Bambang menceritakan, untuk mengikuti ajang pameran dagang di Basel Swiss itu, dia harus mengikuti seleksi tingkat provinsi dan dinyatakan memenuhi syarat. Selanjutnya, Bambang melaju ke tingkat nasional. Kali ini, Oesing Craft harus beradu dengan seluruh peserta dari Indonesia. Namun lagi-lagi, Bambang mampu menunjukkan eksistensinya sehingga dinyatakan lolos menjadi salah satu peserta dari Indonesia ke pentas pameran dunia itu. Bambang tak menyangka, kerajinan kayu asam (Tamarindus indica) yang bagi sebagian orang dibuat untuk kayu bakar itu mendapat penghargaan dari UNESCO.
Rupanya, ornamen-ornamen khas pada kayu asam, termasuk kulit kayunya yang kasar menjadi produk yang berkualitas di tangan seorang Bambang. “Ini dibuktikan dengan penghargaan yang memenuhi kategori excellent, authentic, innovative, marketable. Inilah bukti sebuah hasil dari pemberdayaan ekonomi kerakyatan,” jelas Bambang. Bambang menambahkan, pohon asam yang jumlahnya berlimpah di Kabupaten Banyuwangi dijadikan beragam kerajinan tangan, termasuk limbahnya yang dijadikan ornamen furnitur. Selain memiliki ornamen yang unik, kayu asam dikenal natural tidak memiliki zat berbahaya. “Dari hasil pameran itu, Oesing Craft juga berhasil mendapat order USD 50 ribu. Permintaan ini dari berbagai negara seperti Korea, Spanyol, dan Belanda. Promosi ini saya lakukan secara online,” terang pemilik Dapur Oesing itu. (radar)