CLURING – Belasan pengurus dan anggota Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Banyuwangi menggelar doa bersama dan tabur bunga di Monumen Pancasila Jaya, Dusun Cemetuk, Desa/Kecamatan Cluring kemarin (30/9) Kegiatan itu dilaksanakan dalam rangka napak tilas peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober hari ini.
Monumen yang biasa disebut Lubang Buaya Cemetuk itu merupakan tempat 62 pejuang Ansor dibantai PKI pada 50 tahun silam. “Kegiatan ini mendoakan arwah 62 syuhada Ansor yang menjadi korban kebiadaban PKI,” ujar ketua terpilih PC GP Ansor Banyuwangi, H. Syukron Makmun Hidayat.
Acara yang digelar sederhana itu diawali pembacaan tahlil dan doa yang dipimpin penasihat GP Ansor Banyuwangi, KH. Khozin Haris. Di akhir kegiatan para tokoh muda NU itu melakukan tabur bunga di Lubang Buaya tempat 62 Pemuda Ansor dikubur oleh PKI pada 18 Oktober 1965.
“Tabur bunga simbol penghormatan kami kepada para syuhada yang gugur membela Pancasila,” ungkapnya. Kegiatan itu, terang dia, juga untuk memberikan pelajaran bagi masyarakat bahwa peristiwa G.30.S/PKI tidak boleh terulang. Keberadaan monumen Pancasila Jaya di Dusun Cemetuk, Desa/Kecamatan Cluring itu sebagai salah satu bukti sejarah dan harus menjadi teladan generasi muda saat ini.
“Ini bukan hanya untuk dikenang, tapi harus dijadikan motivasi,” ujar penasihat GP Ansor Banyuwangi, KH. Khozin Haris. Peringatan Hari Kesaktian Pancasila tidak bisa lepas dari monumen Pancasila Jaya di Dusun Cemetuk, Desa/Kecamatan Cluring.
Di tempat itu pada 18 Oktober 1965 sejumlah 62 Pemuda Ansor asal Muncar dibantai PKI. Selanjutnya, mayat para syuhada itu dikubur di satu lokasi mirip kolam. Ketiga lubang yang kini berada di belakang patung Garuda itu berukuran tiga meter kali tiga meter, iga meter kali empat meter, tiga meter kali 5,5 meter.
Para korban yang dikubur di Lubang Buaya itu tidak semua dibantai atau dibunuh di lokasi itu. Sebagian besar dibawa ke Lubang Buaya setelah meninggal. Tetapi, juga ada yang masih kritis. Mengenai nama para pemuda Ansor yang menjadi korban kebiadaban PKI itu hingga kini belum diketahui.
Mayat yang berada di kubangan mirip kolam itu sudah dibongkar dan dikembalikan kepada keluarga di Muncar. Karena dianggap bersejarah, hingga kini tempat tersebut banyak dikunjungi para pelajar didampingi guru kelas. Hanya saja, sejak ditetapkan oleh Pemkab Banyuwangi sebagai kawasan wisata pada tahun 2013, hingga kini monumen itu belum tersentuh pembangunan.
Selama ini perawatan hanya mengandalkan swadaya masyarakat. Akses menuju lokasi bersejarah itu kondisinya rusak parah. “Banyak pelajar dan warga yang sering berkunjung ke Lubang Buaya. Sayang jalannya udah lama rusak dan tidak segera diperbaiki,” keluh Supingi, 54, warga setempat. (radar)