Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Penari Gandrung dan Omprog Seblang Bisa Jadi Motif Batik Khas

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

penariSepanjang Desember, batik Banyuwangi menjadi pakaian dinas Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemkab Banyuwangi. Kebijakan itu merupakan bentuk apresiasi terhadap batik yang menjadi salah satu kekayaan tradisional khas Banyuwangi. Berikut hasil penelitian ‘Menggali potensi usaha bisnis batik khas Banyuwangi’ yang dilakukan tim dari Akademi Kelautan Banyuwangi (AKABA).

KEBANGGAAN terhadap batik Banyuwangi di masyarakat terus ditumbuhkembangkan. Dalam sejarahnya, Banyuwangi merupakan salah satu daerah asal batik Nusantara. Banyak motif asli batik khas Bumi Blambangan. Kini, sudah ada 22 jenis motif batik asli Banyuwangi yang diakui secara nasional. Di antaranya ada motif gajah oling, paras gempal, kangkung setingkes, sembruk cacing, gedegan, ukel, blarak semplah, dan moto pitik.

Batik Banyuwangi berkembang sebagai karya seni rupa pada kain dengan pewarnaan rintang yang menggunakan lilin batik sebagai perintang warna (wax resist technique) yang berbeda dengan batik tekstil. Batik atau mbatik, memberikan  makna filosofis yang dalam, yang berarti ngembat titik. Ngembat berarti membuat dan titik berarti hal-hal yang kecil /rumit. Kekuatan batik terdapat pada desain pola yang menarik, warna yang indah dengan komposisi yang matching.

Sehingga keindahan batik dapat diklasifi kasikan menjadi keindahan visual yang menampilkan performa luar dan keindahan filosofis yang makna simbolik dari desain atau komposisi warnanya. Dalam rentang waktu yang panjang, batik Banyuwangi terus tumbuh. Kini, mbatik menjadi usaha bisnis yang turut memberikan kontribusi terhadap ekonomi Banyuwangi. Seiring pengakuan UNESCO terhadap batik sebagai warisan tradisi Indonesia, tren penggunaan batik di Banyuwangi semakin meningkat. Sehingga mendorong geliat bisnis batik.

Namun demikian, batik Banyuwangi masih berkembang dalam skala lokal. Pada level nasional, pasaran batik masih didominasi batik asal Jogjakarta, Solo, dan Pekalongan. Batik Banyuwangi belum mendapatkan tempat di hati konsumen batik nusantara. Inilah fakta sekaligus tantangan yang harus dihadapi untuk menghidupi batik Banyuwangi. Banyak aspek yang harus terus didorong, antara lain aspek merk yang lekat pada batik keraton serta harga yang berperan penting dalam kompetisi. Atas dukungan pemerintah daerah, tim peneliti AKABA berupaya mengungkap aspek yang mempengaruhi perilaku konsumen serta strategi yang tepat untuk mengembangkan usaha batik Banyuwangi.

Idealnya, usaha bisnis batik khas Banyuwangi mampu memberdayakan masyarakat sekitar, menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi di daerah. Hasil survei menunjukkan, masyarakat Banyuwangi juga banyak yang mengenakan batik Jogja, Pekalongan, serta batik Madura yang akhir-akhir ini mendominasi pasar. Untuk itu, diperlukan telaah lebih jauh tentang perilaku konsumen dalam melakukan pengambilan keputusan pembelian produk batik. Dengan mempelajari perilaku konsumen, akan banyak memperoleh informasi proses yang melatarbelakangi.

Sehingga menjadi pertimbangan dalam memilih strategi yang tepat meningkatkan penjualan produk batik Banyuwangi. Banyuwangi memiliki banyak sentra batik. Namun karena kompetisi pasar yang ketat, saat ini hanya sedikit yang masih bertahan. Seperti Sayu Wiwit, Tirta Wangi, Sritanjung, dan Srikandi, di Kecamatan Banyuwangi, Virdes di Kecamatan Cluring, dan sentra batik di Kecamatan Sempu. Masing-masing sentra pembatikan itu memiliki ciri khas. Yang mencolok adalah Sanggar Batik Sayuwiwit dan Virdes. Sayuwiwit tetap mempertahankan motif batik Banyuwangi secara konvensional berdasarkan pakem lama dan hanya memainkan warna dan memadukan corak.

Adapun Virdes, mengembangkan batik Banyuwangi dengan memadukan pakem dan dinamika permintaan konsumen. Karena itu, sebaran pasar dari batik Virdes berkembang hingga luar daerah bahkan mancanegara. Mulai Palembang, Jambi, sejumlah kota di Kalimantan, dan hampir semua kota di Jawa Timur. Di manca negara, Virdes juga memasok batik gajah uling ke Italia, Perancis, Inggris, dan Australia. Memadu dinamika permintaan konsumen dengan menjaga pakem dan tradisi, menjadi keyword menjadikan Batik Banyuwangi agar tidak kehilangan kekhasan dan potensi pengembangannya.

Hasil survei menunjukkan bahwa banyak hal yang dapat dieksplorasi untuk bisa dikreasi menjadi kekhasan motif batik Banyuwangi. Bentukan mahkota penari gandrung atau juga “omprog” penari seblang, bisa menjadi motif baru yang bisa dikreasi, dari situs-situs bersejarah, terdapat lukisan dinding- dinding gua di Alas Purwo, serta situs sejarah ”Inggrisan”, peninggalan Inggris yang khas Banyuwangi. Kreasi dari eksplorasi ini memungkinkan batik Banyuwangi untuk memunculkan motifmotif baru yang memiliki ciri khas dan pakem Banyuwangi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku konsumen untuk memakai batik Banyuwangi tidak dipengaruhi oleh lingkungan sosial di sekitarnya yang terdiri dari keluarga, teman dan tenaga penjual, namun lebih dipengaruhi sikap personal, norma subjektif dan kontrol perilaku responden secara simultan. Hasil analisis SWOT dan analisis perilaku konsumen menunjukkan bahwa usaha batik Banyuwangi dalam situasi mendapat peluang pasar yang sangat besar, tetapi menghadapi beberapa kendala internal yang besar pula.

Untuk itu, fokus strategi yang harus dilakukan pengusaha batik Banyuwangi adalah melakukan penguatan, memperbaiki kelemahan yang ada, serta menyusun rencana antisipasi terhadap ancaman dengan lebih baik.  Jika itu bisa dilakukan, persepsi dan perilaku konsumen akan meningkat dan ekspansi pasar bisa dilaksanakan. Meminimalisasi kelemahan internal antara lain meningkatkan kreasi dengan tetap menjaga tradisi, menguatkan manajemen, serta menerapkan teknologi untuk dapat merebut pasar yang lebih baik (turn around).

Untuk itu, perlu dukungan berbagai pihak khususnya pemerintah guna memberikan pelatihan untuk peningkatan manajemen dan kreativitas berproduksi, merintis rumah dagang, penerapan teknologi tepat guna dan melakukan kegiatan pameran dagang produk batik skala nasional dan internasional. Dengan demikian secara bertahap, masa depan Batik Banyuwangi menjadi lebih baik. (radar)

Kata kunci yang digunakan :