Kemudian setelah produk yang dibuat itu siap dipasarkan, maka dia harus menjual kepada pedagang yang telah memberikannya modal. Dari sini, kepastian barang terjual selalu ada. Namun di sisi lain, perajin tidak bisa menjual produknya ke sembarang orang. Karena itu, perajin kerupuk singkong ini sulit menaikkan pendapatannya. Untuk memecahkan persoalan itu, Pemdes Tegalsari mencoba mencari jalan keluar. Salah satu cara yang diambil adalah pemberian modal usaha ringan kepada masyarakat.
Pihak perajin dipertemukan dengan pihak penyedia pinjaman. Sehingga perajin tidak lagi bergantung kepada pedagang. Dari kerja sama itu, pedagang masih tetap bisa mengambil keuntungan setiap kali mengambil barang dari perajin. Langkah pertama yang dilakukan adalah membentuk kelompok perajin kerupuk. Kelompok yang beranggotakan para perajin kerupuk itu akan diberi modal. Selanjutnya, modal itu akan dibagi sesuai dengan kebutuhan produksi masing-masing perajin.
Dalam pelaksanaannya nanti, pemerintah desa hanya sebagai pihak yang melakukan pengawasan dan penerima laporan. Sebelum ide itu dilakukan, pemdes melakukan sosialisasi kepada para pembuat kerupuk. Selain itu, untuk mengantisipasi molornya pembayaran dari perajin, pihak pemdes juga akan melakukan pembinaan yang dibarengkan dengan program desa lainnya.” Semua pihak kita libatkan, tokoh masyarakat, KPMD dan tentunya pihak yang bersangkutan,” ujar Samani Asyidiq, Kepala Desa Tegalsari. (radar)