Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Mahasiswa Usir Rektor Untag Banyuwangi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Mahasiswa-mendesak-Sihar-Simanullang-segera-memasuki-mobil-dan-meninggalkan-kampus-Untag-Banyuwangi-sekitar-pukul-14.15-kemarin.

Dinilai Tidak Memiliki Legalitas

BANYUWANGI – Kampus Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi kembali bergolak kemarin (5/4). Aktivis  mahasiswa membubarkan paksa pertemuan senat dan rektor Sihar Simanullang. Bahkan, mereka bukan hanya membubarkan pertemuan, kalangan mahasiswa itu juga mengusir Sihar keluar dari Kampus Merah Putih tersebut.

Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Banyuwangi, Sihar datang ke Kampus Untag sekitar pukul 14.00 kemarin. Pria yang didaulat menduduki posisi rektor Untag oleh kepengurusan Perkumpulan Gema Pendidikan Nasional  (Perpenas) kubu Waridjan itu berniat menggelar pertemuan dengan senat universitas di auditorium Untag  Banyuwangi.

Pertemuan itu dilakukan dalam rangka perkenalan diri Sihar sebagai rektor universitas yang mengusung jargon taat asas dan penuh prestasi tersebut. Pembantu Rektor (PR) II Untag, Andi Karya Catur; dan PR III, Inggrid M. Rooroh, hadir pada pertemuan tersebut.

Selain itu, hadir pula sejumlah dekan, wakil  dekan, dan dosen di lingkungan Untag Banyuwangi. Mereka antara lain Dekan Fakultas Ekonomi, Rio Sudirman; Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Sri Wilujeng; dan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKPI), Totok.

Sekitar sepuluh menit setelah acara dibuka, yakni setelah prosesi menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, situasi di  ruang pertemuan mulai memanas. Beberapa aktivis mahasiswa berusaha membubarkan pertemuan tersebut dan meminta  Sihar meninggalkan kampus Untag.

Sempat terjadi ketegangan di ruang pertemuan. Emosi mahasiswa tersulut ketika mendapati salah satu rekan mereka terkena cakaran salah satu pembantu dekan yang hadir pada pertemuan itu. Aksi banting kursi pun tidak terelakkan.

Namun, awalnya Sihar bersikeras tidak mau meninggalkan kampus Untag. Dia ingin melakukan audiensi dengan mahasiswa. Namun, keinginan itu dito lak mentah-mentah oleh para mahasiswa. Karena Sihar tidak segera meninggalkan  kampus Untag, kalangan aktivis mahasiswa itu melakukan aksi yang lebih keras.

Mereka mengusir Sihar dengan cara memaksa pria yang juga anggota TNI AL aktif berpangkat kolonel tersebut pergi dari  kampus Untag. Salah satu mahasiswa, Akyl Gilang Permana, mengatakan mahasiswa menganggap Sihar bukanlah rektor Untag Banyuwangi yang sah. Sebab, Sihar  diangkat sebagai rektor oleh kubu  Waridjan yang notabene tidak diakui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum- HAM).

“Selain itu, saat pertemuan pertama kali dengan Pak Sihar, yang bersangkutan menyatakan tidak akan kembali ke kampus kita. Tetapi, faktanya hari ini (kemarin) dia kembali ke kampus Untag ini,” ujarnya. Karena menganggap Sihar bukanlah  rektor sah Untag, mahasiswa mendesak Sihar meninggalkan Kampus Merah Putih  tersebut.

“Karena ini bukan kantor dia, maka kami usir dia pulang,” tegas Gilang. Alasan mahasiswa menolak kedatangan Sihar, imbuh Gilang, karena Kemenkumham telah menerbitkan SK pengakuan kepengurusan Perpenas yang diketuai Sugihartoyo.

“Jika kepengurusan Perpenas di tangan Pak Sugihartoyo, seharusnya ya kepengurusan itu yang mengangkat  rektor, bukan kubu Pak  Waridjan. Di sisi lain, kubu Pak Sugihartoyo sudah mempercayakan Pak Andang Subaharianto sebagai rektor Untag, maka kita  hanya mengakui Pak Andang sebagai rektor kita,” tegasnya.

