Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Kerap Mimpi Bertemu Naga Sebelum Menggosok

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Deru dan bunyi mesin grinda dari rumah sederhana di Blok O nomor 4 di Perumahan Griya Giri Mulya (GCM) Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi nyaris tidak pernah terputus setiap hari. Bunyi dari gerinda bukan satu-satunya yang suara yang sering muncul dari rumah Muhamad Lukman Chafidh, 29, tersebut.

Beberapa peralatan lain seperti alat pemotong juga biasa menimbulkan bunyi bunyian dari bengkel mini di samping rumah tersebut. Ketika suara masih ramai, artinya pria kelahiran Sidoarjo ini sedang melakukan mengaktualisasikan kemampuan khusus membuat cincin batu akik.

Untuk membuat satu cincin akik, memang sedikit butuh agak lama. Lukman biasanya mampu menyelesaikan satu hingga lima buah cincin dalam sehari. Sebagai orang yang sudah mahir, jumlah tersebut memang masih terlalu sedikit. Namun dirinya mengedepankan kualitas dibandingkan dengan kuantitas.

Tahapan demi tahapan pembuatan mulai mata akik berupa bongkahan batu. Lukman mengerjakannya dengan detail dan hati-hati. Bongkahan itu kemudian dibentuk sesuai dengan keinginan pemesan. Pada tahap akhir, barulah batu yang sudah dipoles tersebut diberikan sentuhan akhir sebelum dipasang di gagang cincin.

Tentu saja, tidak semua batu mudah untuk dibentuk sesuai keinginan. Suami Radhita Ayuning Hapsari ini, ternyata juga mengalami kesulitan dalam membentuk beberapa jenis batu. Batu jenis pertama diakuinya memiliki tingkat kerumitan yang cukup tinggi. Ini tidak berlebihan mengingat komposisi kekerasan masing-masing batu berbeda-beda.

Bila dibandingkan dengan batu akik, kekerasan batu pemata masih di atasnya. Tidak heran bila kemudian untuk membuat cincin dengan batu permata, dia sedikit ngoyo. “Batu permata lebih keras dibandingkan akik. Karena sifatnya tadi butuh waktu agak lama dalam pembuatannya,” akunya.

Kalah keras dan nilai tidak lantas membuat batu akik ditinggal begitu saja. Ongkos pembuatannya yang cukup murah antara Rp 15.000 hingga Rp 50.000 per cincin, membuatnya begitu semakin digandrungi. Tidak salah bagi penggemarnya batu ini juga memiliki nilai tersendiri yang tidak ditemukan pada jenis batu lainnya.

Salah satu keistimewaan yang sering menjadi daya tarik bagi kolektor batu akik terutama terkait motifnya. Ada banyak motif batu akik yang tersebar di sejumlah daerah. Namun trennya batu akik dianggap istimewa saat menemukan gambar atau motif di dalamnya. Gambar ini terbentuk secara alami dan bukan hasil kreasi tangan manusia.

Di sana, kemudian nilai kepuasan pemakai cincin akik yang sekaligus menjadi daya tariknya. Motif ini juga yang membuat Lukman sedikit dibuat panas dingin dalam pembuatannya.

Percaya atau tidak, sebelum menerima order pembuatan batu akik biasanya dirinya mengalami hal yang sedikit di luar nalar. Dia bermimpi sesuatu seperti ketemu naga atau lainnya.

Arti mimpinya itu baru diterjemahkan saat dirinya memproses pembuatan batu akik. Dia menemukan ilustrasi gambar naga seperti tergambar dalam mimpinya. Bahkan dalam beberapa motif lain yang ditemukan dalam proses pembuatan, dia pernah mengalami sakit demam atau menggigil.

Tapi semua keanehan itu, bagi Lukman dianggap sebagai risiko pekerjaan. Nyatanya, meski terkadang diliputi unsur berbau mistis, penggemar cincin akik ternyata banyak juga datang dari beragam profesi. Tidak sekadar digunakan, cincin akik bahkan sudah menjadi bagian dari benda yang asyik untuk dikoleksi.

Seperti Leo Mundi Prasetyo, 34, penggemar batu akik asal Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi ini. Sejak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), Leo sudah gandrung dengan batu akik. Kini koleksinya bahkan sudah mencapai 150 buah. Alasannya sederhana, motif dalam batu akik relatif cukup alami. “Seperti melihat lukisan alam,” ujarnya.

Selain mencari sendiri baru akik, Leo juga melakukan barter dengan sesama kolektor batu akik. Batu akik merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Apalagi Banyuwangi juga tidak kalah dengan daerah lain sebagai penghasil dan memiliki kualitas batu yang tidak kalah berkualitas.