Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Kemenperin RI Gelar Swarna Fest 2016

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Bupati-Anas-menerima-kunjungan-tim-Kementerian-Perindustrian-RI-di-Pendapa-Shaba-Swagata-Blambangan-Selasa-lalu.

BANYUWANGI – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI akan menggeber Festival Serat dan Warna Alam bertajuk Swarna Fest 2016 di Bumi Blambangan  pada Oktober mendatang. Tim khusus Kemenperin telah bertandang ke Banyuwangi untuk bertemu Bupati Abdullah Azwar Anas, Ketua Dewan Kerajinan Nasional  Daerah (Dekranasda) Ipuk Festiandani Azwar Anas, dan instansi terkait di Bumi Blambangan Selasa (8/3).

Di hadapan Bupati Anas, salah satu anggota tim, Merdi Sihombing, mengatakan Swarna Fest mengusung konsep ethical fashion alias fashion yang beretika. Ethical fashion yang dimaksud adalah fashion yang beretika dengan alam alias tanpa menggunakan bahan kimia.

Dikatakan, di tengah gempuran kain sintetis dan pewarna kimia, tren fashion di dunia kini justru mengarah pada pemanfaatan tenun berbahan serat alam dan pewarna alam. Pewarnaan alam pada kain atau pakaian sangat diminati lantaran menghasilkan warna yang khas dan memiliki nilai budaya dan estetika yang sangat tinggi.

Untuk memberikan nilai lebih kepada masyarakat Banyuwangi, Swarna Fest 2016 tidak hanya akan dimeriahkan fashion show. Ajang tersebut juga bakal dirangkai dengan workshop untuk para perajin batik; pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),  dan pelaku industri kreatif lain di Banyuwangi.

Merdi mengatakan, Swarna Fest 2016 digelar di Banyuwangi dalam rangka mendongkrak berbagai program yang telah dikerjakan pemkab, termasuk Banyuwangi Batik Festival dan Green and Recycle Fashion Week. “Pada kegiatan ini akan dikampanyekan ethical fashion atau fashion yang beretika. Di dalamnya ada recycle, reduce,  dan reuse,” cetus tokoh ethical  fashion nasional tersebut.

Merdi menuturkan, melalui rang kaian kegiatan Swarna Fest  tersebut pihaknya juga akan  memberikan pembekalan cara membranding batik ke arah menengah ke atas. Caranya dengan menggunakan isu-isu dunia, yakni memanfaatkan pewarna alam dan isu sustainable for the future.

“Artinya, Budayanya semakin diangkat, tetapi lingkungan tetap dijaga untuk masa  depan,” cetusnya. Program ini merupakan proyek jangka panjang yang harus dilakukan secara berkelanjutan. Karena itu, dia mengapresiasi  niat Pemkab Banyuwangi melakukan  kaderisasi perajin batik  dengan membuka sekolah batik di Bumi Blambangan.

Bupati Anas mengatakan kegiatan tersebut sejalan dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang dilakukan Pemkab Banyuwangi. “Ini berhubungan dengan  sustainable development, bagaimana mengajari UMKM memanfaatkan  alam sebagai basis  pewarna,” ujarnya.

Anas menambahkan, berdasar pemaparan tim Swarna Fest  tersebut, ternyata dedaunan,  sisa atau limbah rumput laut, kulit buah naga, bahkan limbah tinta cumi-cumi bisa dimanfaatkan untuk pewarna alami. Sebenarnya desain busana ramah lingkungan telah digaungkan di  Banyuwangi beberapa tahun  terakhir, yakni melalui kegiatan Green and Recycle Fashion Week.

“Ini satu step lebih maju. Kami  berharap, ada workshop, sehingga kegiatan ini nanti menjadi sesuatu  yang bermakna bagi program sustainable development yang ada di Banyuwangi, khususnya pada bidang desain,” harapnya.  (radar)