Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Kontraktor Abaikan Teguran BMCKTR

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

kesemrawutan-arus-lalu-lintas-di-jalan-prambanan-makin-parah-gara-garanya-ada-pencetakan-beton-di-pinggir-jalan-dan-tumpukan-galian-saluran-air

BANYUWANGI – Kontraktor proyek penyangga badan jalan di Jalan Prambanan dan Penataran, Kelurahan Penganjuran sepertinya tebal telinga. Meski ditegur Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Cipta Karya dan Tata Ruang (BMCKTR) dan dikeluhkan masyarakat, kontraktor tetap tidak bergeming.

Pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi di lapangan kemarin (28/11) tampak papan penanda proyek masih tetap belum dipasang oleh pelaksana proyek. Padahal sebelumnya mereka mengatakan akan segera memasangnya. Material pasir pun terlihat masih memenuhi bahu jalan sehingga membuat jalan semakin sempit. Apalagi di bagian timur jalan sudah dibuat parit sehingga tidak bisa digunakan para pengguna jalan.

Ketua RT3/ RW 3 Kelurahan Penganjuran, Abraham mengatakan, beberapa warganya banyak yang mengeluhkan terkait cara pelaksana proyek pelebaran jalan bekerja. Warga protes karena material dibiarkan berserakan. Belum lagi saat para pekerja mencetak beton, nyaris pengguna jalan tidak bisa memanfaatkan jalan yang sering digunakan para siswa sekolah itu.

“Warga ini protes debu material sebenarnya. Debunya menyebar kemana-mana. Terus pelaksananya juga tidak tegas, kalau jalan mau di tutup ya ditutup tidak usah dibuka sekalian. Asalkan yang cepat pengerjaannya.” ujar pria yang akrab disapa Bram itu.

Senada dengan Bram, Ketua RT 2/ RW 3 Kelurahan Penganjuran, Budi Eko Purwanto melihat banyak orang yang akhirnya melewati jalan-jalan kecil yang ada di RT-nya karena Jalan Prambanan ditutup. Tentu, kondisi ini sangat mengganggu aktivitas warga.

Pada pagi, jalan tersebut merupakan akses menuju ke sekolah di Jalan Jaksa Agung Suprapto. Melihat keluhan warga yang masih berlanjut, Sekretaris Komisi IV DPRD Banyuwangi, Salimi meminta agar pemborong mendengarkan protes warga. Karena tidak seharusnya proyek pelebaran jalan mengganggu aktivitas pengguna jalan.

“Sekali lagi saya minta jalannya dibersihkan, material jangan berserakan. Pemborong harusnya sudah tahu,” pinta Salimi. Apalagi terkait penanda proyek yang sampai saat ini tidak terpasang. Salimi menilai kontraktor tidak transparan. Padahal, pemasangan plang sudah harus dilakukan sebelum proyek berjalan. Karena hal itu adalah bentuk transparansi anggaran yang digunakan dalam proyek untuk diketahui rakyat.

“Ke depan dinas terkait harus lebih teliti menyeleksi pelaksana proyek seperti ini. Jangan sampai orang yang mengerjakan proyek ini kurang memahami tata cara proyek,” tegasnya. Sementara itu, pelaksana proyek pelebaran Jalan Prambanan, Ahmad Kurniawan yang berada di lokasi beralasan bahwa mereka tidak menutup jalan karena ada warga yang protes. Sehingga dirinya bingung mau menutup jalan atau tidak. Dia juga mengatakan, seringkali plang yang digunakan untuk menutup jalan hilang dan dirusak orang.

“Saya sudah pasang tali pembatas, tapi ada yang melepas,” kata Kurniawan. Saat ditanya masalah plang penanda proyek yang tak kunjung di pasang. Kurniawan sempat berbelit belit. Jawabannya berubah-ubah dengan alasan plang dirusak orang dan dipindah karena pemotongan pohon.

Kurniawan juga tampak kebingungan ketika ditanya tentang nilai proyek. Padahal sebelumnya Kepala Dinas Pekerjaan Umum BMCKTR, Mujiono, sudah mengatakan bahwa nilai proyek sekitar Rp 900 juta untuk pelebaran Jalan Prambanan dan Penataran. “Plangnya rusak, anggarannya juga masih ada perubahan. Saya tidak tahu,” cetus Kurniawan. (radar)