Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Limbah PT KBR Minta “Tumbal”

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Kejar Layangan, Bocah SD  Tewas Terendam 16 Jam

BANYUWANGI – Bulan September sepertinya menjadi bulan yang tragis bagi anak-anak. Belum hilang ingatan kita tentang siswa yang tenggelam di Pantai Boom dan Sungai Tambong, kemarin (13/9) seorang siswa SD ditemukan tewas tenggelam di kolam pembuangan limbah PT. Kertas Basuki Rahmat (PT.KBR) Banyuwangi.

Siswa malang tersebut baru ditemukan kehilanganya pagi kemarin (13/9) setelah 16 jam terendam di kolam limbah.

Identitns korban tenggelam adalah Bagus Hendarto, 10, warga Lingkungan Argopuro, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro. Korban tercatat sebagai siswa kelas 4 SDN IV Singotrunan.  Peristiwa nahas itu bermula saat Bagus bermain bola bersama kakak kandungnya Rio Firmansyah, 12, dan teman-temannya di PT. KBR pada Sabtu (12/) sore.

Rio menuturkan adiknya itu tiba-tiba memisahkan diri dari teman- temannya. Rio melihat jika adiknya yang masih duduk di bangku kelas 4 SD tiba-tiba berjalan mendekati kolam pembuangan limbah pabrik kertas.

Versi lain meuyebutkan, Bagus meninggal lapangan bola karena mengejar layangan putus. Karena khawatir adiknya tercebur, Rio sempat menegur dan mengajak adiknya agar menjauhi dari kolam. Bukannya menuruti perintah kakaknya, setelah sempat menoleh sebentar, Bagus malah mempercepat langkahnya mendekati arah kolam.

Melihat itu, Rio pun mengejar adiknya. Namun disaat berlari, Rio melihat sesuatu dikakinya, sehingga siswa kelas 6 SD tersebut berhenti sejenak. Begitu Rio kembali mengejar adiknya, rupanya Bagus sudah tak terlihat lagi. Karenan bingung, Rio pun mengitari lokasi kolam limba yang tidak di pagari tersebut.

Setelah bebrapa kali mengitari tidak menemukan apapun, Rio memutuskan pulang lapor kepada orang tuanya. Ayah Rio, Selamet sahroni yang mendengar  cerita dari anak ketiganya itu  langsung menuju lokasi kolam limbah.

Selamet menuturkan, awalnya pihak PT.KBR sempat tidak percaya jika ada anak kecil yang masuk ke kolam limbah. Sehingga dirinya pun kesulitan ketika akan mencari di lokasi itu. Setelah Selamet melaporkan peristiwa hilangnya anak keempatnya itu ke Polsek Kota,  barulah pihak security mengisinkan pencarian.

Mulai pukul 19.00 mesin penyedot pun mulai di kerahkan untuk membuang air limbah bercampur lumpur dari kolam tersebut. Proses pencarian pun memakan waktu yang tidak sebentar. Kedalaman kolam yang mencapai enam meter membuat pihak keluarga dan masyarakat kesulitan melakukan evakuasi.

Baru keesokan harinya, Mingu (13/9) pukul 05.30, kedalaman kolam sudah dua meter. Keluarga dan warga yang terdiri dari delapan orang pun masuk ke dalam untuk mencari Bagus. Tiga jam kemudian (pukul 08. 45)

salah seorang warga bernama Sumarto berhasil menemukan jenazah Bagus yang tergeletak didasar kolam. Untuk mengangkat korban dari dasar kolam, warga pun mengikat dengan tali yang ditarik 10 orang. Saat itu, kondisi jenazah masih lengkap dengan pakaian dan alas kakinya.

Selanjutnya korban pun langsung dibawa menggunakan mobil polisi ke ruang Jenazah RSUD Blambangan untuk di otopsi. Ketika tiba di rumahnya di lingkungan Argopuro, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, beberapa keluarga pun sudah menunggu.

Misyati ibu korban tampak tak kuasa menahan kesedihannya sehingga beberapa kali harus dibopong karena lemas. Kakak ketiga korban, yaitu Rio juga terlihat duduk di samping jenazah untuk membacakan surat Yasin.

“Saya ikhlas dengan anak saya, tapi untuk selanjutnya jika ada yang mau diurus saya serahkan kepada polisi saja. Kemarin Pak Kapolsek bilang lokasinya tidak sesuai prosedur, ujar Selamet, ayah kandung korban. Sekitar pukul 16.00, jenazah Bagus pun dikebumikan olelh pilhk keluarga di pemakaman timur Stasiun Kereta Api Argopuro.

Sanak keluarga dan rekan-rekan sekolah korban pun tampak hadir mendoakan Bagus. Suci Nuryanti, Kepala SDN 4 singotrunan mengatakan, Bagus adalah sosok anak yang pendiam dan penurut saat di sekolahnya. Keluarga besar sekolah merasa kehilangan atas kepergian Bagus. “Sejak malam saya ikut menunggu, sampai akhirnya ketemu dan  dikebumikan,” kata Suci. (radar)