Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Meraih Ijabah di Bulan Sya’ban

USTAD MUKHDORATIM, BA Ketua Dewan Pembina PC GP Ansor Banyuwangi
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
USTAD MUKHDORATIM, BA Ketua Dewan Pembina PC GP Ansor Banyuwangi

SYA’BAN adalah salah satu bulan hijriyah yang di dalamnya terkandung berbagai macam kebaikan dan keberkahan yang sangat melimpah. Salah satu keutamaan bulan ini, perniagaan sangat menguntungkan. Tobat di dalamnya menjadi modal yang sangat menggiurkan.

Hanya saja, kata Nabi karena letaknya “terjepit” di antara bulan Rajab dan Ramadhan, maka bulan ini sering dilupakan orang. Berangkat dari hal di atas perlu dijelaskan tentang keagungan bulan Sya’ban secara menyeluruh, yaitu tercakup dalam malam Nisfu Sya’ban.

Hal itu dimaksudkan agar dapat dipahami dasar-dasar pedoman tentang amalan Sya’ban. Sekaligus juga menjadi jawaban terhadap tudingan miring dari beberapa pihak yang mencibir orang-orang yang mengagungkan bulan ini. Dalam Roudotul Ulama’ dijelaskan bahwa: mengapa dikatakan Sya’ban. Bulan ke 8 Hijriah ini dikatakan Sya’ban: “Liannahu Yatasya’abu Fihi Khairun Katsirun.”

Karena di dalam bulan Sya’ban ini terdapat kebaikan yang sangat banyak sekali. (Utsman bin Hasan bin Ahmad Syakir Al-Khubuwi, Durrotun Nasihin, hal. 207). Hubungan Sya’ban Dengan Ramadan Sya’ban adalah pintu gerbang bulan Ramadan, bulan suci yang menjadi puncak berbagai aktivitas ibadah dan taqorrub kepada Allah SWT.

Sudah barang tentu tampilan kita pada kondisi terakhir baik lahir maupun batin sebelum tanding di bulan suci Ramadan sangatlah menentukan. Tidak berlebihan jika kalangan Sufi yang gemar beribadah mengatakan bahwa: “Bulan Rajab untuk menyucikan badan, bulan Sya’ban untuk menyucikan hati, bulan Ramadan untuk menyucikan roh.

” Lebih lanjut kalangan Sufi juga menyebutkan: “Siapa saja yang menyucikan badannya pada bulan Rajab maka ia dapat membersihkan hatinya pada bulan Sya’ban. Siapa yang menyucikan hatinya pada bulan Sya’ban maka ia akan dapat membersihkan rohnya pada bulan Ramadan. Kemudian, siapa yang tidak menyucikan badannya pada bulan Rajab, dan hatinya pada bulan Sya’ban maka mana mungkin ia dapat menyucikan rohnya pada bulan Ramadan.

” Bahkan secara puitis para Ahlul Hikmah (Ahli Hikmah) mengatakan: “Inna Rojaba Lil Istighfari Minaddhunub, Wasya’bana Liislahil Qulub Minal ’Uyub, Waromadhona Litanwiril Qulub.” Sesungguhnya bulan Rajab untuk memohon ampun dari segala dosa. Bulan Sya’ban Untuk merehabilitasi hati dari segala cela (aib) dan bulan Ramadan agar dijadikan sebagai pelita hati.

(Utsman bin Hasan bin Ahmad Syakir Al-Khubuwi, Durrotun Nasihin, hal. 208). Bulan Sya’ban adalah bulan yang mulia, hanya saja karena letaknya terjepit di antara bulan Rajab dan Ramadan, maka bulan ini kurang mendapatkan perhatian. Diangkatnya amal juga pada bulan Sya’ban (HR. Abu Dawud dan Nasa’i).

Begitu mulianya bulan kedelapan Hijriah ini, sehingga dihabiskan oleh Rasulullah dengan banyak melakukan ibadah puasa (HR. Bukhori Muslim). Bulan Sya’ban adalah bulan pindahnya arah kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram. (QS. Al-Baqarah: 144), ayat perintah membaca selawat (QS. Al-Ahzab: 56) juga turun pada bulan ini.

Tidak mungkin Rasullullah menghabiskan waktunya di bulan Sya’ban dengan banyak melakukan ibadah puasa jika bulan ini tidak memiliki nilai yang tinggi. Bulan-bulan yang mulya pasti memiliki hari, atau malam yang istimewa. Bulan Ramadan dengan Lailatul Qodar-nya, Dzul Hijjah dengan Arafahnya, Muharram dengan Asyuranya.

