Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Kreatif, Pemuda di Banyuwangi Bikin Gelang dari Biji Kopi Arabica

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Menyesap aroma biji kopi, seringkali dirasakan saat menyeduh dan menikmati kopi. Kali ini pemuda di Desa Singolatren, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi punya ide kreatif membuat aroma biji kopi bisa dinikmati setiap saat.

Bagaimana tidak, biji-biji kopi jenis arabica yang sudah disangrai, dijadikan bahan pembuatan gelang, kalung, tasbih dan jenis aksesoris lainnya. Aroma biji kopi akhirnya bisa dinikmati setiap saat.

“Biji kopinya disangrai dulu biar aromanya keluar. Kami pilih biji arabica karena aromanya lebih kuat tidak mudah pecah. Jadi ini tidak hanya jadi asesoris, tapi bisa dinikmati aromanya setiap saat,” kata Moch, Hafid Riyan (24), salah satu perajin saat ditemui, Selasa (6/11).

Saat ditemui, Hafid bersama Cici Fanisa Yulia Dwijayanti (18) tampak sibuk berbagi tugas membuat gelang. Hafid bagian melubangi satu per satu biji kopi dengan bor kecil hasil modifikasi sendiri, sementara Cici memasukkan satu per satu biji kopi di helai benang.

“Satu gelang ini isinya bisa 33 biji kopi, beratnya sekitar 10 gram,” kata dia.

Agar aroma kopi tidak hilang, Hafid menyarankan agar seminimal mungkin terkena air, dan jangan sampai terkena sabun mandi.

“Gak boleh dipakai mandi kalau kena sabun warnanya mudar, aroma hilang, gak boleh dibanting dan gak boleh diseduh,” ujarnya sambil tertawa.

Untuk mengembalikan aroma kopi yang memudar akibat usia pemakaian, cukup ditaruh menjadi satu di toples yang berisi biji kopi sangrai.

“Kalau aroma hilang di taruh di toples dengan biji kopi lainnya, sehari aja bisa kembali,” ujar pria alumnus Agrobisnis, Politeknik Negeri Banyuwangi ini.

Dalah sehari, dari tiga pemuda yang juga tergabung dalam Karangtaruna desa ini, bisa menghasilkan hingga 15-20 gelang dan jenis aksesoris.

“Satu bulan bisa bikin sampai 200 gelang. Bisa sampai 600 gelang,” akunya.

Kerajinan dengan branding Biji Kopi Nisun (Bikopin) ini menjual gelang dengan rentang harga Rp 25-35 ribu, dari yang original biji kopi dan campuran manik dan biji jelitri.

“Kalau tasbih Rp 85 ribu. Kalau tasbih pakai biji robusta,” jelasnya.

Meski baru menekuni kerajinan biji kopi dalam sebulan terakhir, para pemuda ini sudah bisa menjual ke Kota Malang, Tuban dan Jember.

“Lebih banyak yang pesan online. Rencana ke depan ingin menyasar pasar kedai, pameran, dan kafe-kafe,” katanya.

Sementara itu, Cici melanjutkan, kerajinan berbahan biji kopi tidak hanya memanfaatkan peluang usaha baru. Lebih dari itu, mereka ingin mengenalkan kopi Nusantara dan meningkatkan nilai jual kopi.

“Sekaligus ingin meningkatkan nilai jual kopi. Satu kilo biji kopi arabika ini harganya Rp 100 ribu, dalam bentuk green ben, ini satu gelang dengan berat 10 gram bisa laku Rp 25 ribu,” kata dia.

Bila satu gelang dengan berat 10 gram, satu kilo biji kopi bisa menghasilkan 100 aksesoris gelang. Hasilnya, dalam satu kilo kopi bisa menghasilkan sekitar Rp 2,5 juta.

“Bikin kerajinan dari anak muda untuk anak muda. Sebagian besar yang suka anak-anak muda, pelajar,” katanya.