Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Keluarga Menduga Sugianto Mengidap Depresi

KENANGAN: Sugianto dan Herni dikenal sangat rukun oleh keluarganya.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
KENANGAN: Sugianto dan Herni dikenal sangat rukun oleh keluarganya.

Kepergian Sugianto, 33, dan Herni Sulistiowati, 28, untuk selama-lamanya, menyisakan duka mendalam bagi pihak keluarga. Terlebih, Silva Eka Aprilia, putri tunggal pasangan suami istri (pasutri), ini masih balita dan membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya.
-SIGIT HARIYADI, Muncar-

PAGI itu, mobil jenis minibus berpelat nomor DK parkir di samping rumah di salah satu gang sempit masuk Dusun Sumberayu, Desa Sumber-beras, Kecamatan Muncar. Di dalam rumah berlantai keramik warna putih, itu terdapat beberapa orang yang sedang bercengkrama di ruang tamu.

Raut wajah orang-orang itu tampak masih diselimuti kesedihan pasca prosesi pemakaman Sugianto dan Herni, pasutri yang ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan di kamar kontrakannya di Jalan Pulau Roti, Gang Banteng, Sesetan, Denpasar Selatan, Bali, Selasa sore yang lalu (24/4).

Rabu malam (25/4), jenazah Sugianto dan Herni dimakamkan di tempat berbeda. Jasad Sugianto dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Desa Sumberberas, Kecamatan Muncar. Sedangkan jenazah Herni dikebumikan di TPU di daerah asalnya, tepatnya di Desa Wringinpitu, Kecamatan Muncar.

Bahkan, kelopak mata seorang wanita yang pagi itu mengenakan kaos putih lengan panjang yang dipadu kerudung warna hitam, tampak masih sembab, pertanda dia baru saja menangis. Orang-orang yang pagi itu berkumpul di rumah tersebut adalah sanak kerabat pasutri yang sejak beberapa tahun terakhir bekerja di Bali, itu.

Mereka seolah tidak percaya, dua orang yang sangat mereka kasihi itu telah pergi untuk selama-lamanya. Rasa haru bercampur bingung menggelayuti benak kerabat pasutri yang ternyata masih memiliki hubungan kekerabatan tersebut. Bagaimana tidak, tanpa sebab yang jelas, Sugianto menggorok leher istri yang sudah dinikahinya sejak tahun 2003 dan telah memberinya seorang anak tersebut hingga tewas, lantas dia menghabisi nyawanya sendiri dengan cara yang sama, yakni menggorok leher dengan sebilah pisau dapur.

Keluarga korban pun mengaku sangat terpukul dengan pemberitaan sejumlah media yang menyatakan peristiwa berdarah itu dilatarbelakangi motif cemburu. “Kami yang sehari-hari berada di sekeliling mereka (Sugianto dan Herni) tidak pernah melihat mereka bertengkar karena cemburu. Sebaliknya, sekitar setengah jam sebelum kejadian, saya melihat Herni memijat suaminya yang sedang sakit tersebut. Usai memijat sang suami, Herni kemudian menyuapinya,” cerita Sunaryanto, kakak kandung Sugianto.

Ya, di Pulau Dewata, Bali, Sugianto dan istrinya memang menetap di salah satu kamar yang berada satu gedung dengan pabrik sablon yang dikelola keluarganya. “Entah dari mana praduga peristiwa itu bermotif cemburu. Setahu saya, rumah tangga Sugianto dan Herni sangat harmonis. Herni sangat penurut kepada suaminya. Bahkan, Sugianto tidak mau makan kalau tidak istrinya yang mengambilkan nasi dan laukpauknya,” papar Sunaryanto.

Hal yang sama diutarakan Sudarmono, 25, adik bungsu Sugianto. Dikatakannya, meskipun saat itu berada tidak jauh dari kamar kakaknya tersebut, dia sama sekali tidak mendengan suara cekcok antara Sugianto dan Herni. Sebelum mendapati kedua korban tewas, dia hanya mendengar jeritan yang diduga kuat berasal dari mulut Herni sebanyak sekali. “Setelah mendengar jeritan itu, saya dan beberapa pekerja mendobrak pintu kamar korban.

Ternyata keduanya sudah tewas di dalam kamar mandi. Di dekat tangan Sugianto, terdapat sebuah pisau dapur. Tetapi pisau itu sudah terjatuh di lantai,” tuturnya. Keluarga besar korban menduga, tindakan nekat Sugianto disebabkan anak ke tujuh dari sembilan bersaudara tersebut sedang depresi. Sebab, selain pendiam dan sangat tertutup, pria yang satu ini juga memiliki riwayat gegar otak ringan akibat kecelakaan lalu-lintas tahun 2004 silam.

“Sekitar empat bulan yang lalu, dia (Sugianto) juga sempat pulang ke Muncar. Saat itu dia juga memperlihatkan tanda-tanda seperti orang sedang mengalami depresi. Dia memang sering seperti itu (depresi) sejak mengalami gegar otak tersebut,” cerita seorang kerabat yang lain. Beruntung, saat kejadian Silva Eka Aprilia, 4, putri tunggal pasutri tersebut sedang bermain di luar kamar. Bocah perempuan ini pun lolos dari maut.

Lantas, bagaimana nasib Silva kini? Subakir, juga kakak kandung Sugianto mengaku akan melakukan rembug keluarga untuk menentukan siapa yang merawat bocah malang tersebut. “Kami akan rembugan dulu. Tapi yang jelas, pertimbangan utama adalah siapa yang paling bisa memberikan suasana yang nyaman bagi Silva. Meski begitu, semua keluarga tetap bertanggung jawab atas masa depan Silva,” pungkas Subakir. (radar)