Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Nikmati Ombak Bagus dan Sunset Sekaligus

INDAH: Sunset di Pantai Plengkung sangat indah untuk dinikmati para pengunjung.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
INDAH: Sunset di Pantai Plengkung sangat indah untuk dinikmati para pengunjung.

Pantai Plengkung atau yang dikenal dengan sebutan GLand benar-benar menarik dikunjungi. Pengunjung tak hanya disuguhi gulungan ombak sepanjang lima kilometer yang konon terpanjang di dunia. Pengunjung juga bisa menyaksikan sunset yang luar biasa.

JARUM jam menunjuk pukul 14.30. Iring-iringan kendaraan yang membawa rombongan Bupati Ab dullah Azwar Anas memasuki kawasan Pantai Plengkung. Sebelumnya, rombongan menembus rerimbunan Alas Purwo.

Selain bupati dan istri, iring-iringan mobil tersebut juga membawa Kepala Dinas PU Bina Marga,Mujiono; Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Banyuwangi, Choirul Ustadi; dan Kabag Pembangunan Pemkab,Wawan Yadmadi.

Malam harinya, menyusul rombongan Kepala Kantor Perizinan dan Penanaman Modal, Abdul Kadir. Ada juga Kepala Taman Nasional Alas Purwo (TNAP), Rudiyanto, dan Direktur Jawa Pos Radar Banyuwangi, A. Choliq Baya, serta Pemred JTV Banyuwangi, Moh. Iqbal Bisa sampai di G-Land pada sore hari tentu sesuatu yang menyenangkan.

Sebab, ada dua pemandangan sekaligus yang bisa dinikmati, yaitu gelombang yang melengkung cukup panjang dan matahari tenggelam atau sunset di pantai ujung timur Pulau Jawa tersebut. Sore itu, usai memarkir kendaraan dan menaruh barang bawaan di Bobby’s Camp Surf, satu di antara empat camp tempat kami menginap, saya dan rombongan langsung menuju tepi pantai.

Sekilas memang tak ada yang menarik di Pantai Pleng kung. Pemandangannya terlihat biasa dan batu karang terlihat begitu menonjol di sepanjang pantai. Bahkan, Pantai Pulau Merah di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, lebih menarik dipandang dibanding Pantai Plengkung.

Namun, ketika memandang deburan ombak di Pantai Plengkung, kesan yang muncul berbeda. Semua berubah drastis. Sebab, gulungan ombak tersebut terlihat seperti lingkaran. Ombak yang melingkar ter sebut memanjang hingga mata tak mampu lagi melihat ujungnya. Konon panjangnya lima kilometer.

Di tengah gulungan ombak itu, dari jauh terlihat puluhan turis asing asyik berselancar. Mereka sangat enjoy bermain pa pan di atas dan di dalam gulungan ombak terpanjang di dunia tersebut. Pemandangan itu tentu membuat kami terkesima, dan tak bosan rasanya mengamati dari jauh para turis yang kebanyakan berasal dari Aus tralia, Brazil, dan Jepang, tersebut bermain selancar.

Rupanya, ombak itulah yang membuat para turis berdatangan ke Pantai Plengkung. Puas melihat para turis bermain surfing, Pantai Plengkung kembali menunjukkan daya tariknya. Sekitar pukul 17.00, matahari di ufuk barat sangat menggoda.

Betapa tidak, bentuknya bulat dan sempurna. Awan yang bergelayut tak mampu menutupi keperkasaan sang surya sore itu. Sore itu, sinarnya terlihat kuning keemasan. Itu sangat indah. Matahari tersebut perlahan turun. Di saat demikian, para pengunjung tak henti-henti mengaba dikannya dalam bentuk gambar.

Ada yang memotret, ada juga yang merekam menggunakan kamera video. Apalagi, semakin turun, matahari tersebut terlihat terbelah menjadi dua. Satu di atas dan satu lagi pantulan air laut. Tepat pukul 17.17, matahari yang bulat keemasan ter sebut menyelam ke dasar laut. Benar-benar in dah.

Memasuki petang, para pengunjung termasuk para bule yang berselancar, kumpul di ruang makan Bobby’s Camp Surf. Tempat makan tersebut juga dilengkapi galeri foto hasil jepretan sang fotografer camp tersebut yang bernama Noris, pemuda asli Tegaldlimo. Foto-foto yang ditampilkan berjalan (slide) di layar komputer berukuran 20 inci.

Ternyata, itu adalah gambar para surfer saat berselancar pada sore hari. Sehingga, sambil makan, mereka bisa melihat foto dirinya sendiri ketika berselancar. Sambil matanya melihat layar komputer, sesekali para bule tersebut bersorak, terutama ketika melihat gambar dirinya atau kawannya saat berselancar dalam posisi yang sangat menarik.

Seperti berada dalam lingkaran ombak. “Setiap sore sambil diner, mereka memang kita suguhi foto-foto saat mereka surfi ng,” kata Roni, bagian IT Bobby’s Camp Surf. Begitu melihat fotonya ada yang bagus, sebagian bule ada yang membeli dengan harga rata-rata Rp 200 ribu.

Namun, sebagian juga ada yang tidak membeli, dan sekadar melihat saja,” tutur Noris, sang fotografer yang sehari-sehari mengabadikan foto para surfer. (radar/ber sambung)