Bulan ini menjadi istimewa dan begitu agung karena di dalamnya terdapat malam yang dise- but dengan Nisfu Sya’ban. Nisfu Sya’ban Lafad Nisfu Sya’ban adalah tarkib idhofi. Yang terdiri dari dua kata. Pertama, lafad nisfu yang artinya setengah. Kedua, Sya’ban yakni bulan kedelapan dari bulan-bulan Hijriah. Nisfu Sya’ban mengandung arti pertengahan Sya’ban.

Dalam bulan Sya’ban, malam Nisfu Sya’ban adalah malam termulia. Kemuliaan Nisfu Sya’ban tidaklah perlu diragukan lagi. Di antara kemuliaan malam Nisfu Sya’ban; pertama, malam rekapitulasi amal. Malaikat melaporkan seluruh amal manusia dalam satu tahun. Baik amal harian, setiap pagi dan petang. Amal mingguan setiap Senin dan Kamis maupun amal tahunan di bulan Sya’ban. Kedua, malam takdir.

Malam Nisfu Sya’ban merupakan malam penetapan takdir dalam satu tahun, mulai dari rezeki, kesehatan, kebahagiaan sampai dengan kematian. Ketiga, malam ampunan. Pada malam ini Allah akan menampakkan kepada makhluknya ampunan dan limpahan rahmat. Diampuni orang yang memohon ampun, dirahmati orang yang memohon rahmat, diterima orang meminta, dimudahkan orang-orang yang susah.

Pintu-pintu langit dan 300 pintu rahmat Allah di buka pada malam ini. Keempat, malam terkabulnya doa. Doa adalah pembuka hajat dan kebutuhan seseorang. Tempat bersenang-senang bagi yang berkekurangan, tempat berlindung bagi orang-orang yang tertindas dan jalan keluar bagi yang mempunyai kebutuhan banyak.

Amaliah Bulan Sya’ban Di atas telah diuraikan tentang beragam persoalan yang berkai- tan dengan bulan Sya’ban. Maka sampailah sekarang kita terangkan tentang amaliah yang sebaiknya dilakukan dalam menghormati dam memuliakan bulan Sya’ban. Pertama, bertobat.

Dalam bulan Sya’ban Allah SWT mengharapkan agar manusia membersihkan hatinya dari noda-noda dosa dengan memperbanyak tobat dan mohon ampun kepada Allah SWT atas segala kesalahan yang dilakukan. Memperbanyak membaca istighfar, khususnya pada setiap pagi hari dan petang untuk menyucikan hati, agar lebih siap menghadapi bulan Ramadan, lebih-lebih pada malam hari.

Kedua, berpuasa. Rasulullah SAW senantiasa berpuasa sunah pada sebagian besar bulan Sya’ban. Aisyah ra. berkata: “Saya tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa dalam waktu sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan tidak satu bulan pun yang hari-harinya lebih banyak dipuasakan dari pada bulan Sya’ban” Melihat kenyataan ini, sahabat Usamah bin Zaid ra. bertanya kepada Nabi tentang kebiasaan tersebut.

Mendengar pertanyaan Usamah, Rasulullah SAW men- jawab: “Bulan itu sering dilupakan orang karena letaknya di antara Rajab dan Ramadan. Sedang pada bulan itu amal-amal diangkat kepada Tuhan Rabbul ‘Alamin. Maka saya ingin amalan saya dibawa naik selagi saya dalam berpuasa” (HR. Abu Dawud, an-Nasa’i, dinyatakan sah oleh Ibnu Khuzaimah). Ketiga, selawat.

Di antara keistimewaan bulan Sya’ban ialah diturunkannya ayat selawat dan salam kepada Rasulullah SAW. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya berselawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepada-Nya” . (QS. Al- Ahzab: 56).

Oleh karena itu bulan Sya’ban disebut sebagai bulan selawat, karena ayat tentang selawat tu- run di bulan yang mulia ini. Syaikh Izuddin bin Abdus Salam berkata: “Selawat kepada Rasulullah bukanlah pertolongan (doa) dari kita kepada- Nya, karena orang seperti kita tidak bisa menolong orang seperti Rasulullah.

Tetapi, Allah SWT memerintahkan kita untuk memberikan balasan kepada orang yang telah memberikan nikmat kepada kita dan telah berbuat baik kepada kita. Kalau tidak mampu membalasnya, kita mendoakan kebaikan untuknya”. Oleh karena itu, kita agungkan bulan Sya’ban ini dengan memperbanyak amalan-amalan baik, dengan demikian segala niat dan hajat kita di-ijabahi (dikabulkan) oleh Allah SWT. Wallahu a’lam Bisshawab. (radar)