Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Nama Syech Siti Jenar Diabadikan Jadi Nama Desa

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

DALAM penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dikenal istilah Wali Songo atau sembilan wali. Selain kesembilan wali itu, masih banyak waliyullah lain, salah satunya Syech Siti Jenar atau juga dikenal Syech Lemah Abang (Siti sama dengan Lemah, Jenar sama dengan Abang).

Semasa hidup, Syekh Siti Jenar dikenal senang mengembara hingga ke penjuru Nusantara. Dalam pengembaraan untuk menyebarkan agama Islam itu, pada tahun 1303 Masehi Syekh Siti Jenar singgah di Blambangan (Banyuwangi), tepatnya di Desa lemahbang.

Nama Desa Lemahbang (Lemah Abang) konon diambil dari nama Syech Siti Jenar. Bagi sebagian warga Desa Lemahbang Kulon, Kecamatan Singojuruh, tempat singgah Syekh Siti Jenar itu disebut Lastono. Nama Lastono berasal dari kata Tilas dan Ono.

Tilas berarti bekas, dan Ono artinya ada. “Jadi kalau  di rangkai, bekas tempat tinggal Syekh Siti Jenar yang masih ada, yaitu di pemakaman Lastono ini,” ujar Sekretaris Desa (Sekdes) Lemahbang Kulon, Yahmadi. Sejalan dengan perkembangan zaman kala itu, di sekitar Lastono banyak dihuni oleh santri Syekh Siti Jenar.

Para santri itu diberi sebutan kaum Lemah Abang, dan tempat tinggalnya disebut Dukuh Lemah Abang, dan kini dikenal dengan Desa Lemahbang. “Nama desa ini bukti adanya penyebaran Syech Siti Jenar ke Blambangan (Banyuwangi),” terangnya.

Di Lastono itu sebenarnya bukan makam Syech Siti Jenar, tapi makam kuno itu dari abdi dalem (pembantu)  dan para pengikut-pengikutnya yang dikenal setia kala itu. Hingga  kini, makam itu masih ada dan dikeramatkan oleh sebagian warga yang datang.

Apalagi tak jauh dari makam tersebut, juga tumbuh pohon beringin yang kokoh dan berumur tua. “Ini makam pembantu setia Syekh Siti Jenar,” ujar Turin, 54, salah seorang juru kunci petilasan Lastono. Mengenai kedatangan Syech Siti Jenar ke Kerajaan Blambangan, awalnya ada peristiwa pageblug.

Banyak dari rakyat Blambangan menderita sakit dan banyak yang meninggal dunia. “Pagi sakit, sore meninggal,” terangnya. Saat negeri Blambangan sedang kesusahan itu, Syech Siti Jenar datang. Waliyullah itu, mengobati warga yang sakit dengan mengucurkan darah pada bagian tubuhnya dan ditanam ke tanah.

Atas izin dan pertolongan Allah, wabah pageblug bisa hilang, dan rakyat bisa kembali hidup dengan tenang. “Warga banyak terima kasih pada Syech Siti Jenar dan belajar agama,” katanya. Setitik darah Syekh Siti Jenar yang ditanam ke tanah untuk mengobati wabah pageblug itu, oleh sebagian warga diyakini berada di kompleks pemakaman yang kini disebut Lastono.

Warna darah yang ditanam dalam tanah itulah, yang oleh sebagian warga menjadi sebutan Lemah Abang. “Dulu tanah di sekitarnya itu berwarna kemerah-merahan,” jelasnya. Dari cerita turun temurun, pasca  menyembuhkan penyakit pagebluk, Syech Siti Jenar sempat menetap sekitar dua bulan lamanya.

Karena itu, nama Syech Lemah Abang ini cukup tersohor. Tidak sedikit dari warga berdatangan untuk belajar agama Islam. Selama mengajarkan Islam, Syech Siti Jenar memiliki tiga orang abdi dalem yang selanjutnya meneruskan perjuangan untuk dakwah.

“Syech Siti Jenar pergi diteruskan oleh tiga abdi dalamnya itu,” ujarnya seraya mengaku tidak tahu persis  siapa nama ketiga abdi dalem itu. (radar))