Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Lubang Buaya tak Diminati

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

CLURING – Monumen Lubang Buaya di Dusun Cemetuk, Desa/Kecamatan Cluring, Banyuwangi, tampaknya semakin tidak diminati. Setiap peringatan hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober, di tempat itu sepi kegiatan. Itu berbeda jauh dengan beberapa tahun lalu.

Biasanya sejumlah elemen masyarakat menggelar kegiatan untuk menggenang kekejaman PKI yang telah membantai 62 Pemuda Ansor asal Muncar. “Biasanya ada pengajian, istighotsah, dan doa bersama,” cetus Nuryadi, 50, salah satu tokoh masyarakat setempat.

Monumen Pancasila Jaya itu, terang dia, dibangun tahun 1995-1996. Saat itu kepala Desa (Kades) Cluring dijabat Nursalam. Secara kebetulan, dirinya menjabat sekretaris desa (sekdes). Dalam pembangunannya, murni swadaya masyarakat. “Membangunnya habis Rp 10 juta,” katanya kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi.

Menurut Nuryadi, pembangunan monumen itu setelah para saksi dan pelaku sejarah masih ada, seperti almarhum Mardi Jamal, almarhum Mohammad Nurjanis, Nursalam, dan Maulan. Dari cerita mereka, di lokasi tem pat penguburan masal itu di dirikan monumen Pancasila Jaya.

“Yang dikubur itu anggota GP Ansor dan NU dari Muncar,” terangnya. Untuk menggambarkan kekejaman PKI itu, di monumen Pancasila Jaya itu juga dibuat bio rama di bagian utara. Biorama itu dibuat berdasar keterangan para saksi sejarah. Di bagian depan berdiri lambang negara Burung Garuda berukuran besar.

“Kejadian itu 18 Oktober 1965,” ungkapnya. Di belakang Garuda itu ada tiga lubang menyerupai kolam. Konon di tempat itulah mayat para pemuda Ansor dikubur. Dua lubang kecil masing-masing dibuat mengubur 10 orang. Satu lubang cukup besar digunakan mengubur 42 jenazah.

Tanah tempat didirikan monumen Pancasila Jaya itu milik almarhum Wonokaryo dan Rasinem. Kedua orang pemilik tanah itu kini dikubur di sekitar monumen. “Semoga keberadaan monumen ini tidak hanya untuk di kenang, tapi lebih dari itu,” ha rapnya. (radar)