Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

KH Ma’ruf Amin: Warga NU Kembalilah ke PKB

TOKOH PKB: Muhaimin Iskandar bersama KH. Ma’ruf Amin.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
TOKOH PKB: Muhaimin Iskandar bersama KH. Ma’ruf Amin.

Dr. KH. Ma’ruf Amin, kiai Kharismatik NU secara terangterangan mengajak warga Nahdliyin untuk kembali ke Partai Kebangkitan Bangsa. “PKB merupakan satu-satunya partai yang dilahirkan oleh Nahdatul Ulama (NU).

Maka sudah selayaknya warga Nahdliyyin kembali menyalurkan aspirasi politiknya melalui PKB,” ungkap KH. Ma’ruf Amin, yang pernah menjadi Ketua Dewan Syuro periode pertama DPP PKB. Kesadaran bahwa PKB sebagai partai milik NU, semestinya dihadirkan kembali mengingat saat ini saluran politik warga nahdliyyin kian tercerai berai.

“Kini tibalah saatnya bagi kita, kaum Nahdliyyin, kaum Ahlussunnah wal Jama’ah, umat Islam dan rakyat Indonesia untuk kembali ke PKB demi mengutamakan kemaslahatan publik yang jauh lebih besar,” tegas Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) tersebut.

K.H. Ma’ruf Amin yang juga merupakan Ketua Komisi fatwa MUI itu menjelaskan, hubungan NU dan PKB telah terpatri kuat secara lahir-batin, layaknya orangtua dan anak yang saling membutuhkan, saling menyayangi, dan saling menghargai, karena keduanya memiliki hubungan yang tidak hanya bersifat idiologis, namun juga biologis.

“Warga nahdliyin membutuhkan PKB sebagai wadah penyaluran aspirasi politik dan PKB membutuhkan dukungan dan partisipasi warga Nahdliyin untuk bersama-sama memperjuangkan kemaslahatan publik dalam konteks bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.

Inilah hubungan timbal balik yang erat dan tak terpisahkan,” kata pengasuh Pondok Pesantren Al Nawawiyah, Banten yang merupakan keturunan Syeikh Nawawi al Bantani. Menurutnya, imbauan untuk kembali membesarkan PKB dilandasi tiga alasan. Pertama, PKB merupakan satu-satunya partai yang dilahirkan dari  rahim NU.

Artinya, sayap politik NU adalah PKB sebagaimana sejarah didirikannya PKB pada 23 Juli 1998 oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bersama-sama para ulama dan para kiai,yaitu: KH. Munasir Ali, KH. Ilyas Ruchyat, KH. A. Musthofa Bisri dan KH. A. Muhith Muzadi.

Gus Dur bersama para kiai menghendaki PKB sejak awal kelahirannya menjadi partai yang mengedepankan nilai-nilai keagamaan, kemanusiaan, keadilan dan kesejahteraan bagi kemaslahatan seluruh bangsa Indonesia. Kedua, PKB mewariskan nilai-nilai keulamaan dan keutamaan bagi kepentingan umat dan bangsa, yang semenjak didirikan hingga saat ini tidak pernah merubah prinsip perjuangannya (mabda’ siyasi), yaitu sebagai partai terbuka dan berazaskan Pancasila dan Aswaja.

Partai ini merupakan perwujudan dari semangat, perjuangan dan pengabdian para ulama dan kiai NU secara kongkrit dalam bidang politik untuk umat dan bangsa Indonesia. “Ini menjadi tanggungjawab strategis para ulama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tegas mantan Ketua Dewan Mustasyar PKNU itu.

Ketiga, sebagai partai yang didirikan atas amanat PBNU, maka setiap warga nahdliyyin seharusnya memilih PKB sebagai rumah politik mereka. Bahwa warga nahdliyyin berkewajiban kembali secara total dan membesarkan PKB. Inilah makna dari himbauan KH. Ma’ruf Amin, yaitu arruju’-warruju-ilarruju’.

“Untuk itulah, seyogyanya warga nahdliyyin bersama-sama para ulama dan para kiaibertekat bulat kembali membesarkan PKB. Karena PKB adalah rumah politik warga NU, bukan yang lainnya. Maka kepada segenap warga nahdliyyin di seluruh pelosok nusantara, saya himbau kembalilah ke PKB,” pungkas KH. Ma’ruf Amin. (*)