Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Paling Ngetren Motif Budaya, Pesanan Sampai Papua

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

simon-dan-roodshin

“MARI, Mas, coba dilihat-lihat dulu gak apa-apa,” celetuk satu di antara Ilma pemuda yang tengah duduk santai di halaman parkir Gedung Wanita Banyuwangi kemarin siang.  Yang dimaksud para pemuda itu adalah dua unit motor yang dipamerkan di salah satu stan pameran kesenian bertema “Ampag-Ampag Perupa Banyuwangi” tersebut.

Dua kendaraan roda dua yang dipamerkan itu memang istimewa. Motif bodi kendaraan itu berubah total. Motifnya lebih banyak menyerupai budaya khas Banyuwangi. Di bagian bodi depan ada gambar penari seblang. Kental dengan nuansa budaya yang dimiliki Bumi Blambangan.

Selain motor, juga ada desain motif wajah Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas dan istrinya, Ny. lpuk Festiandani. Bahkan, dua tokoh itu menghiasi stan pameran. Bukan seni lukis, tapi desain tersebut hasil karya kalangan pemuda yang bergelut di bidang cutting stiker 3D (tiga dimensi).

“Kalau mau order total, pesan dulu, Mas. Tapi, tunggu sampai tujuh hari baru jadi,” kata Simon, salah satu pemuda yang notabene ahli desainer anting stiker 3D.  Ternyata, hasil karya para pemuda itu sudah dikenal luas. Tidak hanya tingkat lokal, karya mereka sudah merambah tingkat nasional. Mereka sudah kerap kali melayani order dari berbagai daerah di tanah air.

“Pesanan mulai dari Medan, Fak-Fak, Papua, sampai Kalimantan,” sebut Simon alias Muhamad Hanif. Menurut Simon, desain cutting stiker dengan format tiga dimensi itu memang lebih indah daripada cutting stiker biasa. Bahkan, jelas dia, karya-karya hasil desain dia dan teman-temannya dianggap terbaik di Indonesia.

“Sepengetahuan kami, milik kita yang paling bagus di Indonesia. Banyak penghargaan yang sudah kita terima. Menjadi juara satu nasional sudah biasa,” terang Simon cukup bangga.  Dunia cutting stiker 3 D yang dia tekuni itu memang masih belum cukup lama. Tepatnya pada tahun 2014 lalu dia dan rekan-rekannya mulai beralih dari desain stiker biasa ke format tiga dimensi.

“Sampai sekarang karya kita sudah beredar luas,” katanya.  Karena banyak peminat, Simon dkk membentuk sebuah komunitas. Nama komunitas itu tergolong nyeleneh. “Kita beri nama CBK Banyuwangi, kepanjangannya Comunitas Bakol Keletan Banyuwangi,” jelas Simon.

Selama  dunia usaha yang digeluti CBK Banyuwangi itu terus mengalami perkembangan. Kata dia, ada sekitar 11 orang yang membuka kios di daerah masing- masing. “Misalnya, di Srono. Kedungringin, Kedungrejo, Jajag. Songgon, Genteng, Siliragung, dan Sembulung,” sebut Simon.

Motif desain yang di-order setiap orang berbeda. Tapi, jelas Simon, saat ini yang paling diminati adalah yang mengandung unsur budaya daerah. “Kalau di Banyuwangi motifnya seperti Penari Seblang gandrung, barong, BEC. kebo-keboan, janger, dan jaranan,” bebernya.

Bukan hanya daerah lokal Banyuwangi, lanjut dia, banyak pemesan dari luar daerah yang order budaya daerah nursing- masing. “Kalau di Papua ada yang pesan budaya khas di sana,” tandasnya. Lantas, bagaimana cara pemesanan? Rekan Simon, Roodshin, menjelaskan ada dua cara terkait order dari luar daerah. Cara pertama hanya menyiapkan motif sesuai pennintaan pemesan.

“Lalu, kita kirim hasilnya. Pemesan sendiri yang memasang di sana. Jadi, kita tidak datang sendiri ke sana.” tukasnya. Cara kedua, jelas dia, onderdil yang mau dipasang dikirim langsung melalui pos. Selanjutnya, desain yang telah dipesan itu ditempel langsung.

“Jadi, orang yang pesan tinggal pasang sendiri,” tukasnya.  Dalam sebulan rata-rata dia menerima sepuluh order. Walau begitu, tidak semua bodi kendaraan diblok total. “Ada yang pesan tidak semua diblok. Kalau semua diblok, harganya Rp 4 juta.” kata Roodshin. (radar)