalan Kapten Ilyas, Banyuwangi, itu.

Para korban narkoba di Kabupaten Banyuwangi kini bukan hanya orang dewasa atau orang tua. Tidak sedikit para pelajar yang sudah terjerumus ke kristal putih ter sebut. “Ini yang sedang kita garap. Kami menargetkan Banyuwangi harus bebas nar koba,” cetusnya. Dalam menekan peredaran narkoba, Didiek mengaku sering melakukan konseling, penyuluhan terhadap para pelajar dan ibu-ibu kantoran. “Kita juga membantu proses re habilitasi para pecandu narkoba yang mau tobat,” terang mantan anggota DPRD Banyuwangi itu.

Dengan nada serius, Didiek menyebut Banyuwangi yang berdampingan dengan Bali adalah pasar empuk bagi peredaran nar koba. Itu telah disadari dan menjadi tantangan sendiri bagi organisasinya. “Kita akan terus berjuang memberantas narkoba di Bumi Blambangan,” tegasnya. Tekad DPC Granat Banyuwangi itu memang tidak mudah dilaksanakan. Apalagi, biaya yang digunakan untuk melaksanakan program dan kegiatan tersebut berasal dari iuran para anggota. “Kita belum pernah dapat bantuan dari pemerintah, padahal daerah lain dibiayai pemerintah,” cetusnya.

Selain persoalan dana, tantangan yang se ring dihadapi para pengurus DPC Granat adalah teror, baik melalui telepon maupun pesan singkat hand phone (HP). “Teror itu pasti dari jaringan pengedar narkoba. Kalau kita kontak, tidak ada jawaban,” sebutnya. Lantaran sering diteror, kini para aktivis Granat Banyuwangi menjadi kebal. Bagi mereka, teror adalah risiko atas perjuangan memberantas peredaran narkoba di Bumi Blambangan. “Banyuwangi harus bebas dari narkoba,” tekadnya. (radar)