Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Keren, Inovasi “Teropong Jiwa” Banyuwangi Raih Top 25 Kovablik Provinsi Jatim 2019

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: banyuwangikab

BANYUWANGI – Program “Teropong Jiwa” (Terapi Okupasi dan Pemberdayaan Orang Dengan Gangguan Jiwa) Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menyabet penghargaan Top 25 kategori kesehatan di ajang Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (Kovablik) se-Jawa Timur Tahun 2019.

Dilansir dari banyuwangikab.go.id, penghargaan tersebut diserahkan langsung Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa kepada Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dalam acara penyerahan Penghargaan Top 25 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik se-Jawa Timur dan Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Perangkat Daerah Provinsi Jawa Timur di Surabaya, Selasa (3/12/2019).

“Terima kasih kepada Pemprov Jatim yang telah mengapresiasi kinerja Banyuwangi lewat penghargaan ini,” kata Bupati Anas.

“Ini akan menjadi pelecut semangat kami untuk terus berinovasi menciptakan pelayanan publik terbaik,” imbuhnya.

Bupati Anas menjelaskan, Teropong Jiwa adalah program pemberian terapi kerja bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

“Pasien ODGJ yang sudah stabil setelah menjalani serangkaian pengobatan, akan dilatih berbagai ketrampilan kerajianan tangan sebulan sekali,’ kata Bupati Anas.

“Terapi kerja ini bertujuan agar pasien ODGJ tidak mengalami kekambuhan. Mereka bisa lebih fokus dan tidak mudah emosional,” jelasnya.

Sementara itu, Plt Kepala Puskesmas Gitik Rogojampi, drg. Ai Nurul Hidayah mengatakan program ini digagas dan dilaksanakan di Kantor Puskesmas Gitik, Rogojampi, sejak 2017 lalu. Saat ini, ada 27 ODGJ yang dilatih di tempat ini. Mereka diajari membuat aneka kerajinan tangan, seperti miniatur kapal layar, lampu, gantungan kunci, tas belanja, dan aneka anyaman.

“Alhamdulillah, hasilnya memuaskan. Pasien ODGJ yang diterapi di sini menunjukkan progress yang menggembirakan,” kata Nurul.

“Rata-rata, emosi mereka semakin stabil dan kooperatif. Bahkan, dulu ada istri yang minta cerai karena suaminya ODGJ, sekarang rukun kembali,” imbuhnya.

Selain dilatih, lanjut Nurul, pemkab juga membuat program keluarga asuh buat mereka. Yakni mencari keluarga yang mau menerima ODGJ yang sudah pulih untuk bisa menjadi bagian dari keluarga tersebut. Program ini khusus bagi ODGJ yang tidak mempunyai keluarga.

“Kami juga ada program Usaha Asuh, dimana pengusaha di sekitar wilayah puskesmas diajak bekerjasama untuk menampung ODGJ yang sudah pulih untuk bisa bekerja di tempak mereka. Misalnya saja di tempat usaha penggilingan beras dan yang lainnya,” pungkas Nurul.