Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

MEH + A3 = 2014, Persewangi dan Wedus Gembel

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

SESUAI  dengan  impen, akhirnya Michael Edy Hariyanto (MEH) mengungguli  incumbent H. Adil Ahmadiono dalam Muscab II DPC Partai Demokrat Banyuwangi minggu lalu. Tak henti-hentinya sorak “horreee” berumandang saat papan skor menunjuk ngka 19:8 untuk keunggulan Michael. Sesungguhnya,  sampeyan dan saya etidaknya mafhum kalau kemenangan MEH sebagai tuah dedikasi an loyalitasnya di banyak organisasi elama ini.

Selain tentunya juga ebagai pengusaha top yang mumpuni. Raihan ini bukanlah titik kulminasi. Ini hanyalah sebuah efek kumulasi pengantar pagi di ajang kopi emokrasi. Nun jauh di sana justru ada esuatu lain yang menanti? Jika ada seseorang di luar sana yang masih ragu kalau-kalau saja partai Demokrat adalah sebuah wadah segala esuatu bisa terjadi, atau yang masih bertanya-tanya apakah mimpi para endiri partai ini masih dan akan eksis i masa mendatang, bagi yang masih mempertanyakan sebuah sumber kekuatan demokrasi, ya… MEH akan menjawabnya kini.

Bersama partai Demokrat dia akan berlaga di 2014 nanti. Akankah menjadi superior di Banyuwangi? Ataukah  njlekethek ermarginalkan imbas ulah politikus usuk di negeri ini. Bagaimana setrategi MEH mencuri-curi inovasi dan ensasi pencitraan diri sejati? Akankah MEH senantiasa berteman dengan enam orang pelayan seksi yang jujur sebagaimana pesanan Rudyad Kipling (1865-1936):  I keep six honest serving men (they taught me all I knew). Their name are: what and Why and When; and How, and Where and Who.

Pelabuhan rakyat selanjutnya adalah planning, organizing, commanding, coordinating and controlling. Bagi  sampeyan  yang pernah di jongkrokne hingga kejongor ndlesep bak MEH saat mati-matian mbelani Persewangi zaman dulu. Sosok MEH memang benar mati-matian. Ndilalah, justru Persewangi kini yang matinya mati beneran. Persewangi kini justru modal-madul. Habis sudah riwayat hidup Persewangi di pentas nasional. Nyungsep berkalang tanah.

Dulunya MEH identik Persewangi, dan Persewangi adalah MEH. Figurnya malati. Imbasnya kini Persewangi dicueki bupati, disatroni pengusaha berdasi, di-emohi  pemainnya sendiri, di jauhi Larosmania sejati hingga di-nyek kanan-kiri. Hidup segan mati tak mau. Ngemisnya Persewangi menjadi pergunjingan mancanegara. Apakah Larosmania akan melakukan upaya  class action terhadap pengurusnya? Inilah sesungguhnya yang dinanti para bola mania Banyuwangi sebagai bentuk eksepsi atas nama harga diri.

Bagi MEH, Persewangi adalah masa lalu. Fokus ndandani dan ndanai partai Demokrat menjadi ujung tombak yang jitu. Bahkan, siap menjadi  ujung tombok nomor satu. Tengok saja, MEH telah mereparasi propertinya; gedung dua lantai di Kelurahan Pakis sebagai akomodasi kantor tetap DPC Partai Demokrat. Tidak perlu lagi pindah kantor empat kali ala masa lalu. Untuk akses wira-wiri  pun sudah disiapkan transportasi. Lalu, apa lagi yang akan diberikan MEH untuk partai dan apa yang akan didapat MEH dari partai? Apa yang bakal diberikan MEH untuk calon pengurus dan apa pula yang bisa disumbangkan calon pengurus untuk MEH? Masih sesuai dengan impen.

Ada grand design nun jauh di sana yang tengah menanti. Apalagi kalau bukan target Pendopo Satu di 2014. Inilah pekerjaan rumah calon pengurus baru kabinet MEH di even demokrasi. Tentu itu bakal menjadi pekerjaan yang tidak mudah bagi MEH karena ibarat menyibak api dalam sekam pada sebuah mono loyalitas para personal di kabinetnya. Konsep adagium  tiada dusta di antara  janda, jinak-jinak burung menthok, dan merpati  tak pernah ingkar jatuh lagi biar manuk emprit  saja yang terbang tinggi.

Janganlah pakem kata yang sudah ada menjadi rasanan bingungisasi. Artinya rekrutmen calon pengurus kabinet nanti harus benar. Who is the man right behind the gun menjadi harga mati. Tidak ada sosok abangan ataupun abal-abal. Yang lebih bahaya bagi partai adalah munculnya kutu loncat yang justru berubah menjadi peranakan bunglon berbulu wedus gembel kesasar. Pilihan cerdas tetap harus menjadi opsi bagi MEH untuk mengakomodasi beragam kader yang ambisi. Namun, harus tetap seikat visi-misi dalam satu kendali demi mendobrak tradisi.

Sesungguhnya tugas itu baru saja dimulai. Selanjutnya, kabinet baru bertugas mengantar MEH menjadi bupati di 2014. Tentu  incumbent, Bupati Abdullah Azwar Anas (A3), akan menjadi batu sandungan tersendiri. Sekali lagi, bagi yang masih ragu di luar sana atas nama roti demokrasi atau bagi sampeyan yang masih silau dengan kedigdayaan MEH, tengoklah hari ini pucuk tertinggi Partai Demokrat Banyuwangi. Dan, tidak mungkin suatu saat nanti MEH bakal diprediksi menjadi Bupati Banyuwangi.

*) Pemerhati Politik dan AdvokatPERADI Banyuwangi. @ radar )