Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Miss Coffee Ikut Nari Gandrung

GEMULAI: Miss Coffee disambut tarian gandrung di Pendapa Shaba Swagata Blambangan kemarin.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
GEMULAI: Miss Coffee disambut tarian gandrung di Pendapa Shaba Swagata Blambangan kemarin.

BANYUWANGI – Sekitar 16 finalis Miss Coffee Internasional 2012 kemarin menginjakkan kaki di Bumi Blambangan. Kedatangan belasan wanita cantik itu disambut tarian gandrung di Pendapa Shaba Swagata Blambangan.

Dalam acara penyambutan yang diselenggarakan pemerintah daerah itu, miss coffee yang berasal dari 16 negara itu sempat menari bareng puluhan penari gandrung.

Mereka antusias mengikuti gerakan tari tradisional Banyuwangi tersebut Meski belum lancar menari, tapi mereka terlihat menikmati. Me reka juga mengaku terke san dengan adat-istiadat ma syarakat Banyuwangi.

Banyuwangi unspoiled nature, cool and fun (Alam Banyuwangi ma sih alami, sejuk, dan menenangkan, Red),” ujar miss coffee asal Republik Guatemala, Ana Luisa Muntapar. Tidak hanya itu, mereka juga terkesan aroma kopi Banyuwangi.

Menurut mereka, aroma kopi Banyuwangi khas dan sangat nikmat. Selain disuguhi kesenian tradisional Banyuwangi, mereka juga mendapat suguhan makanan tradisional. Gadis-gadis cantik itu cukup lahap menikmati beberapa menu khas Banyuwangi.

Es degan kopyor tampaknya menjadi menu favorit para miss coffee yang akan bertanding da lam pemilihan Miss Coff ee Internasional 2012 di Bali 23 Ok tober mendatang. Finalis miss coffee dari Indonesia, Biance Betris, memiliki target mengenalkan kopi Indonesia kepada masyarakat internasional.

Indonesia memiliki potensi kopi yang cukup baik untuk di sajikan kepada masyarakat internasional. Siang ini, fi nalis Miss Coff ee Internasional 2012 akan melakukan sangrai kopi di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah. Mereka juga menghadiri kegiatan adat mepe kasur di Desa Kemiren.

Peserta pemilihan Miss Coff ee Internasional 2012 ber jumlah 23 orang. Namun, yang lolos menjadi finalis hanya 16 orang. Sementara itu, tradisi mepe kasur yang dilakukan warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, kembali digelar kemarin. Mepe kasur merupakan bagian dari adat masyarakat Kemiren dalam rangka bersih desa.

Praktis, seharian kemarin di pingir jalan Kemiren dipenuhi kasur berwarna merah dan hitam. Kasur-kasur tersebut sengaja dikeluarkan warga untuk dijemur secara serempak. Bersih desa itu dikaitkan dengan kebersihan atas segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia, baik yang di luar maupun dalam diri.

Dijemurnya kasur menunjukkan bahwa kasur adalah barang yang sifatnya pribadi. Biasanya di letakkan di dalam kamar. “Untuk membersihkan kasur, hanya ada satu cara, yaitu dijemur. Menjemur kasur dapat diartikan membersihkan sesuatu yang paling dalam, bukan luarnya saja,” jelas Purwadi, tokoh masyarakat Desa Kemiren. (radar)