Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Masuki Agustus, Waspadai Selat Bali

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

KALIPURO – Bulan Agustus esok diprediksi merupakan puncak musim kemarau. Dampaknya, selain cuaca kering, kondisi angin yang ada di perairan Selat Bali diprediksi akan meningkat. BKMG Banyuwangi pun mulai memberikan lampu kuning kepada pengguna transportasi laut di Selat Bali untuk berhati-hati selama kondisi tersebut.

Prakirawan BMKG Banyuwangi Dita Purnama Sari mengatakan, untuk sementara ini perairan di Selat Bali masih aman. Tinggi ombak me­nurutnya masih di batas toleransi yaitu 0,5 sampai 1,5 meter dengan kecepatan 15 knot. Namun, kondisi ini menurutnya masih bisa berubah. Apalagi ketika musim kemarau mendekati puncaknya pada Agustus hingga September mendatang.

Dia menambahkan, BMKG tetap meminta perusahaan feri maupun nelayan mewaspadai ketika ketinggian gelombang melebihi 1,5 meter, serta kecepatan angin jika sudah mencapai di atas 20 knot.

Hal itu menurutnya selain bisa dilihat dari alat yang dimiliki oleh ASDP, juga bisa disaksikan secara visual ketika awan kumulonimbus mulai terbentuk di sekitar perairan.

”Kalau untuk cuaca sampai tiga hari ke depan masih cerah berawan untuk Selat Bali belum ada perubahan cuaca. Cuma sedikit perlu diwaspadai perubahan gelombang. Biasanya pagi dan sore hari ada perubahan ketinggian,” terangnya.

Sedangkan untuk perairan Banyuwangi Selatan, Dita menambahkan jika kondisinya masih belum bersahabat sejak pertengahan bulan Juli lalu. Ketinggian ombak di wilayah Banyuwangi Selatan yang meliputi kawasan Perairan Kecamatan Tegaldlimo sampai Kecamatan Pesanggaran masih berada di angka 4 meter. Ketinggian ini menurutnya sangat berbahaya baik bagi nelayan maupun trans­ por­ tasi laut.

Tingginya gelombang di perairan itu me­ nurutnya bisa semakin menggila ketika mendekati puncak kemarau nanti. BMKG sendiri memprediksi tinggi gelombang ber peluang mencapai 6 meter seperti yang terjadi pada tanggal 24 dan 25 Juli kemarin.

”Ada fenomena Mascarene High yang cukup persisten di Samudera Hindia. Ini memicu peningkatan gelombang dari wilayah selatan Jawa sampai NTT. Jadi kita harap nelayan bisa berhati-hati, meskipun sering kali mereka masih nekat melaut di kondisi semacam ini,” ucapnya.

Sementara itu sebelumnya, Kepala KUPP Ketapang Eka Cakrawala mengatakan masih akan melarang aktivitas laut di wilayah Banyuwangi Selatan selama tinggi ombak masih di atas 3 meter.

”Memang di sana ombaknya tinggi karena langsung ke laut lepas. Tapi kita punya batas keselamatan. Larangan belum kita cabut sejak bulan Juni lalu karena ombaknya masih terlalu tinggi,” pungkasnya.