Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Menuju NU yang Maslahat dan Bermartabat

Muhammad Nasih
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Muhammad Nasih
Muhammad Nasih

DETIK-detik Konferensi Cabang Nahdlatul Ulama (Konfercab NU) Banyuwangi 2013 mulai de kat merambat dan merapat. Hiruk pikuk persiapan kepanitiaan dan gegap gembita harapan warga nahdliyyin Banyuwangi sudah membahana seperti alunan musik umbul-umbul Blambangan yang bersemangat. “NU yang Maslahat dan Bermartabat” adalah semangat ba ru dari Konfercab NU Banyu wa ngi 2013 untuk mencapai ridho Allah SWT. Kiprah NU dalam perang kemerdekaan, usaha persatuan bangsa dan juga kiprahnya dalam deru pem bangunan telah dibuktikan oleh sejarah Indonesia.

Tetapi, tugas untuk menjadikan ”NU Maslahat dan Bermartabat” ada lah beban semua generasi. Menjadikan ”NU yang Maslahat dan Bermartabat” bukanlah perkara yang gampang. Warga nahdliyyin harus mampu membaca tanda-tanda zaman, sehingga bisa mencapai tujuan. Cara-cara yang mengandung hawa syaithoniyyah yang berasal da ri nafsu amarah dan lawwamah harus segera ditinggalkan; dan diganti dengan cara-cara Islami yang berasal dari nafsu almutmainnah yang dijanjikan oleh Allah SWT. Menurut hemat penulis, ada tiga hal penting yang harus diper hatikan dalam perhelatan Konfercab NU 2013 ini.

Pertama, konfercab NU 2013 ini selayaknya menjadi renungan bahwa organisasi NU merupakan kebangkitan golongan ulama yang mempunyai tujuan untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat dan martabat manusia. Kebangkitan Ulama ini dapat disamakan dengan kebangkitan ”intelektual or ganik” ala Antonio Gramsci (1937). Ia menjabarkan bahwa ”intelektual organik” tidak sekadar menjelaskan kehidupan sosial dari luar berdasarkan kaidah-kaidah sain, tapi juga memakai bahasa kebudayaan untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman real yang tidak bisa diekspresikan oleh masyarakat sendiri. Di sini peranan ulama sebagai kaum intelektual organik yang menjabarkan syariat-syariat Islam agar bisa dipahami dan diamalkan oleh warga muslim Indonesia.

Sejak NU dilahirkan pada tanggal 16 Rajab 1344 Hijriyah bertepatan dengan 31 Januari 1926 Masehi, sudah tidak dapat dihitung sumbangsihnya kepada masyarakat dan bangsa Para ulama telah merumuskan nilai-nilai moral seperti al-ikhlas (ketulusan), al-‘adalah (keadilan), at-tawassuth (moderat), at-tawazun (keseimbangan) dan at-tasamuh(toleransi) sebagai acuan kehidupan  beragama, berbangsa dan bernegara. Kedua, prinsip-prinsip perjuangan atau jihad yang menjadi spirit Alquran harus ditegakkan dalam kehidupan berorganisasi. Spirit ini bukanlah wujud dari romantisme individual belaka, tetapi merupakan wujud ketaatan dan penghambaan (ibadah) kepada Allah yang selalu lekat dalam semua aktivitas organisasi NU.

Amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran) adalah perintah Allah yang tidak bisa ditawar lagi. Sungguh Indah rasanya jika organisasi NU dibangun dengan kasih sayang dan dibangun atas prinsip-prinsip perjuangan/jihad. Memang terasa sangat sulit rasanya jika mencapai kesempurnaan Rasulullah SAW. Akan tetapi, ikhtiar meneladani akhlaq Rasulullah adalah kesempatan yang luar biasa. Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan aturan berorganisasi yang benar. Sehingga, malalui perhelatan Konfercab NU Banyuwangi 2013 akan meneguhkan prinsip-prinsip NU yang mempunyai dasar organisasi yakni anggaran dasar (AD), anggaran rumah tangga (ART) dan peraturan organisasi.

Dasar-dasar tersebut menjadi pijakan dan muhasabah serta media musyawarah dalam menyelesaikan segala persoalan.  Tentunya akan bermakna, jika para penerus perjuangan para ulama saling menjaga, saling menghormati dan bermusyawarah. Tekad ini berlandaskan pada ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah insaniyah. Ketiga, proses pembangunan dan kebutuhan umat saat ini membutuhkan formula tepat agar umat tidak terperangkap dalam jebakan syaithan yang terkutuk. Masalah ekonomi umat seperti penganggguran, minimnya peluang kerja dan masalah peningkatan kualitas pendidikan Islam. Selanjutnya masalah umat terkait peribadatan ritual dan peribadahan sosial. Belum ditambah lagi persoalam politik, seperti pileg, pilpres dan juga pilbup.

Itu semua harus disikapi dengan prinsip-prinsip NU. Akhirnya, untuk menutup risalah singkat ini ucapan syukur dan harapan semoga Konfercab NU Banyuwangi 2013 dapat berjalan lancar. Konferensi dapat menghantarkan pikiran-pikiran yang mulia untuk dimusyawarahkan. Sebagai pedoman dan pijakan satu periode mendatang. Konferensi juga dapat menjadi media silaturrahim untuk memperat kekuatan dan kekokohan NU sepanjang masa serta harapan menuju NU yang maslahat dan bermartabat dapat tercapai, li ridhoillah al-fatihah, amin. (radar)