Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Museum Blambangan, Tempat Belajar Mengenal Sejarah Banyuwangi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: TIMES Indonesia

BANYUWANGI – Generasi milenial di Banyuwangi bisa belajar mengenal peninggalan sejarah bumi Blambangan dengan berkunjung ke Museum Blambangan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

Dilansir dari TIMES Banyuwangi, beragam benda – benda peninggalan sejarah dari prasejarah, etnografi, religi, masa kolonial dan kotemporer, tersimpan rapi di museum ini.

Kurator dan Edukator Museum Blambangan Bayu Ari Wibowo menyatakan bahwa museum Blambangan ini didirikan 25 Desember 1977 silam, dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur Soenandar Prijosoedarmo.

Tak hanya menjadi tempat penyimpanan benda-benda kuno bersejarah, pengunjung yang datang juga mendapatkan pengetahuan baru terkait peradaban yang ada di Bumi Blambangan.

Foto: TIMES Indonesia

“Disini terdapat lebih kurang 4.000 koleksi, mulai dari koleksi Pra-Sejarah, Hindu Budha, hingga Modern,” kata Bayu sapaan akrabnya, Jumat (7/2/2020).

Keunikan museum ini, jelas Bayu, terletak pada benda-benda kuno yang syarat akan makna dan filosofi, seperti benda koleksi masteripiece yakni materai yang tertanam pada benda yang dinamakan Stupika.

Materai ini merupakan benda kecil berbentuk bulat yang ditengahnya bertuliskan mantra dengan huruf jawa kuna (prenegari).

“Koleksi yang unik disini adalah Stupika, Tablet dan Materai, umumnya ketiga benda itu digunakan untuk persembahan kepada sang Budha oleh umat Budha pada masa lalu, namun temuan di Banyuwangi selain untuk persembahan juga digunakan sebagai sarana bekal kubur,” jelasnya.

Foto: TIMES Indonesia

Bayu menambahkan bahwa ketiga benda tersebut berada pada abad 10-13 Masehi, yang ditemukan di situs Gumuk Klinting, Muncar pada tahun 1971.

“Nah sebenarnya ini bukti otentik bahwa tradisi Megalitikum penguburan dalam tanah itu masih diwarisi hingga kini. Sistem penguburan dalam tanah maupun dalam peti itu bukan milik agama tertentu, tetapi itu tradisi Megalitikum yang masih diwarisi sesudah kelima agama masuk ke Indonesia,” tandasnya.

Museum Blambangan ini ramai oleh pengunjung dan di buka setiap hari Senin – Jumat pukul 08.00 – 16.00 WIB.

Dengan ribuan koleksi benda bersejarah, ini merupakan sarana untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesejahteraan dan intelektualitas nenek moyang Blambangan, serta sebagai alat pembanding dengan daya pikir dan daya cipta manusia di masa kini.

Selain benda-benda kuno seperti keris, wayang, gerabah, patung dan sebagainya, dalam area museum Blambangan ini juga ditampilkan miniatur rumah adat suku Using Banyuwangi, sehingga pengunjung terutama generasi milenial dapat menambah wawasan dan melihat langsung cerminan kehidupan sebenarnya wong Blambangan pada zaman dulu.