Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Lumpur Kembali Masuk Pantai Pulau Merah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
warga-memasang-tulisan-sebagai-bentuk-protes-atas-munculnya-banjir-lumpur-di-pulau-merah-desa-sumberagung-kecamatan-pesanggaran-banyuwangi-kemarin
Warga memasang tulisan sebagai bentuk protes atas munculnya banjir lumpur di Pulau Merah, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, kemarin.

PESANGGARAN – Banjir dan lumpur kembali memenuhi sekitar Pantai Pulau Merah, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, kemarin (28/9). Itu terjadi setelah hujan turun dengan deras sejak Minggu lalu (25/9).

Akibat banjir dan lumpur itu, pantai di sekitar Pulau Merah yang dikenal elok menjadi terganggu. Selain kotor penuh lumpur dan air keruh, keelokan pantai yang menjadi primadona wisata di Bumi Blambangan itu terganggu. Lumpur yang masuk ke pantai itu diduga berasal dari hutan dan Gunung Tumpang Pitu yang kini dikelola PT. Bumi Suksesindo (BSI) untuk penambangan emas. Lumpur itu terbawa aliran Sungai Katak hingga ke pantai.

lumpur-kembali-masuk-pantai-pulau-merah-setelah-hujan-turun-beberapa-hari-terakhir

“Sekarang sering banjir. Aliran sungai banyak yang disekat,” terang Suyit, salah satu lifeguard di pantai Pulau Merah. Suyit menyebut, setiap hujan deras dalam waktu lama selalu terjadi banjir. Pengamatannya, dalam kurun waktu Agustus sampai September ini luapan air dari sisi timur jalan raya sudah dua kali meluap hingga barat jalan.

“Selama Agustus-September air tinggi akibat hujan,” katanya. Petugas dari Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Wisata Jasa Lingkungan (Wijasling) II Perhutani, Jawa Timur, Rohman, menduga kuat lumpur yang terbawa ke laut  itu akibat kegiatan tambang.

“Kalau banjir mungkin dari dulu, tapi kalau lumpur dipastikan dari tambang,” ucapnya. Lumpur yang banyak masuk ke Pantai Pulau Merah itu menyebabkan para wisatawan, terutama dari mancanegara banyak yang mengeluh. Mereka merasa tidak nyaman dengan munculnya lumpur yang mengotori sungai dan pantai.

“Wisatawan mancanegara komplain,” terangnya.  Hanya saja, lanjut dia, jumlah kunjungan para wisatawan ke Pantai Pulau Merah masih normal. Pada Minggu (25/9) jumlah pengujung Pulau Merah mencapai 1.750 orang. Senin (26/9), pengunjung ada 139 orang, dan Selasa (27/9) jumlah pengunjung 162 orang.

“Pengunjung  masih normal,” ungkapnya. Camat Pesanggaran, Didik Joko Suhono, mengatakan persoalan yang terjadi di Pantai Pulau Merah itu seharusnya disikapi secara bertanggung jawab, dan tidak menimbulkan permasalahan baru, khususnya masalah wisata.

“Kalau ada masalah, ayo kita cari solusi,” ucapnya. Mengenai lumpur berasal dari aktivitas pertambangan, terang dia, pihaknya telah menyampaikan kepada PT. BSI. Tapi,  warga diharapkan tidak gegabah sehingga memunculkan citra buruk bagi Pulau Merah, yang akhirnya merugikan pariwisata dan masyarakat sendiri.

“Kalau asalnya dari tambang, kita ingatkan tambang biar action. Tapi Pulau Merah jangan dijelekkan, Pulau Merah itu aset kita semua,” ungkapnya.

Sementara itu, Humas Corporate Social Responsibility (CSR) PT. BSI, Basori, mengatakan banjir yang disertai endapan lumpur itu lebih disebabkan curah hujan cukup ekstrem. Itu di luar dugaan dan  kemampuannya. Meski demikian, pihaknya telah melakukan tindakan untuk mengurangi dan pencegahan.

“Faktor cuaca yang sangat ekstrem  ini tidak ada yang bisa mengendalikan, yang kita lakukan mencegah,” ucapnya. Basori mengungkapkan, di lokasi  tersebut curah hujan dalam sebulan  secara normal rata-rata 60-80 mm.  Namun, hujan yang turun beberapa hari lalu mencapai 92 mm dalam  satu malam.

“Saat curah hujan satu malam 92 mm, itu hujan satu  bulan,” terangnya. Terkait lumpur akibat aktivitas tambang, Basori mengakui itu memang menjadi salah satu penyebab. Hanya, kata dia, pembukaan lahan untuk pertanian di hutan di luar yang dikelola PT BSI, ternyata juga menjadi penyebab bertambahnya lumpur.

“Bukaan lahan pertanian luas banget, kalau dibilang kontribusi (tambang) iya, tapi juga ada kontribusi bukaan masyarakat,”  jelasnya. Untuk itu, Basori berharap persoalan ini bisa diselesaikan secara bijak, karena banyak sebab yang  membuat bertambahnya lumpur hingga masuk ke pantai.

“Kalau menunjuk hanya BSI yang bertanggung jawab, itu tidak adil,” ungkapnya. Dari data yang ada di BMKG Jawa Timur, lanjut dia, dalam bulan-bulan ini curah hujan sangat tinggi. Untuk itu, dia berharap ada kerja sama dengan semua pihak. Pihaknya juga membuka kesempatan pada petani, untuk kerja sama menyiasati musim basah ini dengan kegiatan lain yang bisa dilakukan, sambil menunggu   musim tanam baik.

Untuk langkah pencegahan terkait lumpur, kata dia, pihaknya telah melakukan pemasangan bronjong di area pantai. Selain itu, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Banyuwangi mengenai perkembangan yang muncul di lapangan ini. (radar)

Kata kunci yang digunakan :