Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Pengalaman Mengesankan saat Mengunjungi Hiroshima

DENY NUR AFANDI | Bekerja di Miitsui Enginering and Shipbuilding, Okayama Japan.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
DENY NUR AFANDI | Bekerja di Miitsui Enginering and Shipbuilding, Okayama Japan.

BULAN April adalah bulan yang sangat spesial. Pada bulan ini bunga sakura mekar menampakkan keindahanya. Bunga sakura hanya mekar satu tahun sekali. Itupun tidak lama. Hanya dua minggu saja.

Setelah itu bunga sakura akan rontok dan berganti daun sakura yang tumbuh. Itulah akhir dari musimnya bunga sakura. Mungkin karena itulah bunga sakura menjadi sangat spesial. Setiap bunga sakura mekar, ada satu tradisi yang orang Jepang selalu lakukan; hanami.

Hanami adalah makan bersama keluarga atau teman di bawah indahnya bunga sakura. Dan, di sinilah, di negeri sakura ini tempat saya mencari rezeki dan belajar. Belajar tentang kehidupan sosial dan budaya negeri matahari terbit.

Saya ikut progam magang kerja di salah satu perusahaan perkapalan di Surabaya. Perusahaan ini telah bekerja sama dengan perusahaan Jepang untuk mengirim karyawannya magang di perusahaan perkapalan Jepang. Nantinya, ilmu yang diperoleh karyawan tersebut diharapkan bisa bermanfaat bagi perusahaan yang ada di Surabaya.

Alhamdulillah, saya mendapat kesempatan itu. Di sini, saya mendapat kesempatan magang di perusahaan yang cukup besar di Jepang. Yaitu di Mitsui Enginering and Shipbuilding. Saya tinggal di perfektur Okayama. 000Wilayah yang menurut saya bersahabat.

Saat musim dingin tidak sedingin di wilayah Hokkaido. Saat musim panas tidak sepanas selamat dari bencana mengerikan tersebut. Pertama kali tiba di Jepang, yang paling sulit adaptasi adalah makanan. Sulit sekali lidah ini merasakan enaknya masakanJepang. Walaupun ada beberapa yang sudah mulai diterima lidah, tapi sampai sekarang pun saya masih pilih-pilih.

Pada umumnya orang Jepang tidak suka makanan yang terlalu manis (terlebih manisnya gula), dan makanan yang berminyak. Saya sebagai seorang muslim yang menjadi agama minoritas di Jepang, cukup sulit mencari makanan yang tidak dilarang oleh Islam. Tapi Alhamdulillah, di setiap perfektur (setingkat kabupaten) ada organisasi-organisasi Islam yang sangat membantu bagi kaum muslim di Jepang.

Seperti menyediakan daftar makanan halal, daftar makanan yang tidak boleh dimakan dalam bahasa Jepang, dan ada juga masjid. Saya pernah berkenalan dengan muallaf di sini. Namanya Ishii Daisuke Abdullah. Dia adalah mahasiswa di salah Universitas Okayama dan guru Bahasa Jepang saya.

Dulu dia pernah menjadi relawan waktu tsunami melanda Aceh tahun 2006 silam. Berawal dari situlah dia mulai suka dengan Islam, dan akhirnya dipertemukan dengan ketua organisasi Islam di sini. Dan, sekitar tiga tahun lalu dia mengucap dua kalimah syahadat di masjid Okayama.

Saya juga pernah berkunjung ke masjid tertua di Jepang, masjid muslim kobe. Masjid ini didirikan pada Oktober 1935 di Kobe dan merupakan masjid pertama di Jepang. Pembangunannya didanai oleh sumbangan dari Komite Islam Kobe dan dimulai sejak tahun 1928 hingga dibuka pada tahun 1935.

Masjid ini sempat ditutup oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada tahun 1943. Tetapi sekarang sudah aktif dipakai kembali sebagai masjid. Karena memiliki ruang bawah tanah dan struktur bangunan yang kuat, masjid ini selamat dari bencana gempa bumi besar Hanshin pada 1995.

