Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Kiprah Musisi-Musisi Banyuwangi Jazz Patrol Temenggungan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Catur-Arum-menyanyi-diiringi-Banyuwangi-Jazz-Patrol-dalam-HUT-ke-71-Kemerdekaan-RI-di-Kelurahan-Temenggungan-Minggu-lalu.

Kerap Berkolaborasi dengan Musisi Jazz Internasional

SUDAH lama sejatinya Banyuwangi Jazz Patrol (BJP) hadir. Di tengah semaraknya even jazz dalam rangkaian Banyuwangi Festival yang mendatangkan musisi-musisi nasional, kelompok BJP justru mendapat undangan  sebagai bintang tamu pada Malang Jazz Festival 2016 bulan Mei lalu.

Dalam even itu, ribuan pasang mata menyaksikan aksi kolaborasi BJP. Selain lima lagu yang mereka sajikan, BPJ juga berkolaborasi dengan musisi-musisi  jazz papan atas, sebut saja  Trie Utami dan Nita Aartsen and Friends.

Yang terbaru, dalam acara Temenggungan Jazz Ethno pada Sabtu (13/8), lalu, presiden jazz asal Prancis, Claude Colpaer, menyempatkan diri hadir ke Temenggungan untuk  berkolaborasi dengan BJP. Claude adalah anggota Muzzix,  sebuah asosiasi musisi yang berbasis di Lille (Perancis Utara).

Dia menjadi pemain trombone di Grand Orchestre de Muzzix (Muzzix Big Band), pimpinan Christian Pruvost. Secara solo, dia juga mengeksplorasi permainan  instrumen gamelan Bali  gangsa gantung, baik memainkannya dengan alat pemukul aslinya maupun memainkannya dengan arco dan stick vibraphone, untuk bereksperiman dengan   vibrasi yang dihasilkan.

Selain Claude, Temenggungan  Jazz Ethno juga didatangi Ali Gardu. Dia adalah seorang seniman  dari kota Situbondo yang   menitikberatkan eksplorasi bebunyian pada instrumen dawai,   tiup, dan perkusi. Bercita-cita  menjadi seorang seniman  mengikuti jejak ayahnya yang  seorang seniman lukis, dia berangkat dari ranah etnis murni  yang terbentuk dari lingkungan  sekitar rumahnya.

Personel BJP digawangi Eko Rastiko (pemain angklung), Epeng (vokalis, pemain katir, dan gitar) Supriyono (peniup seruling), Warik (katir), Hendra (selo bas),  Alex Kurniawan (gitar), dan Tedjo  (harmonika). Ada juga Reki  Kluncing (triangle), Udiks Bejo (ukulele dan backing vocal), dan Adis sebagai pemain abasa.

”Mereka semua orang Temenggungan,” ujar Bachtiar Djanan, salah satu pentolan BJP. Bachtiar mengatakan, kegiatan  BJP di Temenggungan mulai dikenal masyarakat dan musisi jazz internasional berkat media  sosial (medsos).

Beberapa video BJP yang di-upload di Facebook dan Instagram saat ini sudah  ditonton belasan ribu penonton,   mendapatkan ratusan like, dan komentar-komentar apresiatif.  Juga sudah ratusan kali di-share ulang. ”Dalam acara Agustusan kemarin kita tampil lagi mendatangkan Catur Arum putra kelahiran Temenggungan. Ada juga Unichi, musisi multi-instrumentalis  asal Jepang,” tambah Bachtiar.

Hal itu membuktikan bahwa  jazz patrol berpotensi menjadi  trendsetter salah satu musik jazz  etnik asli Indonesia yang lahir  di Banyuwangi. Sebuah upaya swadaya dan mandiri dari seniman-seniman kampung yang  patut diapresiasi.

BJP dalam menyajikan lagu sangat mengedepankan  lagu Banyuwangian. Bahkan, lagu Banyuwangian lawas, seperti Luk-Luk Umbu,  Nyebar Jolo, Impen-impenan,  Ya-Ope, Mandaneo, Tanah Kelahiran,  dan lain sebagainya, selalu  disajikan dalam setiap pertunjukan.

Saat manggung di Malang  Jazz Festival, BJP berkolaborasi dengan Trie Utami menyanyikan  lagu Impen-impenan.  Saat berkolaborasi dengan Trie Utami dalam lagu Impen-impenan,  Trie Utami mengaku sangat puas berkolaborasi dengan BJP. Menurutnya, jazz yang dimainkan  BJP dengan musik patrol merupakan satu-satunya di dunia.

”Dan bukannya tidak mungkin bisa berkembang menjadi ciri khas jazz-nya Banyuwangi kata  Mbak Trie Utami ,” ujar Supriyono,  60, salah satu personel BJP.   Eko Rastiko, salah satu personel lain yang juga sebagai ketua lembaga adat Temenggungan,  mengatakan musik patrol selama   ini hanya identik dengan aktivitas membangunkan sahur di bulan Ramadan.

Berkat sentuhan seniman-seniman Temenggungan, kemasan patrol enak  dinikmati dan diminati banyak orang. Baik dari kalangan penggemar  musik jazz, wisatawan asing,  maupun wisatawan lokal, suka  jazz patrol. ”Presiden Jazz asal  Prancis sampai datang ke Temeng gunan untuk berkolabo rasi  dengan kita ini merupakan suatu kehormatan,” tandasnya.

Dia menambahkan, kegiatan bermain musik di Temenggungan terus dilakukan. Disuruh atau tidak disuruh, para pemuda Temenggungan tetap rutin bermain musik. Terkait regenerasi, saat ini warga Temenggungan juga menyiapkan Banyuwangi Putra Junior sebagai wadah anak-anak kampung Temenggungan untuk bermain musik tradisional.

”Kalau urusan musik, jangan khawatir. Musik tradisional memang sudah mendarah daging bagi warga Temenggungan,” pungkasnya. (radar)