Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Hukum  

Keluarga Aziz Tolak Tanda Tangan

Abdul Aziz saat baru menjalani perawatan dengan pembersihan pada luka bekas ledakan ditangan dan mata di RSUD Genteng.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Abdul Aziz saat baru menjalani perawatan dengan pembersihan pada luka bekas ledakan ditangan dan mata di RSUD Genteng.

GENTENG – Nasib Abdul Aziz, 41, salah satu pelaku perampokan di rumah Slamet Rohaini, 47, warga Dusun/Desa Kepundungan, Kecamatan Srono pada Rabu dini hari (13/9), tampaknya semakin mengenaskan. Keluarganya menolak bertanggung jawab perawatan di RSUD Genteng.

Keluarga Aziz yang tinggal di Dusun Bendelan, Desa/Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember, sebenarnya telah datang ke rumah sakit untuk menjenguk. Tapi, mereka menolak tanda tangan untuk persetujuan dilakukan operasi.

“Keluarga Aziz itu sebenarnya ada yang datang, tapi tidak mau tanda tangan,” cetus Humas RSUD Genteng, dr. Sugiyo Sastro.

Dengan tidak ada persetujuan itu, terang dia, maka rumah sakit juga belum berani melakukan tindakan tambahan. Luka pada tangan kiri dan kedua matanya akibat terkena ledakan bom bondet, juga belum dilakukan operasi.

“Belum ada persetujuan untuk dilakukan tindakan medis,” ungkapnya. Menurut dokter Sugiyo, sebenarnya yang perlu segera ditangani dari luka pada Aziz itu adalah dibagian matanya yang perlu dilakukan operasi. Jika terus dibiarkan, maka akan semakin parah.

“Makin lama bisa makin rusak karena infeksi,” ungkapnya. Tertundanya penanganan pada Aziz ini, karena menunggu orang yang mau bertanggung jawab, terutama pada biaya dan yang lainnya.

“Rumah sakit juga repot, siapa yang membiayai, untuk operasi itu butuh Rp 5 juta sampai Rp 6 juta, matanya mau dikeluarkan,” terangnya. Secara medis, jelas dia, jika hingga 15 hari kedepan tetap dibiarkan, risiko infeksi semakin besar.

Kondisi mata itu bisa menjalar dan mengenai organ dalam seperti otak. Tapi, rumah sakit telah melakukan upaya agar kemungkinan terburuk itu bisa dihindarkan. “Kita sudah melakukan antisipasi dengan memberikan anti biotik,” jelasnya. (radar)