Masjid ini dibangun dengan gaya Turki tradisional oleh arsitek Ceko Jan Josef Švagr (1885-1969). Seorang arsitek yang juga membangun sejumlah bangunan peribadatan Barat di seluruh Jepang. Sungguh senang bisa beribadah di sini dan bertemu dengan keluarga muslim dari berbagai negara yang tinggal di Jepang.

Sewaktu masih SD, saya pernah belajar sejarah tentang bom atom Nagasaki dan Hiroshima dalam perang dunia ke-II. Dari situlah saya ingin tahu lebih dekat salah satu kota yang menjadi sasaran bom atom waktu itu, Hiroshima.Wilayah yang dulu menjadi pusat dijatuhkanya bom atom, kini mejadi museum sejarah.

Di sana, terdapat monumen perdamaian. Di sekeliling monumen itu ada banyak burung yang terbuat dari kertas. Bagi orang Jepang, burung kertas adalah simbol kedamaian. Tidak jauh dari monumen itu ada api abadi yang selalu menyala. Di sana juga masih ada bangunan sisa dari keganasan bom atom.

Bangunan tua itu hanya menyisakan tembok yang tinggal separuh. Dari situ bisa dilihat bgaimana dahsyatnya kejadian waktu itu. Di sana juga terdapat museum. Saat pertama masuk dalam museum, kita disuguhi video tentang dahsyatnya bom atom.

Setelah selesai melihat video itu saya lanjutkan perjalanan. Di dalam museum juga terkumpul benda-benda peninggalan waktu itu. Ada piring, sandal, kayu, bahkan potongan jari dan kaki yang sudah diawetkan pun ada. Juga ada replika manusia yang kulitnya mengelupas karena leleh terkena efek dari bom atom.

Dari melihatnya saja, saya sudah merinding. Tak bisa saya bayangkan seperti apa suasana waktu itu. Di tempat ini juga ada replika Kota Hiroshima sebelum dan sesudah di bom. Dan ada juga jenis-jenis bom atom dan tempat-tempat yang pernah mendapat serangan bom.

Ada juga penghargaan-penghargaan untuk museum ini dari berbagai negara. Saya juga menyempatkan mendaki gunung tertinggi di Jepang; gunung fuji. Gunung yang memiliki ketinggian 3776 meter dpl itu sukses saya daki. Gunung fuji adalah pengalaman pertama saya mendaki.

Saya sempat membayangkan bahwa perjalanan saya mendaki gunung fuji akan sangat berat, melewati hutan, sungai, dan ketemu binatang-binatang. Ternyata perkiraan saya meleset. Medan di gunung fuji berpasir dan juga berbatu. Yang lebih membuat saya terkejut, di sana juga ada warung yang menyediakan makanan dan tempat penginapan.

Setiap beberapa kilometer perjalanan, kita bisa menjumpai warung-warung tersebut. Dan satu satunya tempat di Jepang yang kalau ke toilet bayar. Ya di tempat ini. Untuk setiap masuk toilet dipungut biaya antara 100-200 yen.

Ternyata, gak cuma anak muda yang mendaki gunung tersebut. Saat mendaki, saya betemu dengan anak yang masih berumur belasan tahun bersama keluarganya, dan kakek yang sudah berumur 50 tahunan. Ini adalah pengalaman paling mengesankan bagi saya.

Orang Jepang terkenal dengan umurnya yang panjang. Rata rata sampai 90 tahun. Tak heran jika di tempat saya bekerja banyak karyawan yang sudah berumur. Masa pensiun karyawan di Jepang sampai umur 65 tahun. Mungkin karena orang Jepang benar-benar peduli dengan kesehatanya.

Mulai dari menjaga makanan, olahraga teratur, gaya hidup sehat, dan yang terpenting adalah kebersihan lingkungan sekitar. Secara tidak langsung saya pun mulai terbiasa dengan gaya hidup masyarakat Jepang. Saya bersyukur sekali bisa datang ke Jepang.

Saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga buat kehidupan saya selanjutnya. Dan, terima kasih buat Radar Banyuwangi e-Paper yang memberikan berita-berita update. Sehingga kami Lare-Lare Oseng yang tinggal di perantauan bisa mengetahui keadaan tanah kelahiran. Salam dari Laros Japan. (andy.daffa@radar)