Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Mantap Pilih Pesantren Setelah Lulus SMP

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Mohamad Hamim Farabi didampingi ibunya, Ifa Khairunikmah. menerima candaramata dari kepala SMPN 1 Srono.

PERAYAAN pelepasan siswa kelas IX di SMPN 1 Srono berlangsung lebih spesial pada 23 Mei 2017 lalu. Ini setelah tim Jawa Pos Radar Banyuwangi berkesempatan menerima undangan dari Kepala SMPN 1 Srono, Muhamad.

Di tengah gebyar kemeriahan pentas seni yang tengah berlangsung, seluruh awak sekolah mendapatkan kejutan.  Salah satu guru mendadak mengambil pengeras suara yang ada di sudut panggung.

Dengan suara lantang dia kemudian mengumumkan enam nama siswa kelas IX untuk dipanggil ke atas pentas. Enam nama ini seluruhnya merupakan peraih nilai tertinggi dalam pelaksanaan tryout yang digelar Jawa Pos Radar Banyuwangi bersama MMKS SMP Banyuwangi dan Dinas Pendidikan Banyuwangi.

Lebih heboh lagi saat disebutkan bila enam nama tersebut merupakan sepuluh besar ranking terbaik try out unas se-Banyuwangi. Tepuk tangan meriah dan sorak sorai pun membahana di aula SMPN 1 Srono siang itu.

“Ini prestasi membanggakan. Enam siswa kami masuk sepuluh besar peraih nilai terbaik,” ujar Muhamad, Kepala SMPN 1 Srono. Satu nama yang mendapat tepuk tangan meriah adalah Mohamad Hamim Farabi. Dia merupakan peraih nilai terbaik di tryout edisi tahun ini.

Didampingi orang tuanya, Ifa Khairunikmah, Hamim menerima cenderarnata dari Jawa Pos Radar Banyuwangi dan kepala sekolah. Ada rasa haru dan bangga yang dirasakannya.  Bagi Hamim prestasi ini tidak disangkanya.

Dalam tryout yang diikutinya, remaja yang tinggal di Desa/Kecamatan Srono mendulang nilai Bahasa Inggris 9,67, Bahasa Indonesia 8,33, Matematika 9,00, dan Ilmu Pengetahuan Alam 8,67.

Ajang uji coba ini tetap dilakoninya sebagai ujian sebenarnya. Ragam persiapan seperti ujian sesungguhnya pun tetap dilakukan, termasuk berdoa. “Saya tetap belajar meski cuma uji coba,” akunya.

Baginya uji coba menjadi tolak ukur baginya untuk menghadapi ujian sebenarnya. Dan dugaannya itu benar. Soal tryout yang ditampilkan di harian pagi Jawa Pos Radar Banyuwangi memang sangat berbobot.

Materi tryout diakuinya memang sulit dan membutuhkan kejelian dan ketelitian dalam menjawabnya. Dalam try out kali ini, Hamim sedikit menemui kesulitan dalam soal Bahasa Inggris. Padahal selama ini, untuk pelajaran bahasa asal negeri Ratu Elisabeth itu, dia selalu dimentori langsung oleh sang ibunda.

Praktik pun sudah dilakukan di rumah,  dengan  bahasa internaonal itu sebagai komunikasi sehari-hari. “Soal Bahasa Inggrisnya agak sulit,” katanya. Tingkat kesulitan yang tinggi dalam try out justru disyukuri oleh Hamim. Sebab hampir 40 persen soal yang diperolehnya dalam try out, ternyata sangat membantu dalam menjalani ujian sesungguhnya.

Ajang uji coba itu menjadi kisi-kisi yang menarik dan cukup membantu dalam menjawab soal ujian nasional yang dihadapinya. Itu juga yang dilontarkan Jovanka Kusuma Mandaresta, 16, salah satu  nilai terbaik di tryout.

Dia menilai soal yang disajikan dalam try out Jawa Pos Radar Banyuwangi bersama MKKS SMP memang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Namun berkat persiapan yang dipersiapkan, Remaja asal Srono ini juga berhasil melaluinya dengan baik dengan duduk di posisi lima besar peraih nilai terbaik.

Kini setelah ujian nasional dijalani, Hamim dan Jovanka cukup puas dengan proses yang diperolehnya. Deg degan menunggu pengumuman nilai ujian nasional pada 2 Juni 2017 mendatang sebagai penyebabnya. Apa pun hasilnya, dia bersiap melanjutkan ke sekolah yang  diinginkan.

Pilihannya pun sudah ada, anak pasangan lfa Khairunikmah dan Mohamad Ismail itu ingin memperdalam ilmu agama. Kemantapan hatinya, Hamim ingin melanjutkan pendidikan tingkat atasnya di pesantren. Pilihannya ini sudah mendapat restu orang tua.

“Saya ingin masuk pesantren setelah ini. Pilihannya sudah ada mondok di Malang.” bebernya. Sedangkan Jovanca masih ingin meneruskan sekolah di Banyuwangi. Anak pasangan Hadi Prayitno dan Lina Suryanto ini bertekad menembus sekolah favoritnya, SMA 1 Genteng. “Saya ingin melanjutkan di Banyuwangi saja,” serunya. (radar)