Menariknya, beberapa saat  berselang setelah peristiwa pengusiran Sihar terjadi, kalangan mahasiswa dan sejumlah alumnus Untag Banyuwangi menggelar  selamatan nasi tumpeng di halaman kampus. “Ini sebagai bentuk rasa syukur kita konflik  Perpenas sudah selesai dan kita sudah memiliki rektor yang sah,  yakni Pak Andang,” kata Gilang.

Selain itu, syukuran itu dilakukan atas ditetapkannya dua PR Untag, yakni Andi Catur dan Inggrid M. Rooroh, sebagai tersangka kasus perbuatan tidak menyenangkan terhadap Sugihartoyo. “Kita ingin Pak Andi  dan Bu Inggrid tidak lagi ke kampus kita. Karena keduanya calon napi dan ini akan memberikan preseden buruk terhadap Untag,” pungkas Gilang.

Sekadar diketahui, situasi panas  itu merupakan imbas konflik  kepemimpinan yang mendera Perkumpulan Gema Pendidikan  Nasional (Perpenas) 17 Agustus 1945. Konflik di internal perkumpulan yang menaungi 12 lembaga pendidikan di Banyuwangi, termasuk Untag, tersebut bermula menjelang berakhirnya periodeisasi kepengurusan pada 21  Oktober 2015 lalu.

Saat itu ada dua “kekuatan  besar” yang sama-sama mengklaim ketua sah Perpenas, yakni Waridjan dan Sugihartyo. Waridjanyang merupakan ketua Perpenas periode 2010-2015 merasa berhak kembali memimpin perkumpulan pendidikan tersebut lantaran rapat periodeisasi dead lock dan gagal memilih ketua yang baru.

Di sisi lain, Sugihartoyo juga mengklaim sebagai ketua sah Perpenas. Versi dirinya, rapat periodeisasi tersebut membahas agenda tunggal, yakni periodeisasi  Perpenas masa bakti 2015-2020.  Dalam rapat yang diikuti lima orang itu, kata Sugihartoyo, dirinya mendapat dukungan tiga  suara, sedangkan Waridjan mendapat dukungan dua suara.

Konflik tersebut beberapa kali membuat kampus Untag memanas. Para aktivis mahasiswa yang mendapati pihak rektorat cenderung memihak kubu Waridjan mendesak rektorat tidak ikut cawe-cawe urusan Perpenas.

Apalagi, ketika Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum-HAM) telah memberikan persetujuan kepengurusan Perpenas kubu Sugihartoyo melalui Surat nomor AHU-0000101.AH.01.08.TAHUN 2016 pada 28 Januari 2016.

Gelombang aksi mahasiswa mencapai puncaknya pada 29 Februari lalu. Kala itu mahasiswa berdemonstrasi di depan kampus seraya mengawal proses mediasi  oleh pejabat Direktorat Jenderal (Dirjen) Dikti, Dr. Totok, serta Sekretaris Koordinator Perguruan Tinggi  Swasta (Kopertis) Wilayah VII Jatim,  Prof. Dr. Ali Maksun terhadap Waridjan dan Sugihartoyo.

Menjelang salat Magrib saat itu, suasana di depan kampus  Un tag semakin memanas. Ituterjadi lantaran sejumlah pengurus Perpenas kubu Sugihartoyo  yang bermaksud masuk ke kampus untuk menunaikan salat dihalangi petugas keamanan.

Padahal, kepengurusan Perpenas  yang sah menurut SK Kemenkum-  HAM adalah kepengurusan di  bawah kepemimpinan Sugihartoyo. Mendapati hal itu, puluhan  mahasiswa dan alumnus  Untag bereaksi. Mereka maju  serentak dan mendobrak pintu gerbang kampus.

Singkat kata, SK Kemenkumham tersebut ternyata tidak serta merta ditaati kubu Waridjan. Waridjan masih merasa sebagai ketua  Perpenas yang sah. Bahkan, pada 15 Maret dia melantik Sihar  Simanullang sebagai rektor Untag  Banyuwangi.

Sementara itu, langkah serupa dilakukan kubu Sugihartoyo. Tepat di hari berakhirnya masa bakti rektor Untag periode 2012-2016, yakni pada 17 Maret, dia melantik Andang Subahariyanto sebagai pelaksana harian (Plh) rektor Untag. (radar)